Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut banyak negara di dunia posisi utang sudah tembus mencapai 100 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) negaranya. Hal itu dikarenakan, seluruh negara membutuhkan dana besar untuk penanganan dan pemulihan ekonomi di tengah pandemi Covid-19.
"Di berbagai negara bahkan sudah tembus 100 persen dari PDB-nya. Sebagian besar lagi sudah diatas 60 persen," kata dia dalam APBN KiTa, Rabu (6/1).
Baca Juga
Dia menyampaikan, negara-negara yang utang publiknya tembus di atas 100 persen terhadap PDB diantaranya Amerika Serikat. Negeri Paman Sam tersebut tembus mencapai 131,2 persen. Kemudian Prancis mencapai 118,7 persen.
Advertisement
"Jadi Amerika Serikat, Prancis di atas 100 persen proyeksi tahun ini untuk utang publiknya," ujarnya.
Bendahara Negara itu melanjutkan, selain kedua negara itu posisi utang publik yang tercatat tinggi yakni Jerman mencapai 73,3 persen terhadap PDB. Sedangkan China mencapai 63,3 persen dan India sudah tembus di level 69,3 persen.
Sedangkan untuk negara-negara tetangga Indonesia, seperti Singapura telah tembus 131,2 persen, Malaysia 67,6 persen dan Thailand 50,4 persen.
Adapun untuk Indonesia, berdasarkan catatannya baru mencapai 38,5 persen, jauh di bawah Filipina sebesar 48,9 persen dan Vietnam 46,6 persen terhadap PDB-nya.
"Ini situasi yang kita hadapi namun Indonesia akan terus keep up untuk selalu relatif lebih baik merespons lebih efektif sehingga perekonomian dan masyarakat kita bisa bangkit kembali," sebutnya.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Naik 3 Kali Lipat, Pemerintah Tarik Utang Rp 1.226,8 Triliun Sepanjang 2020
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mencatat realisasi pembiayaan utang selama 2020 mencapai Rp1.226,8. Utang baru tersebut naik lebih dari tiga kali lipatnya atau 180,4 persen dari realisasi tahun 2019 yang hanya Rp437,5 triliun.
Penarikan utang baru itu juga jauh lebih besar dari target dalam APBN 2020 yang sebesar Rp351,9 triliun. Namun sesuai dengan Perpres 72 Tahun 2020 yang sebesar Rp 1.220,5 triliun.
"Untuk pembiayaan utang mencapai Rp1.226,8 triliun, ini mencapai 100,5 persennya dari target sesuai Perpres 72/2020," ujar Sri Mulyani dalam APBN KiTa, Rabu (6/1).
Bendahara Negara itu merincikan, pembiayaan utang itu didapatkan dari Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp1.177,2 triliun atau naik 163 persen dari tahun sebelumnya. Sementara pinjaman hanya Rp49,7 triliun atau minus 667 persen dari periode 2019.
Sementara untuk pembiayaan investasi selama 2020 terealisasi sebesar Rp104,7 triliun, dari target pemerintah dalam Perpres 72/2020 sebesar Rp257,1 triliun. Pembiayaan investasi ini diberikan pemerintah ke sejumlah BUMN maupun BLU akibat pandemi Covid-19.
Adapun investasi kepada BUMN mencapai Rp31,3 triliun, BLU Rp31,3 triliun, dan lembaga atau badan lainnya Rp25 triliun. Sedangkan pemberian pinjaman selama 2020 tercatat sebesar Rp1,5 triliun, kewajiban penjaminan Rp3,6 triliun, dan pembiayaan lainnya Rp70,9 triliun.
Dengan demikian, realisasi pembiayaan anggaran selama 2020 mencapai Rp1.190,9 triliun. Angka ini naik 196 persen dari tahun 2019 yang hanya Rp 402,1 triliun.
"Pembiayaan Rp 1.190,9 triliun atau naik tajam. Pembiayaan yang sangat besar ini kami lakukan burden sharing dengan Bank Indonesia yang daitur dalam SKB I dan II," paparnya.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.comÂ
Advertisement