Liputan6.com, Jakarta 2 negara selama ini masih menjadi pemasok kedelai terbanyak ke Indonesia, yakni Amerika Serikat dan Brazil. Pasokan kedelai ini yang kemudian untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan, Didi Sumedi mengatakan, Indonesia masih membutuhkan impor kedelai dari Amerika dan Brazil untuk memenuhi kebutuhan nasional, seperti buat para perajin tahu dan tempe.
“Kita masih butuh impor sudah pasti, karena dalam negeri produksi kedelai itu kecil sekali mungkin di bawah 10 persen. Pasti itu sudah suatu kepastian untuk bahan baku tempe tahu dan industri lainnya memerlukan impor,” kata Didi kepada Liputan6.com, Senin (4/1/2021).
Advertisement
Ia menegaskan bahwa para importir selalu menyediakan stok kedelai di gudang importir sekitar 450 ribu ton untuk kebutuhan hingga 3 bulan. Bahkan bahan baku kedelai yang dibutuhkan Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) bisa tercukupi.
“Stok kedelai kalau kami konfirmasi dari para importir cukup, mereka stok bulan ini ada sekitar 220 ribu ton. Biasanya mereka stok untuk 3 bulanan 450 ribu ton, jadi kalau untuk memasok kebutuhan perajin tempe tahu sebetulnya cukup,” jelasnya.
Didi menjelaskan sebenarnya faktor naiknya kedelai lantaran terjadi kenaikan harga kedelai internasional.
Pada Desember 2020 harga kedelai dunia tercatat sebesar USD 12,95 per bushels, naik 9 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat USD 11,92 per bushels.
Berdasarkan data The Food and Agriculture Organization (FAO), harga rata-rata kedelai pada Desember 2020 tercatat sebesar USD 461 ton, naik 6 persen dibanding bulan sebelumnya yang tercatat USD 435 ton.
“Kenaikan itu berantai sebenarnya karena impor China lebih tinggi-tingginya jadi rebutan pasokan," ujarnya.
Oleh karena itu selain impor kedelai dari Amerika Serikat, Indonesia juga mendapat pasokan kedelai dari Brazil. Bahkan Brazil pada tahun 2019-2020 melebihi produksi kedelainya daripada Amerika Serikat, Brazil menghasilkan kedelai yang besar.
“Lalu dari Argentina juga ada pasokan kedelai, meskipun kedelai yang dihasilkan Argentina tidak sebesar Brazil dan Amerika Serikat. Untuk saat ini kita masih impor kedelai terutama dari Amerika Serikat dan Brazil,” pungkasnya.
Saksikan Video Ini
Pedagang Minta Kemendag Intervensi Harga Kedelai agar Tahu dan Tempe Tak Langka
Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) meminta Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk melakukan intervensi harga kedelai. Langkah intervensi ini agar tahu dan tempe tidak langka di pasaran.
“Seharusnya memang hari ini sudah mulai ada (tempe dan tahu), tapi faktanya masih sulit di pasar belum terlalu maksimal,” kata Ketua Umum Ikappi Abdullah Mansuri, kepada Liputan6.com, Senin (4/1/2021).
Menurutnya, memang komoditas tahu dan tempe masih bisa ditemukan di pasaran namun ukurannya menjadi lebih kecil dan harganya terbilang naik dari semula Rp 7.000 kini menjadi Rp 10 ribu hingga Rp 12 ribu.
Abdullah tidak memungkiri naiknya harga tahu dan tempe disebabkan dari bahan baku kedelai yang yang juga naik. Dirinya menilai Kemendag hanya bisa bilang menjamin-menjamin saja, padahal faktanya tidak jelas.
“Nah, yang perlu Kemendag tahu bahwa stok yang importir miliki sekitar 450 ribu ton itu sudah dijual dengan harga sekarang padahal itu belinya dari harga yang lama. Faktanya di pasar masih tinggi,” ujarnya.
Oleh karena itu Abdullah meminta agar Kemendag harus ikut intervensi agar importir tetap menjual dengan harga sebelumnya bukan harga yang sekarang.
Meskipun sekarang harga tahu dan tempe relatif, ada yang menaikkan harga sebesar Rp 10-12 ribu, tapi ada juga yang mengecilkan ukuran, yang mana ukurannya per papan (tahu dan tempe) lebih kecil dibanding yang sebelumnya.
Advertisement