Liputan6.com, Jakarta Direktur Konsumer PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Handayani mengatakan, ekosistem pembayaran digital memiliki potensi yang menguntungkan bagi UMKM. Selain meningkatkan jumlah transaksi, ekosistem digital akan membuat kinerja UMKM semakin efektif dan efisien.
Sebelum memulai memilih ekosistem digital tersebut, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pelaku UMKM, mulai dari administrasi hingga tingkat kemampuan UMKM dalam menjual produknya ke pasar.
Baca Juga
"Ketika kita sudah masuk sebuah platform, itu produk kita bisa direach oleh banyak orang seketika. Kita harus pastikan, kita punya kemampuan itu nggak," ujar Handayani dalam tayangan UMKM Expo(rt) Billianpreneur 2020, Minggu (13/12/2020).
Advertisement
Lanjut Handayani, jika UMKM memiliki kapasitas produksi 1.000 unit, maka pelaku UMKM harus memahami di mana marketplace yang sesuai dengan kapasitas usahanya serta menyanggupi untuk memenuhi permintaan pasar ke depannya.
Jangan sampai, ketika UMKM tersebut mencoba masuk ke marketplace dengan target pasar yang lebih beragam, produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan ekspektasi pembeli, dan akhirnya membuat pembeli kecewa.
"Kita onboard produk kita dengan unik dan menarik. Lalu, deliver the promise. Jangan bohong-bohong, karena word of mouth di marketplace itu sangat luas," tandasnya.
Pembeli yang kecewa, lanjut Handayani, bisa saja langsung mengkritik penjualan di kolom marketplace tersebut.
Dengan demikian, rating yang buruk akan terlihat dan tersimpan dalam waktu yang lama, sehingga tentu akan mempengaruhi calon konsumen lain yang hendak membeli produk UMKM tersebut.
"Jadi dilihat banyak orang dan tidak ada batasnya. Beda kan kalau beli di toko, ada yang nggak suka, dia mungkin akan cerita ke beberapa orang saja. Kalau di marketplace, review itu akan terus tersimpan di sana," tuturnya.
Direktur BRI: Transaksi Digital Melonjak di Tengah Pandemi Covid-19
Direktur Konsumer PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Handayani mengatakan, tren pemanfaatan ekosistem digital melonjak di tengah pandemi Covid-19.
Hal ini disebabkan pola belanja masyarakat yang berubah, dari fisik menjadi non fisik, dari menggunakan uang tunai menjadi cashless. Penggunaan ekosistem cashless juga dilakukan di beberapa platform.
"Platformnya macam-macam, mulai dari marketplace, Go-Pay dengan Gojeknya, DANA, Tokopedia dan lain-lain. Tapi, ada juga platform lain sebagai media dagang misalnya lewat Instagram, Facebook atau media lain seperti WhatsApp," kata Handayani dalam acara UMKM Expo(rt) Brillianpreneur di Vidio.com, Minggu (13/12/2020).
Handayani menjelaskan, ekosistem ini muncul karena adanya peluang melakukan transaksi secara daring. Namun, sebelum ekosistem pembayaran digital hadir, para pembeli dan penjual sama-sama memiliki ketakutan dalam melakukan jual beli.
Pembeli kadang merasa ragu, apakah ketika dirinya telah membayar belanjaan melalui transfer dana, penjual akan betul-betul mengirimkam barangnya.
"Sebaliknya, penjual juga kadang khawatir, apakah saat barangnya sudah dikirim, pembelinya mau bayar. Ini dilema juga," tuturnya.
Oleh karenanya, industri keuangan baik perbankan maupun fintech memberikan mekanisme solusi berbasis digital.
Dengan demikian rangkaian pembayaran bisa masuk ke dalam platform digital juga, baik platform marketplace atau bukan sehingga terjadi mekanisme pembayaran hingga pengiriman barang.
"Kita ingin antara pembeli penjual nggak ada yang dirugikan, dan mereka menikmati proses transaksi dengan nyaman," kata Handayani.
Â
Advertisement