Liputan6.com, Jakarta - Harga emas merosot pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Sentimen pendorong pelemahan harga emas ini karena peluncuran vaksin Covid-19 di Amerika Serikat (AS) yang mendorong optimisme di pasar keuangan.
Investor melihat bahwa adanya vaksin Covid-19 ini akan mendorong pemulihan ekonomi. Hal ini membuat sebagian besar investor memborong aset-aset berisiko dan meninggalkan emas.
Mengutip CNBC, Selasa (15/12/2020), harga emas di pasar spot turun 0,6 persen menjadi USD 1.827,55 per ounce, setelah sebelumnya turun sebanyak 1 persen menjadi USD 1.819,35 per ounce.
Advertisement
Sedangkan harga emas berjangka AS turun 0,6 persen menjadi USD 1.832,10 per ounce.
"Kami melihat adanya risk appetite yang lebih tajam di pasar, dibuktikan dengan reli di pasar saham global. Hal itu tentu saja memberikan tekanan pada emas yang merupakan instrumen safe haven," kata analis senior Kitco Jim Wyckoff.
"Namun indeks dolar AS yang melemah membatasi beberapa tekanan jual di emas," lanjur Jim.
Sentimen kenaikan bursa saham melaju kencang seiring adanya berita bahwa pengiriman pertama vaksin virus Covid-19 ke seluruh AS berlangsung mulai Senin. Sedangkan untuk penyuntikan kemungkinan dimulai paling awal Senin.
Harapan pemulihan global dan keputusan untuk memperpanjang pembicaraan perdagangan antara Inggris dan Uni Eropa juga mendukung kenaikan bursa saham Eropa sehingga menekan harga emas.
Bantuan Dolar AS
Pelemahan harga emas sedikit tertahan karena adanya tekanan pada nilai tukar dolar AS. Mata uang AS mengalami tekanan setelah pembicaraan mengenai paket bantuan Covid-19 di parlemen tak kunjung selesai.
Pembicaraan mengenai paket stimulus tersebut bahkan sampai melebihi batas waktu yang ditentukan pada Jumat tengah malam.
Saat ini, investor tengah menunggu pertemuan kebijakan Federal Reserve (the Fed) yang mulai sidang pada Selasa. Hasil sidang tersebut akan menjadi isyarat kebijakan moneter yang akan dijalankan ke depannya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Simak Prediksi Harga Emas Jelang Akhir 2020, Bakal Lebih Mahal?
Harga emas tengah menghadapi resistensi yang kuat di level USD 1.850. Analis menilai, level harga emas akan sampai ke USD 1.925 per ons pada perdagangan akhir 2020. Hal ini akan sangat dipengaruhi oleh stimulus fiskal AS yang saat ini masih belum jelas.
Dilansir dari laman Kitco News, Minggu (14/12/2020), co-direktur Walsh Trading Sean Lusk menyebutkan bahwa, berdasarkan historis pola perdagangan emas, salah satu waktu terbaik untuk harga emas adalah dari pertengahan Desember hingga Hari Valentine (Februari).
“Level USD 1.880-USD 1.900 masih menjadi resistensi kunci untuk emas,” kata Lusk.
Dalam hematnya, saat ini, harga emas berhasil menahan level USD 1.830. Artinya, logam tersebut naik 20 persen sejak awal tahun.
Hingga akhir tahun, Lusk memperkirakan harga emas cenderung lebih tinggi. "Ini akan menjadi proses yang lambat hingga akhir tahun karena kami menuju USD 1.850- USD 1.900,” kata dia.
5 Hal yang akan Mempengaruhi Harga Emas Pekan Ini
Selain momentum Natal dan Tahun baru, ada lima hal yang harus diperhatikan minggu depan yang dapat berdampak signifikan pada pasar emas. Antara lain: rekor kematian akibat covid-19 di AS, stimulus fiskal, kekacauan Brexit, pertemuan kebijakan moneter Federal Reserve, dan data makro.
Direktur perdagangan global Kitco Metals, Peter Hug masih melihat peluang untuk emas mencapai USD 1.925 per ounce pekan depan jika emas bisa bertahan di atas USD 1.850 per ounce.
Di sisi lain, Hug melihat saat ini AS sedang berada dalam tekanan untuk segera meloloskan stimulus USD 900 miliar akiba angka covid-19 yang terus meningkat. Sementara, derik-detik terakhir negosiasi Brexit selama akhir pekan ini juga menambah lapisan ketakutan yang menguntungkan emas.
"Pagi ini, Anda mendapat dukungan di level USD 1.825, dan itu melonjak, kemudian Boris Johnson mengumumkan bahwa kemungkinan Inggris akan meninggalkan UE tanpa kesepakatan perdagangan. Itu akan menciptakan beberapa masalah keuangan antara Inggris dan UE di tahun baru. Ini telah memicu ketakutan dan merupakan katalisator untuk emas, "jelas Hug.
Adapun batas waktu negosiasi akan berakhir pada hari Minggu. Namun ekonom melihat ada kemungkinan untuk diperpanjang. "Ada anggapan umum bahwa pembicaraan bisa berlanjut hingga minggu depan (pekan ini)," kata ekonom pasar berkembang ING James Smith.
Yang tak kalah penting, yakni peristiwa makro terbesar di AS minggu depan adalah pertemuan kebijakan moneter Federal Reserve pada hari Rabu.
"Mengingat situasi ini, Federal Reserve akan mempertahankan bias dovish dan terus menekankan perlunya dukungan fiskal yang sedang berlangsung," kata kepala ekonom internasional ING James Knightley.
Hug juga mencatat bahwa Fed akan tetap sangat akomodatif dan mungkin menekankan perlunya lebih banyak stimulus fiskal.
Advertisement