Sukses

Penyebab Bisnis Perbankan Indonesia Banyak Dilirik Investor Asing

Investor asing sangat tertarik di berbagai lini bisnis finance technology (fintech).

Liputan6.com, Jakarta Perbankan Indonesia masih menjadi daya tarik investor atau perusahaan luar negeri yang ingin melakukan akuisisi. Padahal sudah ada 110 bank dengan berbagai kategori.

Steering committee Indonesia Fintech Society (IFSoc), Mirza Adityaswara menilai kondisi ini terjadi karena pertumbuhan kredit di Indonesia masih rendah.

Pertumbuhan kredit terhadap GDP di Indonesia hanya sekitar 35 persen sampai 37 persen. Sementara negara lain kontribusi pertumbuhan kredit terhadap GDP sudah 70 persen sampai 100 persen.

"Kalau kita lihat dari sisi credits to GDP ini hanya 35-37 persen," kata Mirza dalam Press Briefing Indonesia Fintech Society (IFSoc): Outlook Fintech 2021, Jakarta, Selasa (29/12/2020).

Rendahnya kontribusi kredit tersebut menjadi peluang bagi investor untuk menanamkan modalnya di industri perbankan. Terutama kepada bank yang sudah jadi.

"Di situ ada potensi, makanya kita lihat kenapa sektor keuangan itu bagi investor masuk Indonesia masih menarik," kata dia.

Mirza melanjutkan investor asing sangat tertarik di berbagai lini bisnis finance technology (fintech). Baik dari sisi pendanaan, kredit atau sistem pembayaran. Investasi jangka panjang inilah yang dinilai sangat menarik bagi investor.

Hanya saja masih banyak pekerjaan rumah yang perlu segera diselesaikan untuk mendorong inklusi keuangan nasional. Salah satunya akses dan literasi keuangan masyarakat.

Tingginya inklusi keuangan saat ini didominasi kota-kota besar. Sementara di daerah justru sebaliknya. Maka, pembangunan ekosistem digital ini harus bisa dirasakan diberbagai wilayah.

"Jadi kalau negara ini ingin kita terus dapat manfaat untuk ekonomi dan masyarakat maka ekosistemnya harus dibangun sehat," jelas dia.

Saksikan Video Ini

2 dari 2 halaman

Dukung Keterbukaan Informasi, Bank Indonesia Rias Wajah Situs Resminya

Bank Indonesia meluncurkan tampilan baru pada laman situs resmi www.bi.go.id. Hal ini bertujuan untuk mendukung keterbukaan informasi dan mempermudah pengunjung dalam mendapatkan rilis yang dikeluarkan bank sentral.

Kepala Grup Departemen Komunikasi Bank Indonesia Junanto Herdiawan mengatakan, pihaknya ingin meningkatkan literasi tentang Bank Indonesia melalui wajah baru tersebut.

"Terutama memang web kita ini kan salah satu tujuannya untuk publikasi informasi. Web ini salah satu source untuk berita dan survey yang dikeluarkan Bank Indonesia," kata Jumanto dalam sesi bincang santai virtual bersama wartawan, Selasa (29/12/2020).

Menurut dia, hal pertama yang dicari warganet dalam mengunjungi sebuah situs adalah kemudahan dalam mengakses informasi. Hal tersebut yang kurang didapati Bank Indonesia dengan tampilan lamanya.

Junanto mengatakan, pengunjung laman resmi BI dahulu kerap tersesat lantaran template situs yang rumit dan terlalu padat.

"Dulu problema dari website kita itu kalau masuk klik, klik, klik, nyasar, enggak bisa keluar. Jadi banyak yang tersesat dalam website kita karena jalannya begitu banyak," ungkapnya.

"Tampilan utamanya terlalu padet. Jadi begitu buka halaman pertama pusing," tambah Junanto.

Namun sekarang, ia berharap pengunjung situs resmi Bank Indonesia mau berlama-lama berkelana di sana. Pengunjung pun akan disajikan berbagai informasi terkini seputar bank sentral.

"Website ini kita bikin untuk komunikasi kita dengan publik, dan ini informasi semua tentang Bank Indonesia di sini. Jadi memang secara umum Bank Indonesia sumber informasinya di sini. Di medsos-medsos kita memang banyak sebar berita, tapi nanti hub-nya di website Bank Indonesia," tuturnya.