Liputan6.com, Jakarta - Indeks Very Large Gas Carrier (VLGC) Baltic Exchange ditutup minggu lalu pada angka USD118,7 per ton atau setara dengan USD110.300 per hari untuk kapal tanker VLGC.
Angka tarif sewa tersebut 3 kali lebih tinggi dibandingkan dengan tarif sewa pada bulan November tahun 2020. Lonjakan ini mendorong tarif sewa ke tingkat tertinggi sejak 2015 dikarenakan ketatnya pasokan tonase kapal dan pemulihan bertahap atas peningkatan permintaan LPG.
Secara keseluruhan, permintaan LPG diperkirakan turun sekitar 4 persen pada tahun 2020 akibat dampak Covid-19 yang menekan aktivitas ekonomi.
Advertisement
Namun, tarif sewa kapal tanker VLGC berada pada level positif karena adanya dukungan dari beberapa faktor, yakni stabilitas permintaan kapal tanker VLGC untuk rute terpanjang, lonjakan permintaan gas sejak bulan lalu karena cuaca musim dingin yang lebih ekstrim, terjadi keterlambatan dan tertundanya transit kapal-kapal di Panama Canal, dan peningkatan jumlah kapal tanker VLGC yang harus melaksanakan drydocking.
“Secara keseluruhan perdagangan LPG melalui laut telah turun secara signifikan tahun ini, namun untungnya rute yang terpanjang tidak terpengaruh yaitu dari Amerika Serikat ke Asia, dengan ekspor Amerika Serikat ke China kembali ke tingkat yang sangat tinggi setelah hampir turun ke angka nol tahun lalu,” ujar Ralph Leszczynski, Kepala Penelitian Global di Banchero Costa, seperti dikutip Liputan6.com, Senin (18/1/2021).
Sebagai perbandingan, kapal tanker yang mengangkut LPG memerlukan waktu empat kali lebih lama untuk rute Amerika Serikat ke Asia dibandingkan dengan rute Timur Tengah ke Asia, sehingga menurunkan jumlah kapasitas tonase kapal yang tersedia.
Amerika Serikat diperkirakan akan meningkatkan produksi menjadi 5,27 MMBPD (million barrels per day) di tahun 2021 dibandingkan dengan 5,09 MMBPD pada tahun 2020. Tren ini diperkirakan akan berlanjut hingga akhir tahun 2021.
Permintaan LPG telah meningkat sejak awal musim dingin bulan lalu, dan diperkirakan akan terus berlanjut selama beberapa bulan ke depan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Musim Dingin
Dengan adanya fenomena La Nina tahun ini dan perkiraan cuaca yang akan lebih dingin dari 2 musim dingin terakhir, kebutuhan LPG akan meningkat untuk kebutuhan pemanas rumah. Sebagai contoh, suhu di Seoul telah turun hingga minus 18 Celcius, mendekati rekor tahun 1986, dan suhu di Beijing mencapai minus 20 Celcius, angka terendah sejak tahun 1966.
Musim dingin yang lebih ekstrim juga meningkatkan kepadatan di jalur Panama Canal, yang merupakan titik transit utama untuk kapal tanker VLGC. Kemacetan ini disebabkan oleh badai musim dingin dan persaingan antara kapal tanker VLGC dengan kapal kontainer dan kapal lainnya untuk mendapat slot transit.
Selain itu, durasi transit yang biasanya 2 hari menjadi 8-10 hari dikarenakan adanya keterbatasan dalam staf awak kapal yang disebabkan oleh pandemi Covid-19.
Pada saat yang bersamaan, pasokan kapal tanker VLGC juga dipengaruhi oleh peningkatan jumlah kapal yang diperkirakan harus melaksanakan drydock pada tahun 2021. Menurut BW LPG, salah satu operator kapal tanker VLGC terbesar di dunia, 23 persen dari jumlah kapal tanker VLGC di dunia harus melaksanakan drydock pada tahun 2021, yang akan mengurangi pasokan yang tersedia, padahal ekonomi dunia diperkirakan akan secara perlahan akan pulih seiring dengan penghapusan lockdown dan meningkatnya jumlah orang yang divaksinasi.
“Tarif sewa kapal tanker VLGC memilik volatilitas yang tinggi. Ketika tarif sewa melonjak maka tarif tersebut akan melonjak dengan cepat dan tajam,” ujar Leszczynski.
Advertisement