Sukses

Masuk Pasar Indonesia, Produk Minuman Asal Jepang Ini Pastikan Penuhi Aturan BPOM

Di seluruh belahan dunia, masyarakat mengkonsumsi makanan dan minuman untuk menunjang aktivitas kesehariannya.

Liputan6.com, Jakarta - Di seluruh belahan dunia, masyarakat mengkonsumsi makanan dan minuman untuk menunjang aktivitas kesehariannya. Peluang itu pun ditangkap oleh PT H&E Dermatech Indonesia sebagai salah satu perusahaan distributor produk minuman serbuk asal Jepang, AFC.

Sebagai perusahaan penyedia minuman serbuk impor dari negara Jepang, AFC Indonesia menjamin kualitas serta keamanan produknya sesuai standar BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) Republik Indonesia.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) berperan penting untuk memastikan kualitas dan keamanan dari produk yang ditawarkan oleh AFC Indonesia.

“Produk minuman serbuk yang ditawarkan AFC di Indonesia, telah mematuhi aturan-aturan ketat dari BPOM. Untuk keamanan dan kualitasnya, kami tidak mau bermain-main. Kami mengikuti semua regulasi BPOM tanpa kecuali,” kata General Manager (GM) PT. H&E Dermatech Indonesia (AFC Indonesia) Nicolas Rampisela pada hari Senin (11/01/2021) di Jakarta.

Sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang makanan dan minuman impor, PT. H&E Dermatech Indonesia (AFC Indonesia) adalah PT yang ditunjuk oleh AFC Japan untuk melakukan import dan distribusi produk-produk AFC Jepan berupa makanan dan minuman.

PT. H&E Dermatech Indonesia (AFC Indonesia) adalah perusahaan yang berdiri sejak tahun 2015 yang sudah teruji integritasnya dalam hal penyediaan minuman serbuk dengan kualitas terbaik.

“Komitmen kami adalah mengikuti standar dan semua aturan dari BPOM Republik Indonesia, sehingga masyarakat juga yakin terhadap semua produk yang kami tawarkan di Indonesia,” tutup Nicolas Rampisela.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Meski Ekonomi RI Minus, Industri Makanan Minuman Masih Tumbuh 0,22 Persen

Ketua Umum Asosiasi Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi S. Lukman, mengatakan di tengah pertumbuhan perekonomian Indonesia di kuartal II yang terkontraksi -5,32 persen, industri F&B masih bisa tumbuh sebesar 0,22 persen.

“Di tengah-tengah ekonomi yang sedang kontraksi minus 5,32 kita masih bisa tumbuh 0,22 persen dan industri makanan minuman investasinya juga masih masuk dalam 5 besar dalam seluruh investasi di Indonesia,” kata Adhi dalam MarkPlus The 2nd Series Industry Roundtable (Episode 7) - FMCG Industry Perspective, Jumat (25/9/2020).

Lanjutnya, sebelumnya data-data yang menunjukkan kontribusi industri F&B di kuartal II-2020 cukup signifikan terhadap agroindustry, hampir 40 persen kontribusinya jadi sangat signifikan terhadap PDB.

Bahkan ia  memperkirakan kontribusi investasi F&B tidak turun dari tahun-tahun sebelumnya, karena sudah mencapai hampir Rp 30 triliun dan biasanya setiap tahun investasi makanan minuman ini mencapai hampir sekitar Rp 60 triliun.

“Jadi kelihatannya investasi ini kan orang lihatnya prospek, melihat prospek Indonesia cukup baik untuk makanan dan minuman, sehingga orang tidak takut untuk berinvestasi. Meskipun ke pengeluaran per kapita penduduk untuk makanan minuman 50 persen terjadi penurunan di Q2 dan Q1,” ujarnya.

Kendati begitu,  tetap optimisme untuk investasi masih tetap ada dan bahkan yang cukup menggembirakan ekspor Indonesia sampai semester 1 tidak turun untuk industri makanan minuman.

“Ekspor kita mencapai USD 13,7 miliar termasuk sawit, dan tidak termasuk sawit USD 3,6 miliar artinya masih ada pertumbuhan. Tahun lalu Ekspor kita hanya mencapai 12,6 persen untuk Januari-Juni 2019 artinya masih terjadi kenaikan, dan sampai Juli 2020 ekspor makanan minuman itu masih naik 5,5 persen. Meskipun ada kenaikan diimpor 15,8 persen,” pungkasnya.