Liputan6.com, Jakarta - Pandemi COVID-19 telah membuat banyak usaha pelaku ekonomi kreatif terhenti. Meski demikian, masih ada juga yang mampu bertahan dan terus berkarya. Syaratnya, mereka mau beradaptasi dan bersedia melakukan transformasi digital.
Sutradara film Hanung Bramantyo sudah membuktikannya. Diceritakan Hanung, kebanyakan aktivitas pekerja seni terhenti seketika. Padahal kata Hanung, saat pandemi mulai ramai diperbincangkan pada Maret lalu, Hanung tengah menjalankan tiga produksi film. Film dengan judul ‘Tersanjung’ (gala premier), ‘Surga Tak Dirindukan 3’ dan ‘Ibunda’.
Baca Juga
Dalam waktu bersamaan, Hanung mengatakan ada film berjudul Mekkah I'm Coming yang saat itu juga sedang diputar di bioskop.
Advertisement
"Saat pandemi, semuanya berhenti total. Yang gala premier tidak jadi tayang sampai hari ini. Yang sudah tayang di bioskop langsung turun, drop karena tidak ada penonton. Yang sedang syuting seminggu lagi mau selesai harus berhenti," katanya dalam Dialog Produktif ‘Industri Kreatif Melawan Hantaman Pandemi’ di Media Center Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Selasa (15/12/2020).
Ketika dia mencoba memaksakan diri untuk melanjutkan syuting di Jogjakarta, masyarakat sekitar lokasi menolak kehadiran timnya. Apalagi, saat itu kebanyakan krunya berasal dari Jakarta, yang menjadi salah satu episentrum penyebaran COVID-19.Hanung akhirnya tidak punya pilihan selain menghentikan syuting dan tetap tinggal dengan keluarganya di Yogyakarta hingga saat ini.
"Sisi positif pandemi, saya semakin dekat dengan anak-anak saya. Tapi kebahagian itu itu hanya berlangsung dua sampai tiga minggu. Saya merasa kalau saya tidak berbuat sesuatu saya pusing, saya bisa gila," kenangnya.
Ketika kebosanannya memuncak karena harus berdiam diri di rumah selama berbulan-bulan, Hanung kemudian memutuskan untuk membuat film pendek bersama anak-anaknya dengan berbekal kamera handphone. Film pendek besutan Hanung dan anak-anaknya ini kemudian tayang di salah satu laman situs berbagi video. Gayung bersambut, film tersebut ditonton hingga 700 ribu orang dan akhirnya dilirik sponsor.
"Ternyata kreativitas muncul ketika diri kita terpenjara. Kepepet baru muncul," guraunya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tipe Manusia yang Sukses di Masa Pandemi
Hal ini diamini Juru Bicara Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prabu Revolusi. Ia mengatakan ada dua tipe manusia yang sukses bertahan hidup ketika pandemi, manusia yang adaptif dan manusia yang melakukan transformasi teknologi.
Hal yang terjadi pada Hanung diakuinya merupakan contoh manusia yang sukses dalam melakukan transformasi digital.
Namun sayangnya kata Prabu, masih banyak para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif yang gagap menghadapi pandemi ini karena tidak mau beradaptasi dengan situasi pandemi dan tidak mau melakukan transformasi digital.
“PR-nya adalah masih banyak yang belum seperti itu, atau gagap ketika menghadapi pandemi ini. Kemenparekraf membuat program inkubasi untuk film maker agar tetap berproduksi, kita bantu dengan insentif, atau penulisan skenario di masa COVID-19," pungkasnya.
Advertisement