Sukses

Sriwijaya Air Jatuh, Industri Penerbangan Kian Sulit Bangkit

Peristiwa jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182 akan membuat industri penerbangan sulit bangkit.

Liputan6.com, Jakarta - Pengamat Ekonomi, Piter Abdullah menilai peristiwa jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182 akan membuat industri penerbangan sulit bangkit. Apalagi sektor ini sebelumnya memang menjadi salah satu yang paling terpukul besar akibat wabah virus asal China itu.

"Industri penerbangan saat ini sdg terpuruk. Kejadian ini membuat semakin sulit untuk bangkit," kata Piter saat dihubungi merdeka.com, Minggu (10/1).

Seperti diketahui, pesawat Sriwijaya Air SJ182 rute Jakarta-Pontianak jatuh di Kepulauan Seribu tidak lama setelah lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta. Situs FlightRadar24 menyebutkan bahwa pesawat itu kehilangan ketinggian 10 ribu kaki dalam 1 menit. Saat ini proses pencarian terus dilakukan di wilayah perairan Kepulauan Seribu.

Sebelumnya, Piter mengatakan jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182 akan menurunkan kepercayaan dan minat masyarakat terhadap industri penerbangan di Tanah Air. Terlebih, masyarakat akan beralih menggunakan moda transportasi lain.

"Biasanya begitu. Masyarakat akan menurun kepercayaan kepada yang mengalami musibah. Memang ada beberapa yang beralih ke moda lain," kata Piter saat dihubungi merdeka.com, Minggu (10/1)

Meski begitu, kejadian jatuhnya pesawat tersebut tidak membuat masyarakat tidak percaya kepada industri penerbangan. Sebagian mereka justru akan lebih selektif lagi dalam memilih maskapai penerbangan.

"Mereka hanya beralih ke maskapai lainnya. Memang ada beberapa yang beralih ke moda lain. Tapi khusus untuk memang jarak pendek dan ada pilihan moda lain," jelas dia.

Dwi Aditya Putra

Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Pesawat Sriwijaya Air SJ182 Jatuh, Ini Penyebabnya?

Pesawat Sriwijaya Air SJ182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pasca lepas landas (take off) dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta) pada Sabtu, 9 Januari 2021 pukul 14.40 WIB.

Pesawat berjenis Boeing 737-500 yang mengangkut 62 awak dan penumpang tersebut kemudian terkonfirmasi jatuh di perairan Kepulauan Seribu.

Hingga kini, masih misteri alasan mengapa pesawat Sriwijaya Air yang hendak bertolak ke Bandara Supadio di Pontianak tersebut jatuh. Namun, jenis pesawat yang dipakai itu ternyata telah diinstruksikan untuk diperiksa keamanan mesinnya sejak Juli 2020.

Mengutip CNBC, Minggu (10/1/2021), otoritas penerbangan Amerika Serikat (AS) atau Federal Aviation Administration (FAA) menginstruksikan pihak maskapai untuk memeriksa beberapa pesawat Boeing 737 yang banyak tak dipakai sejak pandemi Covid-19.

Pesawat Boeing 737 NG ini meliputi seri 600, 700, 800, dan 900. Sedangkan Boeing 737 Classic meliputi seri 300, 400 dan 500 yang masih banyak dipakai maskapai di Indonesia, termasuk Sriwijaya Air.

Perintah ini diberikan untuk mencegah korosi yang dapat menyebabkan pemadaman mesin.

FAA menyatakan, perintah inspeksi pada pesawat yang belum dioperasikan selama satu pekan atau lebih akan berdampak pada sekitar 2.000 jet di AS.

Namun, arahan tersebut tidak terkait dengan pesawat berjenis Boeing 737 Max, yang telah dilarang terbang di seluruh dunia sejak Maret 2019 setelah dua kecelakaan mematikan.

Boeing kemudian menyarankan operator pesawat 737 yang telah berusia tua untuk memeriksa katup mesin dari korosi. Menurut FAA, arahan itu datang setelah 4 laporan penghentian mesin tunggal yang disebabkan oleh katup udara pembuangan mesin yang macet.

"Dengan pesawat yang disimpan atau jarang digunakan karena permintaan yang lebih rendah selama pandemi Covid-19, katup bisa lebih rentan terhadap korosi," tulis Boeing dalam pernyataan resminya.