Liputan6.com, Jakarta - PT Barata Indonesia (Persero) kembali menambah daftar ekspor produk komponen kereta api, Bogie, melalui Pasar Pabrik Foundry Divisi Industri Komponen dan Pemesinan (DIKP). Kali ini, Barata Indonesia melakukan ekspor perdana Bogie ke negara Mauritania, Afrika, Kamis (17/12/2020).
Setelah rutin melakukan ekspor komponen kereta api ke Benua Amerika (Amerika Serikat, Kanada, Meksiko), untuk pertama kalinya Barata melakukan ekspor ke benua Afrika. Sejumlah Bogie ini rencananya akan dipasang pada gerbong Mauritania yang menjadi salah satu kereta dengan rangkaian terpanjang di dunia dan beroperasi di jalur ekstrim membelah gurun sahara.
Baca Juga
"Ekspor ini merupakan komitmen perseroan dalam mendongkrak kinerja ditengah pandemi sekaligus memperluas pasar produk pengecoran ke luar negeri," demikian dikutip dari keterangan resmi Barata, Jumat (18/12/2020).
Advertisement
Sebagai tindaklanjut kerjasama Barata Indonesia dengan perusahaan asal Amerika Standard Car Truck (SCT) tersebut, kedua belah pihak telah melakukan tanda tangan Letter of Intent (LOI) untuk rencana kerja pada tahun 2021 dengan nilai yang mencapai USD 11,57 juta.
Direktur Utama Barata Indonesia Fajar Harry Sampurno mengatakan Barata Indonesia masih akan terus berkomitmen untuk menjaga nilai ekspor produk - produk Barata Indonesia. Karena itu, ekspor perdana di Mauritania menjadi langkah yang tepat guna terus mencapai target tersebut.
"Kami berharap, ekspor ini terus berlanjut dan tidak hanya berhenti di Mauritania, Afrika, namun juga bisa membuka pintu ekspor ke negara - negara baru lainnya," ujar Harry.
Untuk menjaga keberlangsungan bisnis ini perseroan juga telah memperbarui sertifikat Association of American Railroads (AAR) yang menjadi salah satu prasyarat ekspor produk Bogie.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Bangun Pabrik Roda Kereta Api, Barata Indonesia Kucurkan Rp 500 Miliar
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang industri manufaktur, PT Barata Indonesia (Persero), berencana membangun pabrik untuk memproduksi roda kereta tahun ini.
Direktur Utama PT Barata Indonesia (Persero), Fajar Harry Sampurno dalam acara "Ngopi BUMN" Jumat (21/02/2020), menyampaikan bahwa Indonesia masih belum bisa memproduksi sendiri roda kereta. Saat ini, pasokan roda kereta masih impor 100 persen.
"Dari kereta api, kita yang belum bisa buat adalah roda. Kita masih impor. Oleh karena itu mulai tahun ini insya allah kita mulai (bangun pabrik roda kereta)." papar Harry.
Harry menjelaskan, dalam pembuatan pabrik roda itu dibutuhkan biaya sekitar Rp 500 miliar.
"Investasi Rp 500 miliar untuk membuat pabrik roda karena ini pemakaiannya cukup besar di Indonesia. Ini nggak gampang bikin roda itu." jelasnya.
Rencananya, pabrik Barata Indonesia tersebut akan berlokasi di Gresik, Jawa Timur. Pembuatan pabrik ini dalam rangka memenuhi kebutuhan roda kereta di Indonesia yang semakin meningkat. Harry juga memaparkan kebutuhan roda kereta, termasuk untuk KAI, KRL, LRT, dan MRT berkisarb20 ribu pcs.
Untuk diketahui, saat ini telah dilakukan pembahasan road map pengembangan teknologi roda kereta api yang akan diprakarsai Menristekdikti. Dengan melibatkan kalangan ilmuwan di akademisi ITS dan lembaga lainnya, pada 7 Februari lalu di ITS Surabaya.Â
Advertisement