Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 3 bank umum syariah (BUS) BUMN bergabung ke dalam satu merger yang dinamakan Bank Syariah Indonesia, yang terdiri dari Bank Mandiri Syariah, Bank BNI Syariah dan Bank BRI Syariah. Bank Tabungan Negara (BTN) sendiri belum bisa mengikutsertakan unit usaha syariah (UUS)nya karena belum berbentuk BUS.
Direktur Utama BTN Pahal Mansury mengatakan, pihaknya masih akan berdiskusi dengan pemerintah ihwal nasib UUS BTN dalam keikutsertaan Bank Syariah Indonesia.
Baca Juga
"Kita di syariah masih menunggu dan masih proses berdiskusi dengan pemerintah mengenai bagaimana keikutsertaan dari UUS yang dimiliki oleh BTN," kata Pahala dalam konferensi pers virtual, Senin (14/12/2020).
Advertisement
Pahala mengatakan, sebagai perusahaan publik, yang selalu ditekankan oleh Kementerian BUMN selaku pemilik saham mayoritas BTN adalah kepastian transaksi. "Kalaupun ada perpindahan tentunya dengan menggunakan perjanjian dan transaksi komersial," kata Pahala.
Kendati, pihaknya masih belum mengetahui rencana keikutsertaan tersebut ke depannya. Pahala bilang, di awal tahun 2021, pihaknya akan berdiskusi dengan Kementerian BUMN terkait hal ini.
"Kami belum bisa menjawab secara jelas tapi nanti masuk tahun 2021 awal kita akan diskusi lebih intens dengan Kementerian BUMN, seperti apa unit usaha kami ke depannya, apakah akan ikut proses tersebut atau apa," tandas Pahala.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Aset
Adapun, aset UUS BTN hingga September 2020 tercatat tumbuh sampai 12,6 persen dan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 18,6 persen. LDR (Loan to Deposit Ratio) berada di level 90 persen.
Lalu per November 2020, kredit tumbuh 2,5 persen year on year. Pahala berharap pertumbuhan tersebut terjaga sampai akhir tahun.
"Apalagi ada berbagai program yang kita dorong untuk pembelian dan pembiayaan melalui KPR. Kita berharap kredit komersial khususnya konsumsi pelan-pelan membaik. September-Oktober mulai ada posisi realisasi baru, kita lihat penyaluran kredit KPR dan konstruksinya mulai pulih," katanya.
Advertisement