Liputan6.com, Jakarta - Mengawali tahun 2021, Pemerintah Republik Indonesia sukses melakukan transaksi penjualan Surat Utang Negara (SUN) dalam 2 mata uang asing (dual-currency. Yaitu US Dollar dan Euro dengan format SEC-Registered Shelf Take-Down.
Penerbitan SUN dual-currency ini memanfaatkan window di awal tahun ketika terdapat likuiditas di pasar yang cukup tinggi dan adanya sentimen positif di pasar keuangan sebagai respon atas perkembangan vaksin Covid-19.
Hasil dari penerbitan kali ini akan digunakan untuk memenuhi pembiayaan APBN secara umum. Termasuk untuk mendukung percepatan pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19 dan penguatan reformasi struktural.
Advertisement
Transaksi kali ini mengukir capaian yield terendah sepanjang sejarah untuk seluruh tenor yang diterbitkan. Untuk seri-seri dengan denominasi USD, initial price guidance berada pada area 2.350 persen untuk tenor 10 tahun, area 3.550 persen untuk tenor 30 tahun dan area 3.850 persen untuk tenor 50 tahun.
“Dengan profil kredit Indonesia yang sangat baik di mata investor, transaksi ini berhasil mendapatkan orderbook yang dalam dan berkualitas sehingga final price guidance dapat ditekan hingga 45 bps ke 1,900 persen untuk tenor 10 tahun, 3,100 persen untuk tenor 30 tahun dan 3,400 persen untuk tenor 50 tahun,” seperti dikutip dari laman Direktorat Surat Utang Negara, DJPPR, Kementerian Keuangan, Kamis (7/1/2021).
Memanfaatkan momentum yang sangat tepat, Pemerintah juga berhasil menekan harga SUN denominasi Euro sebesar 40 bps dari initial price guidance di area MS+175bps ke final price giudice di MS+135bps. Transaksi kali ini juga mencatatkan tenor terpanjang untuk SUN denominasi Euro yang pernah diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia.
Keseluruhan transaksi mendapatkan harga yang kompetitif, dengan final pricing yang berada pada level yang paling ketat untuk semua seri dan mencapai negative new issue premium yang signifikan. Hal ini menunjukkan kepercayaan investor terhadap credit story Indonesia dan optimisme atas pemulihan ekonomi Indonesia.
Keempat seri SUN yang diterbitkan pada transaksi kali ini diperkirakan akan memperoleh peringkat Baa2 dari Moody’s, BBB dari Standard & Poor’s, dan BBB dari Fitch, serta akan dicatatkan pada Singapore Stock Exchange dan Frankfurt Stock Exchange.
Joint Bookrunners dalam transaksi ini adalah Citigroup, DBS Bank Ltd., Deutsche Bank, Mandiri Securities and Standard Chartered Bank, sedangkan yang bertindak sebagai co-Managers adalah PT BRI Danareksa Sekuritas and PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Penawaran SUN Terakhir di 2020 Tembus Rp 94,3 Triliun
Pemerintah melaksanakan lelang Surat Utang Negara terakhir untuk tahun 2020 pada hari ini, Selasa 1 Desember 2020. Adapun seri yang dilelang yakni SPN12210304 (reopening), SPN12211202 (new issuance), FR0086 (reopening), FR0087 (reopening), FR0080 (reopening), FR0083 (reopening) dan FR0076 (reopening) melalui sistem lelang Bank Indonesia.
Dilansir dari laman Direktorat Surat Utang Negara DJPPR Kementerian Keuangan, Selasa (3/11/2020). Total nominal yang dimenangkan dari tujuh seri yang ditawarkan tersebut adalah Rp 25,6 triliun.
Direktur Surat Utang Negara DJPPR, Kemenkeu, Deni Ridwan mengatakan, kekhawatiran atas meningkatnya kasus Covid-19 di Indonesia tidak menghalangi appetite investor untuk berpartisipasi di lelang SUN kali ini.
“Fokus investor pada lelang kali ini terlihat cukup besar pada SUN tenor panjang. Incoming bids terbesar pada tenor 10-20 tahun mencapai 68,4 persen dari total incoming bids,” kata Deni.
Adapun bids yang masuk pada lelang hari ini sebesar Rp 94,3 triliun dengan bids to cover ratio sebesar 3,68 kali. “Capaian tersebut berada di atas rata-rata incoming bids dan bids to cover ratio tahun 2020 (yaitu Rp 74,17 triliun dan 3,43 kali),” ujar Deni.
Selain itu, pada triwulan keempat (Q4) tahun 2020, incoming bids di lelang perdana SUN cenderung menguat. Rata-rata incoming bids untuk Q4 sebesar Rp 79,57 triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata incoming bids Q3 sebesar Rp 69,52 triliun.
Deni mengatakan, yield yang dimenangkan pada lelang SUN hari ini tercatat menguat. Apabila dibandingkan dengan lelang sebelumnya, terdapat penurunan yield SUN sebesar 7-20 bps. Sedangkan apabila dibandingkan dengan lelang pertama di tahun 2020, terdapat penurunan yield SUN yang sangat signifikan mencapai 58-131 bps.
“Dengan mempertimbangkan yield /imbal hasil SBN yang wajar di pasar sekunder serta rencana kebutuhan pembiayaan sampai dengan akhir tahun, termasuk untuk pembiayaan program Pemulihan Ekonomi Nasional, Pemerintah memutuskan untuk memenangkan permintaan sebesar Rp 25,6 triliun,” pungkas dia.
Advertisement