Liputan6.com, Jakarta - Coca-Cola dilaporkan akan berencana untuk memangkas sekitar 2.200 pekerjaan di angkatan kerja globalnya sebagai bagian dari rencana restrukturisasi. Rencana tersebut pun dipercepat oleh perusahaan minuman bersoda tersebut, karena akselerasi dari akibat pandemi Covid-19.
Di Amerika Serikat sendiri, Coca-Cola akan melakukan PHK terhadap sekitar 1.200 pekerjaan atau 12 persen dari total tenaga kerja di negeri paman sam tersebut. Kabar tersebut pun pertama kali dilaporkanoleh Wall Street Journal, seperti melansir CNBC, Sabtu (19/12/2020)
Pada akhir tahun 2019 sendiri, perusahaan berbasis di Atlanta ini memiliki 86.200 karyawan global. Tetapi kehadiran pandemidikabarkan menghantam total pendapatan dari perusahaan minuman raksasa tersebut. Sekitar setengah dari penjualan dari Coca-Cola sendiri biasanya berasal dari konsumen yang meminum minumannya jauh dari rumah. Pada kuarta ketiga sendiri, penjualan bersih dari Coca-Cola dinyatakanturun sebesar 9 persen.
Advertisement
Untuk merespon krisis dari pandemi ini, Coca-Cola pada akhirnya memutuskan untuk mempercepat rencananya untuk merestrukturisasi bisnis dan mengurangi portofolio.
Perusahaan ini pun telah berhenti untuk memproduksi minuman seperti Tab dan merek Odwalla, yang sudah dinyatakan tidak laku di pasaran dan tidak punya potensi untuk berkembang.
Perusahaan yang saat dipimpin oleh James Quincey, berencana untuk membangun unit operasi baru yang berfokus pada tingkat regional dan lokal. Nantinya operasi tersebut akan bekerja sama dengan lima tim kepemimpinan pemasaran global, dimana nanti akan dibagi berdasarkan kategori.
Bagian dari reorganisasinya adalah melakukan PHK. Pada bulan Agustus, Coca-Cola mengatakan akan menawarkan paket pemberhentian sukarela kepada 4.000 pekerja di AS, Kanada, dan Puerto Rico. Secara total, Coca-Cola sendiri berharap bisa menghabiskan USD 350 juta hingga USD 550 juta untuk biaya pesangon.
Valuasi saham perusahaan yang bernilai USD 230 miliar ini pun, hanya naik kurang dari 1% dalam periode perdagangan sore hari. Stok Saham dari Coca-Cola sendiri 3 persen sejauh ini pada tahun 2020.
Reporter: Yoga Senjaya Putra
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Dihantam Krisis Covid-19, Cathay Pasific PHK 6.000 Karyawan
Cathay Pacific Airways telah memberi peringatan bisnisnya sepanjang 2021. Kelangsungan bisnisnya sangat tergantung dari ketersediaan vaksin Covid-19.
Dalam pembaruan bisnis, maskapai itu mengatakan paruh pertama tahun depan akan menjadi yang paling sulit. Hal ini lantaran perusahaan mengurangi jam terbang hingga kurang dari seperempat seblum pandemi Covid-19. Perkiraan tersebut juga memberikan petunjuk tentang masa depan pegawai.
Seagai dampaknya, perusahaan telah setuju untuk mengurangi 6.000 karyawan secara global. Selain itu, maskapai asal Hong Kong tersebut juga akan menghentikan operasi anak usahanya, Cathay Dragon.
Perusahaan penerbangan utama Hong Kong ini menargetkan pemecatan global hingga 8.000 karyawan. Namun saat ini masih bisa diminimalisir setelah adanya bantuan dari pemerintah Hong Kong.
Pengumuman PHK ini dilakukan pada hari Rabu ini, pada akhir perdagangan di pasar saham.
Ronald Lam Siu-por, Kepala Pelanggan dan Pejabat Komersial Grup mengatakan, prospek perusahaan tahun 2021 tersebut sudah paling optimis.
“Kami berasumsi bahwa kami akan beroperasi jauh di bawah seperempat dari kapasitas sebelum pandemi pada paruh pertama tahun depan, tetapi akan melihat pemulihan pada paruh kedua tahun ini hanya dengan asumsi vaksin yang saat ini sedang dikembangkan terbukti efektif dan diadopsi secara luas di pasar utama kami pada 2021,” tutur Ronald Lam Siu-por seperti dikutip dari South China Morning Post, Rabu (21/10/2020).
Meningkatnya krisis kesehatan global, Cathay Pasific telah beroperasi kurang dari 10 persen dari jadwalnya dan telah memarkir dua perlima dari 180 armadanya.
Pada bulan September, Cathay Pacific dan Cathay Dragon mengangkut total 47.061 penumpang yang artinya turun 98,1 persen dibandingkan September tahun lalu.
Dewan Direksi Maskapai Cathay mengatakan bahwa awal pekan ini akan ada pegumuman besar tentang PHK dan pemotongan gaji, yang telah dirancang guna menjaga bisnis tetap berjalan.
Berbagai sumber mengatakan bahwa pemerintah Hong Kong, pada bulan Juni menawarkan bantuan ekonomi kepada Cathay dan berusaha menekan perusahaan tersebut agar memberikan paket perjalanan yang lebih murah bagi para pekerja yang kehilangan pekerjaan karena pandemi.
Advertisement