Sukses

Kendalikan Harga Kedelai, Pengrajin Tempe Usulkan Bulog jadi Importir Tunggal

Pengrajin Tempe meminta pemerintah berani mengambil terobosan untuk mengendalikan harga kedelai impor.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Sahabat Perajin Tempe Pekalongan (SPTP), Mua'limin, meminta pemerintah Jokowi berani mengambil terobosan untuk mengendalikan harga kedelai impor. Salah satunya dengan memberi wewenang penuh terhadap Bulog sebagai importir tunggal komoditas utama bahan pembuat tempe tersebut.

"Harga kedelai (impor) ini terlalu besar sekali kenaikannya. Biasanya per kuintal itu harga kedelai impor antara Rp600 sampai Rp700 ribu, sekarang sudah Rp900 ribu sampai Rp950 ribu. Harapannya saya kepada pemerintah, khususnya Presiden Jokowi supaya bisa menurunkan atau mengendalikan harga kedelai impor bisa ditangani langsung oleh Bulog aja sendiri," kata dia saat dihubungi Merdeka.com, Selasa (5/1).

Mua'limin menyakini melalui cara tersebut pemerintah akan dimudahkan untuk melakukan pengawasan terhadap harga kedelai impor. Menyusul importir yang ada, yakni Bulog merupakan kepanjangan tangan langsung pemerintah.

"Kalau wewenang importir dialihkan semua ke Bulog saya yakin harga (kedelai) jadi bisa dikontrol," jelasnya.

Selain itu, berkurangnya jumlah importir komoditas kedelai juga diharapkan akan membasmi praktik permainan harga. Mengingat, jumlah importir yang terlampau banyak justru dianggap menyulitkan pemerintah maupun otoritas dalam upuaa penindakan praktik kotor tersebut.

"Soalnya selama ini kita menduga ada oknum importir yang bisa memainkan harga kedelai ini. Kalau harga naik kayak gini, otomatis kita rakyat kecil yang dirugikan," seru dia mengakhiri.

Sebelumnya, Bareskrim Polri tengah mendalami dugaan penimbunan komoditas pangan jenis kedelai. Polisi menduga ada upaya permainan harga oleh spekulan di balik kenaikan harga bahan baku pembuat tempe dan tahu akhir-akhir ini. Sehingga membuat kedelai mengalami kelangkaan.

Kabareskrim Polri Komjen Listyo Sigit Prabowo bersama Kasatgas Pangan Polri Brigjen Helmy Santika telah melakukan pemeriksaan di sejumlah gudang importir dan distributor kedelai di wilayah Cikupa, Cengkareng, dan Bekasi.

"Satgas juga telah menginstruksikan satgas kewilayahan di tiap Polda untuk melakukan pengecekan harga, ketersediaan kedelai serta sentra-sentra pengolahan khususnya UMKM yang memproduksi tempe dan tahu," tutur Listyo dalam keterangannya, Selasa (5/1).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Harga Kedelai Mahal, Begini Saran dari Ekonom

Ekonom sekaligus Peneliti Institute for Development of Economics (Indef), Bhima Yudhistira menyarankan agar Pemerintah segera bertindak untuk mengamankan pasokan kedelai impor, dengan membuat perjanjian bilateral dengan negara produsen kedelai.

“Menteri Perdagangan kan bisa kontak negara produsen kedelai untuk buat perjanjian secara bilateral. Bisa juga lakukan swap misalnya sawit ditukar dengan kedelai, seperti dulu pernah ada barter antara sawit dan suku cadang pesawat,” kata Bhima kepada Liputan6.com, Selasa (5/1/2021).

Selanjutnya pemerintah harus memastikan tata niaga kedelai di dalam negeri tidak ada permainan untuk spekulasi harga atau menahan pasokan di pasar. Kata Bhima, jangan sampai situasi naiknya harga kedelai dimanfaatkan oleh para spekulan dengan tahan stok impor.

