Sukses

Tetap Buka, RPH Sepi Orderan Gegara Pedagang Daging Sapi Mogok Jualan

Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Karawaci Kota Tangerang tetap beroperasi meski ada aksi mogok pedagang daging sapi.

Liputan6.com, Jakarta - Meski ada aksi mogok pedagang daging sapi dan tak ada satupun penjual daging sapi di pasar tradisional, Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Karawaci Kota Tangerang, tetap beroperasi.

Pihak Pengelola RPH Karawaci mengaku, sejak Selasa 19 Januari 2021, tidak melakukan pemotongan karena para pedagang tidak meminta orderan daging sapi.

"Sejak Selasa malam sepi, saya juga sudah dapat informasi dari para pedagang bahwa tidak akan berjualan karena tidak terima adanya kenaikan harga daging. Tetapi, kami sebagai penyedia jasa pemotongan tetap buka dan karyawan kami tetap masuk," ujar Widodo, Penanggung Jawab RPH Karawaci. 

Widodo menambahkan, selama RPH ini ada sejak tahun 2000, ini sudah kejadian yang ke-4 kalinya. Tetapi, untuk aksi mogok ini terlihat kompak karena seluruh pedagang daging sapi menolak berjualan karena harga yang sedang naik.

"Kalau saya lihat, aksi mogok ini paling kompak. Biasanya yang sudah sudah walaupun ada mogok kenaikan harga daging masih ada pedagang yang melakukan pemotongan,"paparnya. (Pramita Tristiawati)

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Harga Daging Sapi Dinilai Kemahalan Sejak di Pemotongan, Ini Sebabnya

Kementerian Perdagangan (Kemendag) pada Selasa, 19 Januari 2021 kemarin menggelar rapat koordinasi stabilisasi harga daging sapi. Rapat ini diadakan pasca Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) membuat surat edaran bahwa pedagang sapi di Jakarta dan sekitarnya akan mogok jualan hingga 22 Januari 2021.

Pedagang mengeluhkan Harga Pokok Penjualan (HPP) daging sapi di tingkat Rumah Pemotongan Hewan (RPH) dan distributor yang terlampau tinggi. Sehingga keuntungan yang diterima pedagang menjadi sangat tipis.

Direktur Eksekutif Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo) Johny Liano yang juga ikut dalam rapat bersama Kemendag menjelaskan, harga pokok pembelian daging sapi di tingkat global saat ini memang sudah tinggi.

"Kan kita harga global itu tinggi. Jadi harga pokok pembelian sapi sendiri sudah tinggi. Sehingga harusnya di dalam negeri ikut melakukan penyesuaian," ujar Johny kepada Liputan6.com, Rabu (20/1/2021).

Menurut dia, beberapa komoditas pangan di Indonesia saat ini masih bergantung pada pasokan dari negara lain. Sehingga itu berdampak terhadap ketersediaan dan harga di tingkat domestik.

Pasca menerima penjelasan tersebut, pedagang daging sapi yang diwakili APDI disebutnya mulai memahami pokok persoalan. "Sekarang apa yang harus dikerjakan, solusinya apa. Kembali lagi bagaimana jangka panjangnya tumpuan kita di dalam negeri cepat ditingkatkan," sambungnya. 

3 dari 3 halaman

Tak Memaksa

Johny menyampaikan, pengusaha RPH juga sudah memaklumi keputusan APDI yang tidak melakukan penjualan daging sapi hingga 3 hari ke depan. Dia pun menilai bahwa surat edaran yang dikeluarkan APDI tersebut hanya bersifat himbauan.

"Jadi himbauan semula itu akan dihimbau kembali ke anggotanya setelah masa memahami kondisinya, dan akan tetap berjualan. Bagi anggota lain yang masih berjualan itu dipersilakan. Yang mau tidak berjualan juga dipersilakan," tuturnya.

Jika memang harga daging sapi di tingkat RPH dan distributor masih dianggap terlalu tinggi, ia pun menyarankan pedagang untuk buka opsi penjualan lain semisal daging kerbau atau daging beku. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri (PDN) Kemendag Syailendra dikatakannya sepakat dengan usul tersebut.

"Jadi kita selama ini kan selalu berpikirnya sapi-sapi. Padahal sebetulnya banyak pilihan bagi pedagang. Pedagang itu kan sebetulnya enak. Dia banyak pilihan. Jika harga sapi dirasa mahal dia bisa berjualan daging kerbau," imbuhnya.

"Jadi pak Dirjen akan mendorong itu sesuai dari daging-daging yang bisa didorong untuk pedagang-pedagang itu," pungkas Johny. Â