Liputan6.com, Jakarta - Harga emas merosot lebih dari 4 persen pada perdagangan Jumat (Sabtu waktu Jakarta) dan perak diikuti dengan penurunan hampir 10 persen karena prospek transisi kekuasaan yang mulus di Washington, Amerika Serikat (AS) dan lonjakan imbal hasil Treasury AS menghantam kompleks yang berharga itu.
Dikutip dari CNBC, Sabtu (9/1/2021), harga emas di pasar spot turun menjadi USD 1.828,36, di mana penurunan terakhir sebesar 3,6 persen pada USD level 1.843,06 per ounce. Penurunan harga emas ini menjadi minggu terburuk sejak November 2020.
Sedangkan harga emas berjangka AS turun 4,1 persen menjadi USD 1.835,40.
Advertisement
"Harga emas mengalami pergeseran fundamental yang besar bagi banyak investor dan mereka mulai meninggalkan perdagangan safe haven," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA.
"Anda mungkin akan melihat bahwa pasar Treasury melihat aliran yang kuat dan itu menghilangkan beberapa daya tarik dari emas," lanjut dia.
Kontrol Demokrat terhadap Senat AS telah menaikkan taruhan untuk stimulus yang besar, mengangkat imbal hasil obligasi 10 tahun ke level tertinggi sejak Maret.
Sejak Presiden AS Donald Trump telah menyetujui transisi kekuasaan yang teratur, ada beberapa aksi ambil untung sementara, kata Jeffrey Sica, pendiri Circle Squared Alternative Investments.
"Setelah emas menembus di bawah USD 1.900, beberapa pedagang momentum terus mengeksekusi perintah jual," ungkp dia.
Sementara emas secara umum dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi yang dapat dihasilkan dari stimulus yang meluas, terutama tahun lalu, yang telah berubah karena imbal hasil obligasi yang lebih tinggi meningkatkan biaya peluang memegang emas batangan yang tidak menghasilkan bunga.
"Kami akan melihat lebih banyak stimulus dan pada akhirnya menaikkan suku bunga," kata Bart Melek, Kepala Strategi Komoditas di TD Securities.
Beberapa analis juga mengatakan beberapa investor juga dapat mengalihkan dananya ke Bitcoin, yang telah memperpanjang reli yang meroket.
Selain harga emas, harga perak turun 7,3 persen menjadi USD 25,14 per ounce, setelah jatuh sebanyak 9,8 persen. Sementara paladium turun 2,6 persen menjadi USD 2.356,23 per ounce. Kedua logam tersebut menghadapi minggu terburuk sejak November.
Harga platinum merosot 5 persen menjadi USD 1.060,87, di mana pada perdagangan sebelumnya telah turun 6,2 persen.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Harga Emas Bakal Kembali Cetak Rekor Tertinggi, Ini Penyebabnya
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan pelantikan Joe Biden sebagai Presiden AS pada 20 Januari 2021 akan mendorong kenaikan harga emas. Harga emas diprediksi akan mencapai level tertingginya pada kuartal I 2021, yaitu USD 2.045 per troy ounce (toz).
Pada kuartal I ini, katanya, AS akan mengeluarkan banyak kebijakan yang kemungkinan membawa indeks dolar melemah dan harga emas mengalami kenaikan.
"Penurunan besar indeks dolar AS akan terjadi ke 87, saat itu lah emas menyentuh level USD 2.045 per troy ounce. Kalau tidak, emas akan susah mencapai level tersebut, di angka USD 2.000 per troy ounce sudah cukup bagus," jelas Ibrahim saat dihubungi Liputan6.com pada Jumat (8/1/2021).
Kenaikan harga emas tidak akan berlangsung lama. Fluktuasi akan mencapai level terendah pada kuartal III 2021 dengan harga USD 1.600 per troy ounce. Hal ini disebabkan vaksinasi sudah merata, dan masyarakat sudah mulai bekerja seperti biasa.
Perekonomian sudah mulai menggeliat, lalu pilihan investasi pun akan beralih ke saham dan obligasi.
"Jika vaksinasi sudah berjalan dengan baik, maka perekonomian akan turut membaik," tutur Ibrahim.
Advertisement
Harga Emas Tergelincir Dolar AS yang Perkasa
Harga emas tergelincir terbebani Dolar AS yang menguat serta imbal hasil Treasury AS yang lebih tinggi. Meski demikian, kerugian harga emas sedikit tertutupi prediksi jika kucuran stimulus fiskal akan lebih besar di bawah pemerintahan yang dipimpin Demokrat.
Melansir laman CNBC, Jumat (8/1/2021), harga emas di pasar spot turun 0,3 persen menjadi USD 1.913,87 per ounce. Emas berjangka AS ditutup naik 0,3 persen menjadi USD 1.913,60.
Harga emas tergelincir sebanyak 2,5 persen usai mencapai level tertinggi sejak 9 November. Itu karena imbal hasil Treasury AS 10-tahun melonjak di atas 1 persen untuk pertama kalinya sejak Maret.
"Imbal hasil treasury yang lebih tinggi menarik beberapa "uang pelarian dari pasar emas," kata Bob Haberkorn, ahli strategi pasar senior di RJO Futures. Meski sayangnya, penguatan Dolar AS membebani emas.
Indeks dolar rebound dari level terendah multi-tahun, membuat bullion kurang menarik bagi pemegang mata uang lainnya.
Kemenangan Demokrat dalam putaran kedua Senat AS memicu ekspektasi inflasi karena investor menaikkan taruhan akan stimulus fiskal yang lebih banyak. Sementara Kongres AS telah mengesahkan kemenangan Presiden terpilih Joe Biden.
"Kemenangan ganda Demokrat di Georgia meningkatkan ekspektasi dukungan stimulus yang lebih besar dan belanja infrastruktur yang lebih tinggi," kata Analis Standard Chartered Suki Cooper, menambahkan ekspektasi inflasi yang lebih tinggi yang dihasilkan akan mendukung momentum kenaikan emas.Â
Di sisi teknis, emas tidak lagi berada di wilayah 'overbought' dan USD 1.965 per ounce adalah level resistensi utama, kata Suki, dengan dukungan jangka pendek di posisi sekitar USD 1.894.
Logam non-imbal hasil dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang kemungkinan dipicu oleh langkah-langkah stimulus yang meluas.
"Akan ada lebih banyak sisi negatif untuk dolar, dan itu juga akan menjadi bullish untuk logam," kata analis senior Kitco Metals Jim Wyckoff.
Adapun harga perak turun 1 persen menjadi USD 27,02 per ounce. Platinum naik 0,8Â persen menjadi USD 1.110,33, dan paladium turun 1,2Â persen menjadi USD 2.408,69.