Sukses

Harga Kedelai Mahal, Begini Saran dari Ekonom

Pemerintah diminta segera bertindak untuk mengamankan pasokan kedelai impor, dengan membuat perjanjian bilateral dengan negara produsen kedelai.

Liputan6.com, Jakarta - Ekonom sekaligus Peneliti Institute for Development of Economics (Indef), Bhima Yudhistira menyarankan agar Pemerintah segera bertindak untuk mengamankan pasokan kedelai impor, dengan membuat perjanjian bilateral dengan negara produsen kedelai.

“Menteri Perdagangan kan bisa kontak negara produsen kedelai untuk buat perjanjian secara bilateral. Bisa juga lakukan swap misalnya sawit ditukar dengan kedelai, seperti dulu pernah ada barter antara sawit dan suku cadang pesawat,” kata Bhima kepada Liputan6.com, Selasa (5/1/2021).

Selanjutnya pemerintah harus memastikan tata niaga kedelai di dalam negeri tidak ada permainan untuk spekulasi harga atau menahan pasokan di pasar. Kata Bhima, jangan sampai situasi naiknya harga kedelai dimanfaatkan oleh para spekulan dengan tahan stok impor.

Selain itu, langkah jangka panjang yang penting adalah mendorong produktivitas dan luasan lahan kedelai dalam negeri. Masalah naiknya harga kedelai jadi pelajaran penting, dalam jangka panjang ketergantungan terhadap kedelai impor harus dikurangi signifikan.

“Bantuan pemerintah dan inovasi pangan jangan hanya fokus ke beras tapi juga kedelai lokal,” ujarnya.

Menurutnya, kenaikan harga bahan baku tempe tahu tentu akan memukul kelas menengah kebawah. Secara umum tempe dan tahu jadi kebutuhan protein penting.

Apalagi dalam kondisi resesi ekonomi dan angka kemiskinan naik, yang biasa beli telur, ayam dan daging sapi bergeser ke membeli tempe tahu. Kalau sampai naik tinggi harga di pasaran dan produsen tempe tahu stop produksi itu sangat berisiko bagi ekonomi masyarakat.

Faktor kenaikan harga kedelai ada beberapa, diantaranya mulai dari pasokan yang terbatas dari Argentina dan Brazil disebabkan faktor cuaca, stok AS pun terus menipis.

Sementara dari sisi permintaan terjadi kenaikan yang signifikan dari China pasca pemulihan ekonomi dari covid19. China menguasai 64 persen dari total permintaan kedelai global.

“Ketika ekonomi pulih, daya beli masyarakat China membaik permintaan kedelai impor juga tinggi. Kedelai banyak digunakan di China untuk pakan ternak,” jelasnya.

Oleh karena itu sebaiknya Pemerintah Indonesia harus bergegas mengamankan stok kedelai untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri dengan cara yang sudah dijelaskan di atas.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Pemerintah Kunci Harga Kedelai di Angka Rp 8.500 per Kg

Kementerian Pertanian (Kementan) mengunci harga komoditas kedelai dari importir menjadi Rp 8.00 per kilogram (kg). Sehingga, para pengrajin tahu, tempe atau olahan kedelai lainnya bisa membeli kedelai di harga Rp 8.500 per kg.

"Harga kedelai dikunci Rp 8.000 dari importir sehingga jatuhnya Rp 8.500 per kilogram untuk para pengrajin," kata Ketua Puskopti DKI Jakarta H. Sutaryo usai menghadiri rapat bersama Kementerian Pertanian, Jakarta, Selasa (5/1/2020).

Sutaryo mengatakan penguncian harga kedelai ini berlaku selama 3 bulan ke depan. Operasi pasar ini dilakukan demi menjaga stabilitas harga kedelai di pasaran di tengah tidak stabilnya pasokan kedelai impor.

Sehingga, bila harga kedelai di pasar global terus melambung, maka harga penguncian tersebut yang berlaku di pasar nasional. Begitu juga sebaliknya, bila harga menurun akan tetap menggunakan harga yang telah ditetapkan.

Meski begitu, selama 3 bulan ke depan, pemerintah akan melakukan evaluasi operasi pasar tersebut tiap bulannya. Hal ini dilakukan sambil memantau harga kedelai di pasar global.

"Nanti kebijakan ini tiap bulannya akan dievaluasi sambil melihat perkembangan harga pasar secara global," kata Sutaryo.

Atas penetapan harga penguncian tersebut, para pengrajin mulai hari ini sudah bisa mendapatkan kedelai dengan harga Rp 8.500 per kilogram. Walaupun secara kebijakan baru mulai berlaku besok pada 6 Januari 2020.

"Mulai hari ini sebenarnya sudah berlaku, tapi kalau secara keputusan mungkin baru besok berlakunya," kata dia.

Sebagaimana diketahui, kelangkaan kacang kedelai membuat harga jualnya naik 35 persen atau sebesar Rp 9.200 per kilogram. Melambungnya harga kedelai ini membuat para pengrajin tahu dan tempe melakukan aksi mogok produksi.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com 

3 dari 3 halaman

DPR soal Naiknya Harga Kedelai: Momentum Tingkatkan Produksi Dalam Negeri

Sebelumnya, anggota Komisi VI DPR RI Nevi Zuairina mengatakan, naiknya harga kedelai yang memicu produsen tahu dan tempe menghentikan sementara produksinya harus dijadikan momentum untuk menguatkan produksi dalam negeri.

Dengan meningkatkan kedelai di dalam negeri, maka akan semakin mengurangi impor yang masih menjadi opsi.

"Tentunya hal tersebut harus diimbangi dengan peran Pemerintah untuk dapat meningkatkan produksi kedelai dari dalam negeri, sehingga kebutuhan kedelai untuk industri dapat dipenuhi tanpa harus impor," kata Nevi dalam keterangan tulis, Selasa (5/12/2010).

Politisi PKS ini mengingatkan, tahun 1992 Indonesia pernah melakukan swasembada kedelai, saat itu produksi dari petani kedelai Indonesia mencapai 1,8 juta ton per tahun. Untuk itu menurutnya fakta tersebut mesti dijadikan landasan bagi pemerintah untuk kembali mengoptimalkan kedelai produksi dalam negeri.

"Ini ada peluang bagi pemerintah untuk mengoptimalkan kedelai dalam negeri, sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani kedelai," jelas Nevi.

Selain itu, dia berharap pemerintah dapat memperbaiki tata niaga kedelai dalam negeri. Hal ini bisa menciptakan kestabilan harga.

"Selain itu dibutuhkan kolaborasi aktif antara Kementerian dan Lembaga terkait serta melibatkan pelaku industri dan UMKM agar dapat menciptakan stabilitas harga kedelai," kata Nevi.