Sukses

Pemerintah Klaim Tingkat Kesembuhan Pasien Covid-19 Indonesia di Atas Global

Pemerintah menyebut tingkat kesembuhan kasus positif Covid-19 di Indonesia saat ini sudah mencapai 82 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyebut tingkat kesembuhan kasus positif Covid-19 di Indonesia saat ini sudah mencapai 82 persen. Menurutnya, capaian tersebut sudah lebih baik, bahkan berada di atas rata-rata tingkat kesembuhan global.

"Tingkat kesembuhan sudah mencapai 82 persen lebih tinggi dari rata-rata kesembuhan global," kata dia dalam acara diskusi Menjaga Momentum Pemulihan Ekonomi Nasional secara virtual, di Jakarta, Kamis (17/12/2020).

Dia mengatakan, dengan tingkat kesembuhan di atas global maka menjadi sinyal positif di tengah pelonggaran aktivitas masyarakat seiring dengan protokol kesehatan yang terus dijaga pemerintah. Sebah itu, dia mengajak seluruh stakeholder maupun civitas akademi untuk bersama-sama mengendalikan penyebaran Covid-19.

"Saya mengajak kita semua untuk menjaga semangat untuk melawan pandemi Covid-19 bahwa kita percaya dengan kerja sama yang baik kita dapat mengendalikan Covid," jelas dia.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa pemerintah sangat optimistis dalam pengendalian pandemi Covid-19. Optimisme tersebut dilandasi dari sejumlah angka-angka indikator pengendalian Covid-19 di Indonesia.

"Melihat ini (angka-angka indikator), sebetulnya kita sangat optimis dalam pengendalian Covid-19 ini. Tetapi kemarin saya sampaikan, saya memang kalau ada peningkatan sedikit saja pasti saya akan berikan warning secara keras karena kita enggak mau ini keterusan. Jadi saya ingatkan itu karena memang ada kenaikan sedikit, itu yang harus segera diperbaiki," kata Jokowi dalam arahannya pada sidang kabinet paripurna di Istana Negara, Jakarta, Selasa (1/12).

Dwi Aditya Putra

Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Vaksin Covid-19 Belum Jadi Jaminan Ekonomi Indonesia Bangkit

COVID-19 telah menjadi pemicu terjadinya resesi ekonomi Indonesia. Situasi ini menjadi pukulan yang amat berat bagi perekonomian Indonesia utamanya pada triwulan II dan III 2020.

Dalam upaya menjaga kestabilan ekonomi selama pandemi, Indonesia mengandalkan kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan serta stimulus ekonomi. Upaya ini dimaksudkan untuk mendorong peningkatan konsumsi rumah tangga dan mencegah terjadinya lonjakan pengangguran.

Sayangnya, kedua upaya tersebut belum membuahkan hasil yang menggembirakan. Saat ini, ketersediaan vaksin tampaknya menjadi jalan utama menuju pemulihan ekonomi dan kesehatan masyarakat akibat pandemi ini.

“Vaksin dianggap mampu membantu pemulihan kondisi psikologis masyarakat sehingga terbentuk ekspektasi rasional yang lebih positif imbas kondisi ketidakpastian yang menurun,” ujar Kepala Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Agus Eko Nugroho seperti dikutip, Kamis (17/12/2020).

Kendati begitu, Agus menyebut ketersediaan vaksin tidak serta merta menyelesaikan persoalan ekonomi di tanah air. Karena pada saat yang sama, perekonomian Indonesia tetap dibayangi oleh sejumlah persoalan klasik yang hingga kini belum terselesaikan. Seperti persoalan ketahanan pangan, perdagangan internasional, pemberdayaan UMKM, dan lain-lain.

Diagnosa sektoral yang dilakukan Pusat Penelitian Ekonomi LIPI atas PDB 2020 menunjukan bahwa selama pandemi, kontribusi pertumbuhan beberapa sektor seperti perdagangan besar dan eceran, transpotasi pergudangan, dan penyediaan akomodasi makanan/minuman yang cukup resesif pada kondisi normal, justru menjadi kontributor dominan dalam kontraksi perekonomian.

Selain itu, industri manufaktur dan UMKM menjadi entitas yang mengalami goncangan terberat selama masa pandemi. Ironisnya, transformasi digital UMKM untuk memperluas pasar masih sangat terbatas.

Pada saat yang sama, pelaku UMKM juga menarik simpanannya dari pembiayaan keuangan mikro (LPM) hingga menyebabkan kinerja keuangan dan kemampuan intermediasi LPM terganggu.

Pusat Penelitian Ekonomi LIPI juga mencatat terjadinya lonjakan tabungan individu pada triwulan III/2020. Lonjakan ini sekaligus menyiratkan bahwa rumah tangga, terutama yang berpenghasilan menengah atas, lebih memilih menabung daripada berbelanja sebagai imbas risiko ketidakpastian yang cenderung meningkat.

“Meskipun demikian, harus diakui adanya sedikit perbaikan ekonomi pada triwulan IV/2020, sehingga angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 akan secara optimis bertumbuh,” tandas Agus.