Sukses

Ternyata, Ini Keunggulan Kedelai Impor Dibanding Lokal

Kedelai produksi dalam negeri dinilai memiliki ukuran kacang yang beragam. Sehingga kedelai yang di tanam petani lokal di Indonesia lebih cocok untuk memproduksi tahu.

Liputan6.com, Jakarta - Kedelai impor dan kedelai lokal memiliki keunggulan dan kelebihan masing-masing. Kedelai impor dinilai memiliki ukuran yang lebih seragam dibandingkan kedelai yang ditanam di Tanah Air.

"Kedelai impor ini bentuknya seragam," kata Ketua Puskopti DKI Jakarta H. Sutaryo kepada merdeka.com di Jakarta, Selasa (5/1/2021).

Jenis kedelai impor ini sangat cocok digunakan untuk memproduksi tempe. Sebab untuk tempe memerlukan ukuran kacang yang sama.

Selain itu, kedelai impor dinilai lebih bersih dibandingkan dengan yang dijual petani lokal. "Bagus (kedelai) impor, lebih bersih," kata dia.

Sementara itu, kedelai produksi dalam negeri dinilai memiliki ukuran kacang yang beragam. Sehingga kedelai yang di tanam petani lokal di Indonesia lebih cocok untuk memproduksi tahu.

Sebab, dalam produksi tahu hanya membutuhkan sari pati dari kedelai. "Kedelai lokal ini diambil acinya (sari pati) saja kan, ini lebih cocok buat tahu," ungkap dia.

Sebagai informasi, di awal tahun 2021 para pengrajin tahu dan tempe melakukan aksi mogok produksi. Hal ini dipicu tingginya harga kedelai impor seiring dengan naiknya harga komoditas secara global.

Untuk itu, pemerintah merespons dengan memperkuat produksi kedelai di dalam negeri. Diharapkan produksi dalam negeri ini bisa membantu ketersediaan pasokan kedelai 6 bulan mendatang.

"Nanti akan ada hasil produksi kacang kedelai dalam 6 bulan ke depan," kata dia.

Sutaryo mengatakan saat ini pemerintah sedang mempersiapkan diri untuk melakukan ekspansi produksi kacang kedelai. Mulai dari persiapan bibit, lahan dan mendorong petani untuk menanam kedelai.

"Kalau sekarang persiapan bibit yang lainnya jadi nanti akan ada tambahan stok kedelai," kata dia.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Pemerintah Kunci Harga Kedelai di Angka Rp 8.500 per Kg

Sebelumnya, Kementerian Pertanian (Kementan) mengunci harga komoditas kedelai dari importir menjadi Rp 8.00 per kilogram (kg). Sehingga, para pengrajin tahu, tempe atau olahan kedelai lainnya bisa membeli kedelai di harga Rp 8.500 per kg.

"Harga kedelai dikunci Rp 8.000 dari importir sehingga jatuhnya Rp 8.500 per kilogram untuk para pengrajin," kata Ketua Puskopti DKI Jakarta H. Sutaryo usai menghadiri rapat bersama Kementerian Pertanian, Jakarta, Selasa (5/1/2020).

Sutaryo mengatakan penguncian harga kedelai ini berlaku selama 3 bulan ke depan. Operasi pasar ini dilakukan demi menjaga stabilitas harga kedelai di pasaran di tengah tidak stabilnya pasokan kedelai impor.

Sehingga, bila harga kedelai di pasar global terus melambung, maka harga penguncian tersebut yang berlaku di pasar nasional. Begitu juga sebaliknya, bila harga menurun akan tetap menggunakan harga yang telah ditetapkan.

Meski begitu, selama 3 bulan ke depan, pemerintah akan melakukan evaluasi operasi pasar tersebut tiap bulannya. Hal ini dilakukan sambil memantau harga kedelai di pasar global.

"Nanti kebijakan ini tiap bulannya akan dievaluasi sambil melihat perkembangan harga pasar secara global," kata Sutaryo.

Atas penetapan harga penguncian tersebut, para pengrajin mulai hari ini sudah bisa mendapatkan kedelai dengan harga Rp 8.500 per kilogram. Walaupun secara kebijakan baru mulai berlaku besok pada 6 Januari 2020.

"Mulai hari ini sebenarnya sudah berlaku, tapi kalau secara keputusan mungkin baru besok berlakunya," kata dia.

Sebagaimana diketahui, kelangkaan kacang kedelai membuat harga jualnya naik 35 persen atau sebesar Rp 9.200 per kilogram. Melambungnya harga kedelai ini membuat para pengrajin tahu dan tempe melakukan aksi mogok produksi.