Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Amerika Serikat (AS) dinilai tidak bertindak cukup agresif pada 2009 untuk melawan Great Recession atau krisis ekonomi. Akibatnya, pemulihan ekonomi menjadi lebih lambat.
Dikutip dari CNN, Jumat (22/1/2021), Joe Biden sebagai mantan wakil presiden di era Barack Obama, disebut belajar banyak dari hal tersebut. Oleh sebab itu, Biden dinilai berusaha menghindari kesalahan yang sama, mengingat pemerintahannya sedang berjuang di tengah pandemi.
Langkah Joe Biden menyiapkan dana pemulihan ekonomi USD 1,9 triliun, dinilai menunjukkan tekadnya untuk menghindari kesalahan di krisis ekonomi. Namun dengan catatan, jika mendapatkan izin dari Kongres.
Advertisement
"Jika kita melihat ke belakang dan berpikir rencana ini terlalu besar, maka itu akan menjadi penyesalan yang baik-baik saja," kata Jason Furman, salah satu yang berperan dalam rencana stimulus AS pada 2009.
Penasihat ekonomi Obama itu mengenang bahwa timnya menginginkan paket stimulus sebesar USD 1 triliun pada 2009, sekira 25 persen lebih besar dari yang akhirnya lolos di Kongres.
"Pemulihan lebih lambat dari krisis keuangan karena stimulusnya tidak lebih besar," tuturnya.
Sebaliknya, para ekonom mengatakan bahwa rencana Joe Biden akan membantu ekonomi AS keluar dari pandemi dalam enam bulan ke depan.
Rencana stimulus USD 1,9 triliun Biden antara lain USD 15 upah minimum, USD 350 miliar bantuan untuk negara bagian dan lokal, hingga tunjangan untuk pengangguran yang meningkat.
Tujuannya adalah membantu orang Amerika yang membutuhkan termasuk yang mata pencahariannya berkaitan dengan industri paling terdampak pandemi seperti restoran, hotel, penerbangan, dan jalur pelayaran.
Rencana Biden juga mencakup dana sebesar USD 400 miliar untuk membuat sekolah tetap buka, mempercepat vaksinasi dan meningkatkan pengujiannya.
"Presiden terpilih Biden ada di sana. Anda sudah dapat melihat mereka tidak akan mengulangi skenario itu (krisis 2009)," kata mantan penasihat Obama, Austan Goolsbee.
Â
Saksikan Video Ini
Inilah 4 Janji Besar Presiden AS Joe Biden untuk Ekonomi Amerika
Joe Biden telah resmi dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat (AS). Selama masa kampanye, Biden membuat janji besar untuk memulihkan perekonomian dan mempercepat pemulihan dari pandemi Covid-19 bagi negaranya.
Janji kampanye Joe Biden tersebut termasuk membuka lapangan pekerjaan, meningkatkan kesetaraan rasial, hingga menaikkan pajak dengan tujuan membuka kembali pertumbuhan ekonomi.
Dilansir CNN, Kamis (21/1/2021), berikut 4 rencana yang jadi janji besar Joe Biden sebagai Presiden AS dan sang wakil presiden, Kamala Harris, untuk perekonomian AS:
1. Penanganan Pandemi Covid-19
Rencana Biden untuk Day One seperti dijelaskan di situs web kampanyenya adalah mengendalikan krisis Covid-19. Biden akan menggandakan jumlah lokasi pengujian drive-thru di seluruh negara, serta berinvestasi dalam pengujian di rumah dan merekrut 100 ribu orang Amerika melakukan contact-tracing atau pelacakan kontak.
Ia juga ingin menginvestasikan USD 25 miliar untuk pembuatan dan distribusi vaksin dengan tujuaan memberikan vaksin kepada semua penduduk tanpa biaya.
Rencana tersebut juga termasuk penyediaan dana kepada pemerintah negara bagian dan lokal, sehingga mereka dapat menghindari kekurangan biaya. Selain itu, pemerintahan Biden juga meminta Kongres untuk membantu sekolah-sekolah dengan sumber daya Covid-19 dan menanggung biaya terkait Covid-19 untuk bisnis kecil.
2. Perpajakan
Bide mengatakan tidak akan menaikkan pajak terhadap orang-orang dengan panghasilkan kurang dari USD 400 ribu per tahun.
Namun ada rencana untuk meningkatkan pendapatan dengan beberapa cara, seperti menaikkan tarif pajak penghasilan tinggi menjadi 39,6 persen, serta menaikkan pajak perusahaan menjadi 28 persen dari 21 persen.
Selain itu, perusahaan-perusahan Amerika diwajibkan membayar minimum pajak 21 persen atas pendapatan asing.
Biden juga mewajibkan siapa pun dengan penghasilan lebih dari USD 1 juta per tahun akan dikenakan pajak dengan tarif yang sama untuk pendapatan investasi, seperti halnya gaji mereka.
Biden juga ingin memperluas kredit pajak anak untuk membantu keluarga yang bekerja selama pandemi dengan memberikan USD 3.000 per tahun untuk setiap anak antara usia 6 hingga 17 tahun, dan USD 3.600 untuk anak di bawah 6 tahun.
Sebuah studi dari Wharton Scholl of the Univesrity of Pennsylvania memproyeksikan rencana pajak Biden akan meningkatkan pendapatan USD 2,3 hingga USD 2,6 triliun selama 10 tahun ke depan dengan sedikit dampak pada GDP.
Â
Advertisement
3. Lapangan Pekerjaan
Biden berencana menciptakan setidaknya lima juta pekerjaaan manufaktur baru. Pemerintahan Bide juga akan menyiapkan dana USD 300 miliar untuk penelitian dan pengembangan di bidang industri termasuk kecerdasan buatan dan 5G.
Upah minimum federal yang saat ini USD 7,25 akan dinaikkan menjadi setikdanya USD 15 per jam.
Mengenai energi bersih, pemerintah AS mewajibkan negara-negara yang tidak ramah lingkungan untuk membayar pajak penyesuaian karbon.
Prioritas lain dari rencana Biden yaitu mempromosikan kesetaraan rasial. Ia akan mendanai inisiatif investasi negara bagian dan lokal untuk pengusaha kulit hitam dan coklat.
Selain itu, juga menyediakan hingga USD 100 miliar pinjaman bisnis bunga rendah untuk komunitas tersebut melalui program pinjaman negara bagian dan lokal.
4. Pinjaman Pelajar
Biden menyerukan agar USD 10 ribu dari setiap utang pinjaman pelajar federal untuk setiap pelajar segera dibatalkan. Langkah ini merupakan bagian dari respons bantuan pandemi.
Rencana Biden lainnya termasuk akan menggandakan jumlah maksimum hibah Pell dan meningkatkan jumlah pelajar yang dapat mengakses bantuan keuangan, sambil mengurungi setengah pembayaran pinjaman pelajar federal.
Selain empat rencana besar tersebut, Biden juga akan mengadopsi proposal reformasi kebangkrutan Elizabeth Warren, yang akan merampingkan proses dan memungkinkan orang yang mengajukan kebangkrutan untuk menyisihkan dana perawatan anak, serta barang-barang seperti mainan dan buku.
Di bidang infrastruktur, Biden akan mengusulkan rencana USD 1,3 triliun selama 10 tahun yang bertujuan membuat pekerja kelas menengah Amerika lebih kompetitif dalam skala global.
Â