Sukses

Kena Safeguard di Filipina, Menperin: Daya Saing Industri Otomotif Indonesia Tinggi

Produksi kendaraan roda empat Indonesia pada 2019 mencapai 1.286.848 unit.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan pengenaan safeguard terhadap produk otomotif Indonesia oleh Filipina, menunjukkan daya saing industri otomotif di Tanah Air tinggi.

“Penerapan safeguard tersebut menunjukkan bahwa Industri otomotif Indonesia di atas Filipina,” ujar Menperin Agus di Jakarta, Selasa, menanggapi perkembangan pemberlakuan safeguard dari Filipina atas kendaraan penumpang serta kendaraan komersial ringan.

Produksi kendaraan roda empat Indonesia pada tahun 2019 mencapai 1.286.848 unit. Angka tersebut sangat jauh dibandingkan dengan produksi Filipina yang hanya mencapai 95.094 unit.

Menperin Agus mengatakan perkembangan otomotif Indonesia menunjukkan tren yang menggembirakan. “Dalam catatan saya, setidaknya akan masuk investasi senilai lebih dari Rp30 triliun ke Indonesia untuk sektor otomotif,” katanya melalui keterangan tertulis.

Selain itu industri otomotif global memiliki Global Value Chain yang tinggi, sehingga perbedaan harga antarnegara relatif rendah.

Dalam hal ini, Indonesia diuntungkan karena saat ini telah mampu mengekspor produk otomotif ke lebih dari 80 negara dengan rata-rata 200.000 unit per tahun.

“Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia makin terintegrasi dengan pasar dunia,” imbuh Menperin.

Pada Januari hingga November 2020, Indonesia telah mengapalkan sebanyak 206.685 unit kendaraan Completely Build Up (CBU), 46.446 unit Completely Knock Down (CKD), serta 53,6 juta buah komponen kendaraan.

Menperin menegaskan Filipina harus membuktikan bahwa memang terjadi tekanan pada industri otomotif di Filipina akibat impor produk sejenis dari Indonesia, sehingga perlu mengambil kebijakan penerapan safeguard bagi produk impor dari Indonesia.

“Ini disebabkan karena penerapan safeguard memiliki konsekuensi di WTO,” pungkas Menperin Agus.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Industri Otomotif Diprediksi Masih Lesu hingga 2021

Pengamat transportasi senior sekaligus Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno menilai kinerja industri otomotif masih stagnan hingga tahun depan. Menyusul kian turunnya daya beli masyarakat akibat dampak pandemi Covid-19.

"Sekarang penurunan daya beli masyarakat jauh sekali. Orang jadi berfikir dua kali buat beli produk otomotif seperti mobil kan. Jadi pada 2021 nanti masih stagnan untuk industri otomotif ini," ujar dia saat dihubungi Merdeka.com, Rabu (11/11/2020).

Djoko mengatakan, hal ini tercermin dari lesuhnya penjualan mobil baru secara kuartalan maupun tahunan baik untuk pasar dalam negeri maupun untuk ekspor. Bahkan, mobil bekas masih cukup banyak yang belum laku di tahun ini.

Terlebih, ujar Djoko, banyak kota di Indonesia yang mulai mengembangkan sistem transportasi umum modern dan terintegrasi. Alhasil mulai masyarakat mulai melirik penggunaan transportasi umum, khususnya kaum urban.

"Palembang sudah punya LRT kan, Jakarta dengan MRT, juga Bandung dan Surabaya dengan progres kereta cepat. Sehingga Ini pasti juga berdampak ke penjualan produk otomotif yang menurut," tegasnya.

Selain itu, berkembangnya tren bersepeda juga turut mempengaruhi turunnya pembelian kendaraan bermotor. Mengingat saat ini sepeda juga digunakan sebagai alternatif transportasi untuk menunjang berbagai aktivitas keseharian masyarakat.

"Jadi, ke depan saya fikir pemanfaatan sepeda ini akan lebih luas. Apalagi banyak kebijakan pemerintah juga yang ramah bagi Pesepeda," terangnya.

Maka dari itu, dia meyakini pemulihan sektor industri otomotif akan membutuhkan waktu sedikit lama, minimal 2 tahun. Terutama bagi kendaraan pribadi di era kebiasaan baru ini.

"Pulihnya industri otomotif ini akan bertahap. Tetapi, tergantung kondisi ekonomi negara juga ya," tutupnya.