Liputan6.com, Jakarta - Direktur Riset CORE Indonesia, Piter Abdullah mengatakan jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182 akan menurunkan kepercayaan dan minat masyarakat terhadap industri penerbangan di Tanah Air. Terlebih, masyarakat akan beralih menggunakan moda transportasi lain.
"Biasanya begitu. Masyarakat akan menurun kepercayaan kepada yang mengalami musibah. Memang ada beberapa yang beralih ke moda lain," kata Piter saat dihubungi merdeka.com, Minggu (10/1/2021)
Meski begitu, kejadian jatuhnya pesawat tersebut tidak membuat masyarakat tidak percaya kepada industri penerbangan. Sebagian mereka justru akan lebih selektif lagi dalam memilih maskapai penerbangan.
Advertisement
"Mereka hanya beralih ke maskapai lainnya. Memang ada beberapa yang beralih ke moda lain. Tapi khusus untuk memang jarak pendek dan ada pilihan moda lain," jelas dia.
Seperti diketahui, pesawat Sriwijaya Air SJ182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak di Kepulauan Seribu tidak lama setelah lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta.
Situs FlightRadar24 menyebutkan bahwa pesawat itu kehilangan ketinggian 10 ribu kaki dalam 1 menit. Saat ini proses pencarian terus dilakukan di wilayah perairan Kepulauan Seribu.
Dwi Aditya Putra
Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Inikah Penyebab Sriwijaya Air SJ182 Jatuh?
Pesawat Sriwijaya Air yang berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta Tangerang menuju Bandara Supadio Pontianak hilang kontak sekira pukul 14.40 WIB pada Sabtu (9/1/2021). Diduga, pesawat terjatuh di sekitar Kepulauan Seribu.
Hingga kini tim gabungan tengah berusaha untuk mencari lokasi jatuhnya pesawat dengan kode penerbangan SJ182 yang saat itu mengangkut lebih dari 50 peumpang.
Dikutip dari Reuters, Minggu (10/1/2020), otoritas penerbangan Amerika Serikat (AS), Federal Aviation Administration (FAA) pada pertengahan 2020 memberikan peringatan kepada seluruh maskapai di dunia tentang dampak dari pandemi Covid-19 terhadap performa pesawat, khususnya untuk jenis Boeing 737 NG dan Classic.
Pesawat Boeing 737 NG meliputi seri 600, 700, 800, dan 900. Sedang Boeing 737 Classic meliputi seri 300, 400, 500 dan jenis ini masih banyak dipakai maskapai Indonesia, termasuk Sriwijaya Air.
FAA menyatakan ada sekitar 2.000 pesawat jenis tersebut yang saat ini dioperasikan maskapai, namun tak terbang karena dampak pandemi Covid-19.
Tak beroperasinya pesawat selama kurang lebih tujuh hari, memberikan risiko korosi yang kemudian menyebabkan kegagalan mesin ganda.
FAA mengeluarkan arahan tersebut setelah inspektur menemukan katup pemeriksaan udara yang rusak saat akan kembali mengoperasikannya.
"Jika ditemukan korosi, katup harus diganti sebelum pesawat kembali beroperasi," kata FAA.
Atas arahan FAA ini, Boeing telah menyarankan operator di seluruh dunia untuk memeriksa pesawat dan memeriksa katup udara apakah masih dalam kondisi layak atau tidak. Salah satunya Sriwijaya Air.
Advertisement