Sukses

Tak Terdampak Covid-19, Bisnis Startup Ini Lancar Jaya di Tengah Pandemi

Itemku jadi salah satu perusahaan yang tidak terdampak pandemi COVID-19.

Liputan6.com, Jakarta - Platform jual beli produk digital terkemuka di Indonesia, itemku, jadi salah satu perusahaan yang tidak terdampak pandemi COVID-19. Sebaliknya, selama 2020 perusahaan yang berdiri di bawah payung PT Five Jack ini justru mengalami pertumbuhan bisnis yang terbilang signifikan.

Chief Executive Officer (CEO) itemku, Denis Kim mengatakan pada 2020, pengguna aktif bulanan itemku meningkat hingga 114 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Demikian dengan jumlah pengguna baru yang mengalami peningkatan hingga 138 persen.

Sementara itu, omzet perusahaan selama 2020 turut mengalami peningkatan yang tak kalah pesat, yakni sebanyak 112 persen. Bila dirinci, pertumbuhan GMV paling tinggi terjadi pada Mei dan Desember 2020.

“Pandemi membuat orang-orang memilih hiburan digital. Pendapatan sebagian masyarakat juga berkurang selama periode itu. Pada akhirnya mereka memilih itemku karena kami menawarkan harga yang bagus di pasar hiburan digital,” kata Denis Kim, di Jakarta, Jumat (8/1/2021).

Fakta membuktikan konsumsi hiburan digital masyarakat memang mengalami peningkatan pada 2020, terutama sejak pandemi menerjang. Layanan streaming Netflix, misalnya, mengalami kenaikan jumlah pengguna mencapai 28,06 juta hingga kuartal III tahun lalu.

“Seperti dirangkum dari penyedia data Statista. Jumlah gamer juga mengalami peningkatan serupa, bahkan lebih pesat,” katanya.

Sepanjang 2020, lembaga riset DFC Intelligence menyebut sebanyak 3,1 miliar orang atau sekitar 40 persen penduduk bumi bermain game. Sekitar 1,42 miliar gamer berasal dari Asia, sedangkan sisanya dari benua lain.

Di Indonesia, yang memang menjadi pasar utama itemku, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyebut bahwa jumlah gamer juga meningkat. Terdapat sekitar 16,5 persen masyarakat yang memanfaatkan game sebagai sarana hiburan mereka selama pandemi COVID-19.

“itemku lantas menerapkan sejumlah strategi khusus guna merespons peningkatan kebutuhan masyarakat akan hiburan digital tersebut.  Salah satunya dengan menambah kategori produk. Beberapa di antaranya adalah kategori non-gaming seperti Netflix, Viu, Spotify, Express VPN, hingga Token PLN,” ujarnya.

Terlepas dari itu, Denis mengungkapkan itemku hanya melakukan hal yang sama seperti sebelumnya. Dari dulu bisnis dan budaya kerjanya memang berbasis digital. Operasional juga digital, begitu pula dengan caranya bekerja. Sehingga pihaknya beradaptasi dengan cepat dan tetap bekerja sebaik sebelumnya selama pandemi ini.

Denis mengaku bahwa pertumbuhan bisnis itemku selama 2020 sudah sesuai dengan ekspektasi perusahaan. Pada 2021, perusahaan lantas menargetkan pertumbuhan yang lebih pesat lagi.

“Pada 2021 kami juga menargetkan double growth. Untuk tahun ini, strategi kami adalah mensinergikan aspek komersial, komunitas, dan konten, itemku telah mengalami perkembangan signifikan sejak berdiri pada 2014,” jelasnya.

Demikian kata Denis, perusahaan ini tumbuh sebagai salah satu platform penyedia layanan jual beli produk virtual, khususnya game, terdepan di Indonesia.    

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Berencana IPO, Bukalapak Tengah Susun Infrastruktur

Sejumlah perusahaan rintisan atau startup di Tanah Air gencar dikabarkan sedang mempersiapkan rencana untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) atau menjalankan aksi initial public offering (IPO). Bukalapak yang sudah berada di bisnis digital selama 11 tahun pun tidak menutup kemungkinan akan melakukan IPO.

Hal tersebut diungkapkan oleh CEO Bukalapak, Rachmat Kaimuddin.

"IPO merupakan salah satu opsi untuk bisa mendapatkan pendanaan secara umum, dan biasanya perusahaan-perusahaan teknologi di masa tertentu juga ingin IPO. Bagi kami opsi itu terbuka, dan kami selalu menyiapkan infrastrukturnya," ungkap Rachmat dalam acara Temu Virtual Editor: Berkembang Bersama Bukalapak di 2021 pada Rabu (6/1/2020).

Kendati demikian, Rachmat enggan menargetkan waktu bagi Bukalapak untuk IPO. Sampai waktu itu tiba, katanya, Bukalapak akan terus melakukan persiapan.

"Kami saat ini juga sudah mendapatkan investor kelas dunia, jadi kami akan memperkuat tata kelola, dan mempersiapkan berbagai hal," tuturnya.

Bisnis Bukalapak sendiri terus mengalami pertumbuhan. Layanan e-commerce itu sejak 2018 hingga 2020 diklaim telah tumbuh 200 persen. Pertumbuhan EBITDA sejak November 2018 hingga November 2020 sebesar 80 persen.