Sukses

Ridwan Kamil: Kota Patimban Bakal Seperti Yokohama dan Rotterdam

Patimban diharapkan bisa menjadi kota pelabuhan sekaligus tujuan wisata seperti Yokohama di Jepang, dan Rotterdam di Belanda.

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, berharap Pelabuhan Patimban di Subang, bisa optimal dalam menggerakkan perekonomian dalam skala regioal. Sehingga suatu hari, Patimban bisa menjadi kota pelabuhan sekaligus tujuan wisata seperti Yokohama di Jepang, dan Rotterdam di Belanda.

Pria yang akrab disapa Kang Emil itu menuturkan, Pelabuhan Patimban akan menjadi pendorong lahirnya area industri baru di Metropolitan Rebana. Total lahan pengembangan area industri ini 43.913 ha, dan terdiri dari 13 kota baru yang salah satunya adalah Patimban.

Menurut Emil nanti akan ada satu juta penduduk di Kota Maritim Patimban. "Kita tidak ingin kota patimban hanya soal pelabuhannya saja. Sebagai kota maka konsepnya adalah hidup, bekerja dan bermain. Sehingga suatu hari, ini akan mirip seperti Yokohama dan Rotterdam, yang kota pelabuhan tapi juga kota wisata," jelas Emil dalam public expose Pelabuhan Patimban pada Kamis (7/1/2020).

"Kota yang mendukung pelabuhan terbaik, terbesar di Indonesia. Nanti kita juga buat alun-alun, dan juga seperti kawasan Sudirman-Thamrin (di Jakarta)," sambungnya.

Selama 20 tahun ke depan, jika 13 kota baru ini berkembang dengan baik maka akan hadir hampir lima juta lapangan kerja. Pertumbuhannya diprediksi akan menyumbang empat hingga lima persen untuk pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat.

"Masa depan Jawa Barat ada di kawasan Rebana ini. Pertumbuhan Indonesia pun akan ikut didorong oleh Jawa Barat," kata Kang Emil.

Metropolitan Rebana meliputi 7 daerah di Jawa Barat, yakni Kabupaten Sumedang, Majalengka, Cirebon, Subang, Indramayu, Kuningan, serta Kota Cirebon.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Menhub Patok Waktu Bongkar Muat di Pelabuhan Patimban Maksimal 2 Hari

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mematok waktu proses bongkar muat petikemas (dwelling time) di Pelabuhan Patimban busa kurang dari 2 hari. Lantaran pembangunan pelabuhan anyar ini dikerjasamakan bersama pihak swasta melalui skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).

"Pelabuhan Patimban yang dikelola oleh swasta dengan skema kerjasama pemerintah dan badan usaha melalui skema KPBU diharapkan dapat memberikan layananan yang prima. Misalnya kita harus me manage dwelling time kurang dari 2 (hari)," ucapnya dalam acara Publik Expose Pelabuhan Patimban : Wajah Modern Pelabuhan di Indonesia, Kamis (7/1).

Budi menjelaskan, percepatan waktu proses bongkar muat peti kemas di pelabuhan sangat diperlukan untuk penghematan biaya operasional. Sehingga diharapkan akan berkontribusi dalam meningkatkan efisiensi kinerja logistik nasional.

"Dengan pengurangan dwelling time maka alan mengurangi biaya (operasional). Sehingga berkontribusi dalam meningkatkan efisiensi logistik nasional akan signifikan," terangnya.

Sebelumnya, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) terus berupaya mempercepat proses bongkar muat petikemas (dwelling time) di pelabuhan. Menyusul biaya pengangkutan (freight) petikemas atau biaya kargo secara global yang terus mengalami kenaikan akibat dampak pandemi Covid-19.

"Dampaknya (Covid-19), hampir di semua negara harga sea freight dengan kontainer naik signifikan, waktu pelayaran lebih lama, terjadi penumpukan kontainer di pelabuhan, dan bongkar muat di pelabuhan pun lebih lama," ujar Dirjen Perhubungan Laut Kemenhub, Agus H Purnomo, di Jakarta (2/1).

Agus mengatakan, saat ini ini Kemenhub telah menyiapkan dua langkah untuk membantu kesulitan yang dialami industri pelayaran. Pertama, Kemenhub akan mengawasi percepatan proses bongkar muat. Sehingga petikemas dapat segera didistribusikan dan kapal bisa berlayar kembali.

Kedua, Kemenhub akan mempercepat proses bongkar muat petikemas agar segera keluar dari pelabuhan. Alhasil kontainer segera dapat kembali ke depo dengan cepat.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com 

3 dari 3 halaman

Pelabuhan Patimban Bikin Pengiriman Mobil Produksi Industri di Karawang Lebih Efisien

Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi, mengatakan pengiriman mobil dalam bentuk jadi atau Completely Built Up (CBU) dari industri di sekitar Karawang lebih efisien melalui Pelabuhan Patimban. Baik untuk ke pasar ekspor maupun dalam negeri.

"Demikian pula dengan pengiriman mobil CBU terutama dari sekitar kawasan industri di sekitar Karawang lebih efisien dilakukan melalui Patimban. Baik tujuan ekspor maupun antar pulau," ujarnya dalam acara Publik Expose Pelabuhan Patimban: Wajah Modern Pelabuhan di Indonesia, Kamis (7/1).

Sebab, kata Menhub Budi, kondisi Pelabuhan Tanjung Priok saat ini sudah terlalu padat. Sehingga kerap menimbulkan kemacetan mulai dati ruas jalan Bekasi sampai Jakarta ataupun sebaliknya.

"Patimban akan memperkuat keberadaan Tanjung Priok yang sudah terlalu padat dan menimbulkan kemacetan di ruas jalan bekasi dan Jakarta atau sebaliknya," terangnya.

Selain itu, telah rampungnya pembangunan untuk terminal otomotif. Dan hampir selesainya pengerjaan terminal peti kemas di tahap pertama diyakini akan mempercepat proses bongkar muat petikemas (dwelling time) di pelabuhan.

"InsyaAllah dalam waktu dekat ini akan terjadi satu recovery dengan selesainya konstruksi terminal otomotif tersebut di tahap pertama, yang segera di susul terminal peti kemas tahap pertama. Kita dapat memulai dengan prinsip efisiensi biaya dan waktu untuk beroperasinya Patimban," tegasnya.

Lebih lanjut, dia melaporkan, produksi mobil CBU dalam negeri pada 2019 lalu mencapai 1,2 juta unit. Adapun jumlah penjualan mencapai 1 juta unit dengan komposisi untuk penjualan ekspor mencapai 332 ribu unit.

"Adapun, berdasarkan data Gakindo bahwa tahun 2019 ekspor mobil Indonesia sebanyak 332 ribu CBU. Produksi tercatat 1,2 juta CBU, penjualan sebanyak 1 juta CBU," ujar dia mengakhiri. Â