Liputan6.com, Jakarta Harga minyak mentah dunia stabil usai data industri menunjukkan adanya lonjakan persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS). Hal ini memicu kekhawatiran permintaan bahan bakar terkait pandemi, sementara harapan kucuran stimulus AS mendukung harga minyak.
Melansir laman Yahoo Finance, harga minyak mentah berjangka Brent naik 2 sen menjadi USD 56,10 per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 18 sen menjadi USD 53,13 per barel.
Baca Juga
Kedua tolok ukur harga minyak tersebut naik selama dua hari terakhir karena ekspektasi kucuran bantuan COVID-19 besar-besaran di bawah Presiden AS yang baru Joe Biden.
Advertisement
Rabu malam, data industri menunjukkan persediaan minyak mentah AS naik 2,6 juta barel pekan lalu, dibandingkan dengan perkiraan analis dalam jajak pendapat Reuters untuk penarikan 1,2 juta barel.Â
Adapun rilis data inventaris ditunda dua hari hingga Jumat karena hari libur dan Hari Pelantikan Martin Luther King Jr.
"Kami sedang dalam jeda sampai kami mendapatkan laporan persediaan," kata Phil Flynn, Analis Senior di Price Futures Group di Chicago.
"Pasar sedang menunggu untuk melihat apa yang akan kita lihat dalam persediaan besok dan stimulus di masa mendatang," lanjut dia.
Â
Saksikan Video Ini
Pangkas Produksi
Di tempat lain, kepatuhan dengan kesepakatan untuk memangkas produksi dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya turun pada Desember dari November.Â
Sementara itu, meningkatnya kasus virus korona di China, importir minyak mentah terbesar dunia, membebani harga minyak.
Beijing berencana untuk memberlakukan persyaratan pengujian virus yang ketat selama musim liburan Tahun Baru Imlek, ketika puluhan juta orang diperkirakan akan melakukan perjalanan, untuk memerangi gelombang infeksi baru yang terburuk sejak Maret 2020.
Pusat komersial Shanghai melaporkan kasus pertama yang ditularkan secara lokal dalam dua bulan pada hari Kamis.
Namun dalam jangka panjang, pemerintahan Biden bisa membuat menjadi harga minyak lesu. Di mana dalam langkah pertamanya sebagai presiden, Joe Biden mengumumkan kembalinya Amerika ke perjanjian iklim Paris untuk memerangi perubahan iklim dan mencabut izin untuk proyek pipa minyak Keystone XL dari Kanada.
Advertisement