Sukses

Cerita Pengrajin Tempe Siasati Kenaikan Harga Kedelai Impor

Mua'limin mengaku telah memperkecil ukuran tempe produksi. Cara ini digunakan dengan maksud untuk menutup biaya produksi

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Sahabat Perajin Tempe Pekalongan (SPTP), Mua'limin dibuat pusing karena kenaikan harga kedelai impor. Kenaikan tersebut membuat biaya produksi juga melonjak.

"Kita tidak bisa ada cara lagi untuk meraih keuntungan dari produksi tempe. Karena terlalu besar sekali kenaikannya. Biasanya per kuintal itu harga kedelai impor antara Rp 600 sampai Rp 700 ribu, sekarang sudah Rp 900 ribu sampai Rp 950 ribu. Bagaimana tidak pusing," tuturnya saat dihubungi Merdeka.com, Selasa (5/12/2021).

Adapun beberapa cara yang telah dilakukannya untuk berharap meraup untung. Diantaranya dengan menaikkan harga tempe hingga 20 persen.

"Misalnya harga tempe yang biasanya di jual Rp 5 ribu jadi Rp 6 ribu. Lalu, Rp 4 ribu kita naikkan ke Rp 5 ribu. Sekitar 10 persen sampai 20 persen, tapi tetap sulit juga untuk untung kita," paparnya.

Selain itu, Mua'limin juga mengaku telah memperkecil ukuran tempe produksi. Cara ini digunakan dengan maksud untuk menutup biaya produksi yang kian membengkak.

"Kita juga kurangi ukuran tempe dengan mengurangi sedikit beratnya, hanya beberapa gram. Tapi, walaupun sudah dikurangi ukurannya (tempe), tetep saja kita tidak bisa untung," tegasnya.

Oleh karena itu, dia meminta pemerintah segera turun tangan untuk menekan lonjakan harga jual kedelai impor. Mengingat kenaikan harga komoditas bahan baku pembuatan tempe itu dinilai telah mengancam kelangsungan bisnis.

"Ya harapannya, pemerintah segera bantu ke bawah untuk bagaimana caranya agar harga bisa tidak terus mahal. Kalau kaya gini kita pasti akan kesulitan juga," ujar dia mengakhiri.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Pemerintah Kunci Harga Kedelai di Angka Rp 8.500 per Kg

Sebelumnya, Kementerian Pertanian (Kementan) mengunci harga komoditas kedelai dari importir menjadi Rp 8.00 per kilogram (kg). Sehingga, para pengrajin tahu, tempe atau olahan kedelai lainnya bisa membeli kedelai di harga Rp 8.500 per kg.

"Harga kedelai dikunci Rp 8.000 dari importir sehingga jatuhnya Rp 8.500 per kilogram untuk para pengrajin," kata Ketua Puskopti DKI Jakarta H. Sutaryo usai menghadiri rapat bersama Kementerian Pertanian, Jakarta, Selasa (5/1/2020).

 

Sutaryo mengatakan penguncian harga kedelai ini berlaku selama 3 bulan ke depan. Operasi pasar ini dilakukan demi menjaga stabilitas harga kedelai di pasaran di tengah tidak stabilnya pasokan kedelai impor.

Sehingga, bila harga kedelai di pasar global terus melambung, maka harga penguncian tersebut yang berlaku di pasar nasional. Begitu juga sebaliknya, bila harga menurun akan tetap menggunakan harga yang telah ditetapkan.

Meski begitu, selama 3 bulan ke depan, pemerintah akan melakukan evaluasi operasi pasar tersebut tiap bulannya. Hal ini dilakukan sambil memantau harga kedelai di pasar global.

"Nanti kebijakan ini tiap bulannya akan dievaluasi sambil melihat perkembangan harga pasar secara global," kata Sutaryo.

Atas penetapan harga penguncian tersebut, para pengrajin mulai hari ini sudah bisa mendapatkan kedelai dengan harga Rp 8.500 per kilogram. Walaupun secara kebijakan baru mulai berlaku besok pada 6 Januari 2020.

"Mulai hari ini sebenarnya sudah berlaku, tapi kalau secara keputusan mungkin baru besok berlakunya," kata dia.

Sebagaimana diketahui, kelangkaan kacang kedelai membuat harga jualnya naik 35 persen atau sebesar Rp 9.200 per kilogram. Melambungnya harga kedelai ini membuat para pengrajin tahu dan tempe melakukan aksi mogok produksi.