Sukses

Produsen Siap Bantu Penuhi Kebutuhan Gula Jelang Natal dan Tahun Baru

Jelang hari raya keagamaan seperti Lebaran dan Natal permintaan gula meningkat tajam.

Liputan6.com, Jakarta - Produsen gula GulaVit Pir menyatakan siap membantu pemerintah untuk memenuhi kebutuhan gula jelang Natal dan Tahun Baru khususnya untuk wilayah Kalimantan Barat. Hal ini lantaran jelang hari raya keagamaan, permintaan gula meningkat tajam.

Hal tersebut disampaikan perwakilan GulaVit Pir, Tian Bahtiar pada silaturahmi tim Gulavit Pir dengan jajaran pimpinan Polda Kalimantan Barat.

"Terkait dengan kebutuhan menjelang natal dan tahun baru, GulaVit Pir memastikan siap membantu memenuhi kebutuhan warga Kalimantan Barat, jelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2021," ungkap dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (22/12/2020).

"Umumnya permintaan terhadap sejumlah komoditas pangan, menjelang hari besar mengalami peningkatan," lanjut dia.

Selain itu, di tengah pandemi covid-19 yang masih berlangsung hingga saat ini, GulaVit Pir juga menghadirkan produk gula yang mengandung vitamin A, C dan D.

Dengan mengkonsumsi gula bervitamin, dan makanan sehat dan bernutrisi diharapkan dapat meningkatkan imunitas masyarakat. 

Hadir dalam acara tersebut Kapolda Kalimantan Barat Irjen Pol DR. Drs, R. Sigid Tri Hardjanto  S.H, Msi,  didampingi Wakapolda Brigjen Pol Asep Safrudin SIK, M.H.

“Sebagai bagian dari satgas pangan daerah, Polda menyambut baik. Kami berharap stabilitas harga dan pasokan gula pasir di Kalimantan Barat terjaga,” ujar Wakapolda Brigjen Pol Asep Safrudin.

Dalam acara silaturahmi ini, pihak manajemen Gulavit Pir menyerahkan bantuan GulaVit Pir untuk membantu para anggota kepolisian yang bertugas dalam penanggulangan Covid 19.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Pengusaha Minta Pemerintah Permudah Izin Ketimbang Buka Impor Gula Langsung

Asosisi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) buka suara soal kebijakan pemerintah yang akan membuka keran impor garam dan gula secara langsung untuk kebutuhan industri makanan dan minuman.

“Proses importasi dari negara produsen juga tidak mudah. Mulai dari proses pembelian, kesiapan infrastruktur dan banyak hal yang sering terjadi diluar prediksi,” ujar Sekjen Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI), Indra Suryaningrat di Jakarta, Sabtu (21/11/2020).

Rencana pemerintah tersebut digulirkan oleh Menteri Kordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, 5 Oktober lalu di Istana Negara.

AGRI meminta pemerintah mengkaji ulang rencana tersebut, apalagi yang diimpor langsung industri mamin dalam berupa produk jadi GKR. Sementara produk impor anggota AGRI berupa raw sugar sehingga menimbulkan nilai tambah, baik penyerapan tenaga kerja, pajak, maupun investasi.

AGRI pun mampu menyuplai gula sesuai spesifikasi kebutuhan industi pengguna. AGRI juga memberikan keluasaan pembeli dalam menentukan harga raw sugar, sehingga harga GKR yang akan dibeli dapat diatur sesuai ekspektasi.

“AGRI juga telah membantu pemerintah memenuhi buffer stock kebutuhan gula apabila terjadi kelangkaan barang,” jelasnya.

Dalam keterangan tertulisnya, Indra menyarankan bahwa lebih baik agar Pemerintah memberikan kemudahan pada birokrasi penerbitan Izin Impor supaya prosesnya tidak memakan waktu lama.

Pemberian izin langsung kepada Industri mamin berpotensi adanya penambahan waktu proses penerbitan izin importasi karena diperlukan audit dan pengawasan yang ekstra ketat kepada masing-masing Industri mamin sebelum izin diberikan.

Rekomendasi impor belum diterbitkan. AGRI masih menunggu dari Kemenperin. Menurut data AGRI, Raw Sugar dari Thailand sudah habis, dan Raw Sugar dari Australia hampir selesai panen tebu pada pertengahan/akhir bulan November dan sisa Raw Sugar Australia sudah menipis, oleh sebab itu perolehan Raw Sugar saat ini hanya dimungkinkan dari Brazil.

Proses importasi Raw Sugar dari Brazil memerlukan waktu kurang lebih 45-60 hari. Berdasarkan laporan dari Anggota AGRI bahwa stock Raw Sugar dan Produk GKR hanya mencukupi sampai dengan akhir bulan Desember 2020.

Indra menegaskan bahwa hubungan AGRI dengan Industri Mamin cukup baik. Kerjasama B to B selalu mengedepankan win-win solution.

“Oleh karena itu, kami tegaskan AGRI bukan menambah mata rantai sehingga hanya mencari rente, melainkan membantu pemerintah dan indutri pengguna,” pungkas Indra.