Selain itu, langkah jangka panjang yang penting adalah mendorong produktivitas dan luasan lahan kedelai dalam negeri. Masalah naiknya harga kedelai jadi pelajaran penting, dalam jangka panjang ketergantungan terhadap kedelai impor harus dikurangi signifikan.

“Bantuan pemerintah dan inovasi pangan jangan hanya fokus ke beras tapi juga kedelai lokal,” ujarnya.

Menurutnya, kenaikan harga bahan baku tempe tahu tentu akan memukul kelas menengah kebawah. Secara umum tempe dan tahu jadi kebutuhan protein penting.

Apalagi dalam kondisi resesi ekonomi dan angka kemiskinan naik, yang biasa beli telur, ayam dan daging sapi bergeser ke membeli tempe tahu. Kalau sampai naik tinggi harga di pasaran dan produsen tempe tahu stop produksi itu sangat berisiko bagi ekonomi masyarakat.

Faktor kenaikan harga kedelai ada beberapa, diantaranya mulai dari pasokan yang terbatas dari Argentina dan Brazil disebabkan faktor cuaca, stok AS pun terus menipis.

Sementara dari sisi permintaan terjadi kenaikan yang signifikan dari China pasca pemulihan ekonomi dari covid19. China menguasai 64 persen dari total permintaan kedelai global.

“Ketika ekonomi pulih, daya beli masyarakat China membaik permintaan kedelai impor juga tinggi. Kedelai banyak digunakan di China untuk pakan ternak,” jelasnya.

Oleh karena itu sebaiknya Pemerintah Indonesia harus bergegas mengamankan stok kedelai untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri dengan cara yang sudah dijelaskan di atas. 

3 dari 3 halaman

Pemerintah Kunci Harga Kedelai di Angka Rp 8.500 per Kg

Kementerian Pertanian (Kementan) mengunci harga komoditas kedelai dari importir menjadi Rp 8.00 per kilogram (kg). Sehingga, para pengrajin tahu, tempe atau olahan kedelai lainnya bisa membeli kedelai di harga Rp 8.500 per kg.

"Harga kedelai dikunci Rp 8.000 dari importir sehingga jatuhnya Rp 8.500 per kilogram untuk para pengrajin," kata Ketua Puskopti DKI Jakarta H. Sutaryo usai menghadiri rapat bersama Kementerian Pertanian, Jakarta, Selasa (5/1/2020).

Sutaryo mengatakan penguncian harga kedelai ini berlaku selama 3 bulan ke depan. Operasi pasar ini dilakukan demi menjaga stabilitas harga kedelai di pasaran di tengah tidak stabilnya pasokan kedelai impor.

Sehingga, bila harga kedelai di pasar global terus melambung, maka harga penguncian tersebut yang berlaku di pasar nasional. Begitu juga sebaliknya, bila harga menurun akan tetap menggunakan harga yang telah ditetapkan.

Meski begitu, selama 3 bulan ke depan, pemerintah akan melakukan evaluasi operasi pasar tersebut tiap bulannya. Hal ini dilakukan sambil memantau harga kedelai di pasar global.

"Nanti kebijakan ini tiap bulannya akan dievaluasi sambil melihat perkembangan harga pasar secara global," kata Sutaryo.

Atas penetapan harga penguncian tersebut, para pengrajin mulai hari ini sudah bisa mendapatkan kedelai dengan harga Rp 8.500 per kilogram. Walaupun secara kebijakan baru mulai berlaku besok pada 6 Januari 2020.

"Mulai hari ini sebenarnya sudah berlaku, tapi kalau secara keputusan mungkin baru besok berlakunya," kata dia.

Sebagaimana diketahui, kelangkaan kacang kedelai membuat harga jualnya naik 35 persen atau sebesar Rp 9.200 per kilogram. Melambungnya harga kedelai ini membuat para pengrajin tahu dan tempe melakukan aksi mogok produksi.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com