Sukses

Menko Luhut: Kereta Cepat jadi Titik Modernisasi Transportasi Publik di Indonesia

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan meresmikan Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Outlet Tunnel 1 Breakthrough.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan meresmikan Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Outlet Tunnel 1 Breakthrough di Jalan Tol arah Jakarta KM 5 + 500 DK 4 Halim, Bekasi, Jawa Barat. Luhut mengatakan proyek kereta cepat ini sangat penting dan perlu mendapat perhatian bersama sebagai titik modernisasi transportasi publik.

"Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung adalah proyek penting yang menjadi perhatian kita bersama. Proyek ini merupakan titik lain modernisasi transportasi publik di Indonesia," kata Luhut di Bekasi, Selasa (15/12).

Luhut menilai proyek kereta cepat ini akan menjadi kebanggaan bagi bangsa Indonesia. Kehadiran transportasi massal ini menjadi salah satu solusi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

"Ini menjadi transportasi massal modern untuk memecah masalah kebutuhan mobilitas kita," kata Luhut.

Hadirnya kereta cepat di Indonesia, diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi perekonomian, kesejahteraan masyarakat, dan kemajuan bangsa Indonesia.

President Commissioner PT KCIC Ju Guojiang mengatakan pembuatan kereta cepat ini merupakan tradisi persahabatan antara Tiongkok dan Indonesia yang memanfaatkan teknologi tinggi dan mengutamakan keselamatan kerja.

"Pembangunan kereta cepat ini berusaha untuk dilakukan secara aman dan presisi," kata dia.

Presiden Direktur PT KCIC Chandra Dwiputra mengatakan progress dari proyek ini sudah terselesaikan di angka 64,4 persen. "Tunnel ini adalah yang terpanjang di Asia Tenggara," kata dia.

Acara tersebut juga dihadiri Duta Besar Republik Rakyat Tiongkok untuk Indonesia Xiao Qian. Hadir pula Wakil Direktur Komisi Pembangunan Nasional dan Reformasi Nasional (NDRC) Ning Ji Tze, Dirjen Perkeretaapian Kemenhub Zulfikri, Perwakilan CDB Indonesia Li Yun Zhi, Jajaran Direksi Pemegang Saham PT KCIC dari PT Wijaya Karya, PT KAI, PT JasaMarga, PTPN VIII, PT PSBI, Pimpinan kontraktor dan konsultan Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung dari HSRCC, WIKA, Sinohydro, CREC, CRDC dan CDJO.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Mesin Bor Raksasa Konstruksi Terowongan Kereta Cepat Pecahkan Rekor MURI

PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) telah merampungkan konstruksi Tunnel #I proyek Kereta Cepat Indonesia-Bandung (KCJB) sepanjang 1,8 Km.

Sehubungan dengan proyek ini, Museum Rekor- Dunia Indonesia (MURI) menyematkan pencatatan rekor pada mesin bor yang digunakan di Tunnel #1 Proyek KCJB, sebagai Mesin Bor Terbesar Pembuat Terowongan di Indonesia.

Berdiameter sebesar 13,2 meter, TBM menggali struktur terowongan yang akan menampung dua lintasan kereta cepat di dalamnya.

Site Manager Tunnel #1 Sinohydro Han Jiping memaparkan, TBM KCJB memiliki panjang 102,3 meter dan beroperasi selama 13 bulan hingga Tunnel #1 berhasil ditembus.

“Rata-rata TBM beroperasi 113 meter/bulan. Namun dalam keadaan optimal, satu bulan TBM dapat beroperasi hingga mencapai 322 meter,” papar dia dalam Tunnel #1 breakthrough, Selasa (15/12/2020).

Didatangkan khusus untuk menggali struktur tunnel #1 Halim, TBM pertama kali mendarat di Indonesia pada Februari 2019 serta merampungkan proses perakitan dan commissioning di bulan Maret 2019.

Setelah mendapatkan izin operasi dari KKJTJ pada bulan Oktober 2019, TBM KCJB resmi beroperasi menggali struktur tunnel melintasi bagian bawah area - area kritis seperti LRT, gerbang & jalan tol Jakarta-Cikampek, perumahan dan fasilitas sosial seperti Masjid.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama KCIC Chandra Dwi Putra menyampaikan, metode penggalian Tunnel #1 dengan menggunakan TBM merupakan salah satu bentuk komitmen Proyek KCJB untuk tetap memperhatikan keamanan dan kenyamanan lingkungan sekitar selama proses pembangunan.

“Tunnel #1 dikonstruksikan dengan menggunakan mesin bor terbesar yang pernah ada di Indonesia dan Asia Tenggara, yang memungkinkan proses pengeboran dilakukan tanpa mempengaruhi aktivitas di permukaan,” kata dia.