Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mewanti-wanti adanya lonjakan kasus covid-19 di akhir tahun 2020. Pasalnya, pandemi ini tak hanya menyerang dari sisi kesehatan, namun juga berimbas pada perekonomian nasional maupun global.
Menkeu menurutkan, memasuki kuartal IV-2020 memang terjadi peningkatan mobilitas masyarakat. Seiring dengan hal itu, beberapa negara besar juga mulai mempersiapkan kemungkinan terburuk dari situasi krisis ini.
Di Asia sendiri, Menkeu menyebutkan sejumlah negara seperti Tokyo, Jepang dan Korea Selatan saat ini juga tengah mempersiapkan langkah-langkah untuk penanggulangan terjadinya kemungkinan gelombang kedua.
Advertisement
“Jadi untuk Indonesia kita juga perlu mewaspadai. Pada akhir tahun ini kegiatan-kegiatan masyarakat meningkat akibat adanya liburan panjang. Kemarin kita punya pilkada, dan kita harus betul-betul menjaga agar jangan sampai rem harus diinjak hanya karena covid-19 mengalami eskalasi yang meningkat secara pesat,” kata Sri Mulyani, Senin (14/12/2020).
Untuk itu, pemerintah terus akan melakukan langkah-langkah dan dukungan APBN untuk kesehatan, baik dari pengadaan APD maupun upgrade dari rumah sakit. Serta untuk penanganan tenaga kesehatan maupun untuk mereka yang sekarang harus dirawat akibat covid-19.
Sementara, Menkeu membeberkan di Amerika Serikat, Eropa, bahkan Jerman dan PErancis, sekarang sudah mempertimbangkan akan terjadinya restriksi yang sangat ketat. Termasuk Swedia, dimana semula negara ini mendapatkan pujian karena tak ikut melakukan pembatasan sosial, kini mempertibangkan untuk menempuh kebijakan tidak biasa.
“Swedia yang dulu hampir mendapatkan pujian karena mereka melakukan dan menangani konflik secara tidak konvensional, yaitu membebaskan masyarakatnya bergerak tanpa adanya protokol kesehatan, sekarang dihadapkan pada kondisi yang luar biasa sangat menentukan,” kata Sri Mulyani.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Sri Mulyani Perbaiki Data Bansos Covid-19 untuk Tekan Potensi Korupsi
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memastikan perbaikan pendataan dalam penyaluran bantuan sosial (bansos) Covid-19 untuk menekan potensi korupsi.
Seperti diketahui, belanja negara untuk bidang sosial meningkat pesat di 2020. Menkeu menjelaskan, hal ini ditujukan untuk menjaga dan melindungi daya beli masyarakat terutama pada 40 persen terbawah.
“Ini sudah cukup memberikan beberapa hasil yang harus kita terus fokuskan agar betul-betul bisa diterima masyarakat dan bisa mengurangi kemungkinan terjadinya orang miskin baru,” kata Sri Mulyani dalam dalam Bisnis Indonesia Award 2020, Senin (14/12/2020).
Dari berbagai survei yang dihimpun Kemenkeu, tercatat bahwa belanja pemulihan ekonomi nasional di bidang bansos telah menyelamatkan 3,4 juta penduduk yang terhindar dari jurang kemiskinan baru akibat covid-19.
Adapun program perlindungan sosial seperti PKH, bantuan upah, bantuan sembako, BLT Dana Desa, bantuan tunai dan kartu prakerja disebut telah menjangkau 50 juta kelompok penerima yang masuk dalam kategori sangat rentan dan menjadi fokus dari program-program tersebut.
“Ini merupakan sesuatu yang baik dan harus terus ditingkatkan efektifitasnya. Kita terus akan memperbaiki pendataan sehingga inklusi dan exclusion error bisa diminimalkan. Dan tentu kita berharap pelaksanaannya akan dilaksanakan secara bersih dari korupsi dan dari moral Hazard,” kata Menkeu.
Selain itu, juga ada program perlindungan lainnya untuk UMKM dan ultra mikro. Seperti subsidi bunga, restrukturisasi pinjaman, dan penjamin bagi modal kerja bagi usaha kecil menengah.
“Disinilah letak program pemulihan ekonomi nasional. Kami bekerjasama dengan sektor keuangan. Terutama perbankan, agar bisa memberikan dukungan modal kerja bagi usaha kecil menengah melalui penempatan dana pemerintah di perbankan dengan suku bunga yang disubsidi dan memberikan jaminan bagi modal kerja untuk usaha kecil menengah tersebut,” jelas Menkeu.
Untuk dunia usaha lainnya, pemerintah juga memberikan insentif di bidang perpajakan, bantuan jaminan modal kerja untuk usaha. “ini tentu masih perlu untuk disempurnakan dan dalam hal ini kami akan terus melakukan komunikasi koordinasi dengan seluruh para pelaku ekonomi maupun pada sektor keuangan,” ujar Menkeu.
“Untuk tahun 2021, fokus kita adalah tetap di dalam menangani korupsi dan memulihkan ekonomi meskipun komposisi dari APBN 2021 memang agak bergeser,” pungkas dia.
Advertisement