Liputan6.com, Jakarta Pemerintah optimis dengan pertumbuhan ekonomi di tahun 2021. Optimisme pertumbuhan ekonomi tercermin dari proxy di pasar modal dan pasar keuangan yang semakin positif dan membaik. Seperti, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencapai 6.128.
"Rupiah juga dari kemarin menguat, jadi 2 proxy ini yang menguatkan confidence pasar dan sektor keuangan, dan ini yang harus dijaga," jelas Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto dalam konferensi pers BNPB, Kamis (7/1/2021).
Baca Juga
Selain itu, lanjutnya, Purchasing Manager's Index (PMI) di sektor manufaktur naik ke level 51,3. Harga komoditas juga mulai merangkak naik, mulai dari Crude Palm Oil (CPO), batu bara, hingga nikel. "Yang belum BBM saja, karena Indonesia juga impor BBM jadi hal ini bagus sebenarnya," katanya.
Advertisement
Dengan data ini, Airlangga optimis Indonesia akan mencapai pertumbuhan ekonomi di kisaran 5 persen hingga akhir 2021 nanti.
Hal ini juga didorong oleh langkah pemerintah yang tidak berat sebelah dalam mengambil kebijakan ekonomi dan kebijakan kesehatan.
Misalnya, adanya pembatasan sosial pada 11 hingga 25 Januari di beberapa wilayah di Jawa-Bali mendatang.
Pembatasan ini dilakukan untuk menekan angka penyebaran Covid-19 di daerah yang rerata infeksinya masih tinggi.
Namun, aktivitas fisik tidak dilarang, melainkan hanya dibatasi lebih ketat. Kegiatan di sektor esensial juga masih boleh dijalankan dengan alasan untuk menjaga roda ekonomi.
"Kemudian, sudah dilaporkan realokasi anggaran karena kita akan dorong vaksinasi yang tahun ini diharapkan bisa selesai dan butuh dana Rp 65 hingga Rp 73 triliun," ujarnya.
"Dengan demikian, yang kita lihat langkahnya adalah langkah menengah dan panjang. Pemerintah memperhatikan kebutuhan masyarakat tentu yang utama ialah kesehatan, lalu pemerintah juga memperhatikan sosial ekonominya," tandas Airlangga.
Saksikan Video Ini
Bank Dunia Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Timur Pasifik 7,4 Persen di 2021
Bank Dunia atau World Bank memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Timur dan Pasifik akan mencapai 7,4 persen di tahun ini. Pertumbuhan tersebut seiring terjadinya pemulihan ekonomi di China.
Dalam Global Economic Prospects Januari 2021, Bank Dunia melaporkan pertumbuhan di kawasan tersebut terjadi didasarkan pada peluncuran vaksin yang efektif pada kuartal pertama tahun 2021 di negara-negara besar dan kemudian di pasar yang lebih kecil dan negara berkembang.
"Namun demikian, aktivitas ekonomi di wilayah tersebut diperkirakan akan tetap di bawah tren pra-pandemi pada akhir tahun 2021, yang mencerminkan kerusakan jangka panjang akibat guncangan Covid-19," bunyi laporan tersebut seperti dikutip Rabu (6/1/2020).
Di sisi lain, investasi dan produktivitas diperkirakan akan tetap tertekan dan ketidakpastian kemungkinan akan tetap tinggi. Pertumbuhan di China diproyeksikan naik menjadi 7,9 persen pada tahun 2021, yang mencerminkan pelepasan permintaan yang terpendam dan dimulainya kembali produksi dan ekspor yang lebih cepat dari perkiraan.
Di wilayah lain, pertumbuhan diantisipasi akan lebih berlarut-larut dan output diharapkan tetap 7,5 persen di bawah proyeksi pra-pandemi pada tahun 2022, meskipun dengan perbedaan lintas negara yang signifikan. Vietnam, yang mampu mengatasi pandemi dengan biaya manusia dan ekonomi yang sederhana, diproyeksikan akan mengalami ekspansi ekonomi sebesar 6,7 persen pada tahun 2021.
Sebaliknya, perekonomian negara-negara Kepulauan Pasifik, yang terpukul oleh jatuhnya pariwisata dan perjalanan global dan di mana pemulihan diharapkan lebih berkepanjangan diantisipasi untuk tumbuh jauh di bawah tingkat pra-pandemi tahun ini.
Ekonomi Fiji, di mana topan tropis Harold memperburuk dampak negatif dari pandemi yang menyebabkan kontraksi 19 persen pada tahun 2020, diperkirakan akan pulih sedikit untuk tumbuh 2,6 persen pada tahun 2021. Indonesia diperkirakan akan tumbuh 4,4 persen, Thailand meningkat 4 persen pada tahun 2021, dan Filipina tumbuh 5,9 persen.
Pemulihan diperkirakan rapuh, dan perwujudan sejumlah risiko penurunan dapat menggagalkan pemulihan yang diproyeksikan. Skenario penurunan di mana peluncuran vaksin tertunda dan pemulihan global yang lebih lemah dapat menahan pertumbuhan ekonomi regional menjadi 5,4 persen pada tahun 2021.
Â
Advertisement