Sukses

Menko Luhut Dorong Penggunaan Alat Tes Covid-19 GeNose di Area Publik, Berapa Tarifnya?

Pemerintah mendorong penggunaan alat deteksi Covid-19 buatan dalam negeri ini bisa dimanfaatkan pada simpul-simpul transportasi umum.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menyaksikan langsung penggunaan alat deteksi Covid-19 bernama GeNose buatan anak bangsa di Stasiun KA Pasar Senen, Jakarta, Sabtu (23/1).

Pemerintah mendorong penggunaan alat deteksi Covid-19 buatan dalam negeri ini bisa dimanfaatkan pada simpul-simpul transportasi umum seperti di Stasiun Kereta Api, Bandara, Pelabuhan dan Terminal.

Dalam kunjungannya, Menko Luhut langsung mencoba alat deteksi GeNose dengan cara menghembuskan nafas ketiga ke dalam kantung yang telah disiapkan. Hasilnya, Menkomarves dinyatakan negatif Covid-19.

"Pemerintah memberikan apresiasi kepada tim GeNose dari Universitas Gajah Mada (UGM) yang sudah bekerja keras untuk menciptakan inovasi ini dan membantu pemerintah dalam melakukan upaya 4T (Tracking, Tracing, Testing dan Treatment)," ujar Luhut.

Dia menambahkan, alat GeNose ini telah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Adapun, kelebihan dari alat ini diantaranya bisa mendeteksi lebih cepat dan harga yang relatif lebih murah dengan akurasi di atas 90 persen. Sehingga Luhut mendorong pemanfaatan alat ini di semua area publik.

"Kedepannya kita akan gunakan ini di semua area publik seperti di Hotel, Mall, di lingkungan masyarakat RT/RW. Alatnya hanya seharga 62 juta dan harga per orangnya hanya dikenakan sekitar Rp 20 ribu. Jika pemakaian lebih banyak tentunya costnya akan semakin turun dan nantinya alat ini akan terus dikembangkan sehingga mempunya akurasi yang akan lebih tajam. Dan tentunya kita harus bangga karena ini buatan Indonesia," jelas Menko Luhut.

Kendati demikian, Luhut menyarankan agar plastik yang digunakan pada alat ini dapat menggunakan bahan yang dapat didaur ulang. Ini bertujuan agar lebih ramah lingkungan.

Sementara itu, Menhub Budi akan mendorong penggunaan alat GeNose pada transportasi umum. Kemenhub telah berkoordinasi dengan Kemenkes, UGM, dan Satgas Penanganan Covid-19.

"Kami sudah berkomunikasi dengan Satgas Penanganan Covid-19 dan akan segera ditindaklanjuti dengan surat persetujuan untuk penggunaan di simpul-simpul transportasi umum," terangnya.

Selanjutnya Kemenhub akan membuat Surat Edaran kepada para operator transportasi. "Kita rencanakan penggunaannya sudah dimulai pada 5 februari 2021 pada Stasiun KA terlebih dahulu, baru kemudian bertahap selanjutnya di Bandara," tutupnya.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 4 halaman

Stasiun KA akan Pasang Alat Pendeteksi Covid-19 GeNose Mulai 5 Februari 2021

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi, mengatakan implementasi alat pendeteksi Covid-19, GeNose, akan dimulai di stasiun-stasiun Kereta Api (KA) pada 5 Februari 2021. Alat ini merupakan buatan Universitas Gajah Mada (UGM).

"Kita rencakan di kereta api akan dimulai pada 5 Februari 2021. Bertahap setelah itu baru pesawat terbang," tutur Budi saat meninjau implementasi GeNose di Stasiun KA Pasar Senen pada Sabtu (23/1/2021).

Selama Pandemi Implementasi GeNose di stasiun ini, kata Budi, akan mengurangi beban penumpang KA dibandingkan melalukan Rapid Test Antigen. Biaya tes GeNose sendiri diharapkan bisa di bawah Rp 20 ribu.

Seperti diketahui sebelumnya, penumpang kereta api jarak jauh diwajibkan untuk melakukan Rapid Test Antigen. Harga Rapid Test ini beragam mencapai ratusan ribu rupiah.

"Kereta api ini kan tarifnya rendah, jadi kalau antigen lebih mahal daripada tarif, kasihan," kata Budi.

Menko Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, berharap biaya tes GeNose per orang tidak lebih dari Rp 20 ribu. Harga yang terjangkau diharapkan akan membuat lebih banyak orang melalukan tes.

""Kalau bisa tarifnya di bawah Rp 20 ribu. Kalau semua orang pakai ini, maka akurasinya bisa lebih tajam," jelas Luhut.

Adapun implementasi GeNose di Stasiun KA Pasar Senen hanya dilakukan pada hari ini.

Cara kerja GeNose berbeda dengan Rapid Test dan PCR sebagai metode yang saat ini digunakan untuk mendeteksi Covid-19. Kedua metode ini menggunakan sampel darah (rapid test antibodi) dan sampel nasofaring (rapid test antigen dan PCR).

UGM memperkenalkan GeNose sebagai inovasi alat pendeteksi Covid-19 hanya dengan embusan napas. Inovasi ini merupakan hasil kolaborasi yang meliputi tim ahli lintas bidang ilmu di UGM.

GeNose mendeteksi virus melalui embusan napas yang di simpan di dalam kantung udara. Kemudian kantung udara tersebut dihubungan ke alat GeNose yang sudah didukung Artificial Intelligence atau ke cerdasan buatan (AI).

Menurut Kepala Produksi Konsorsium GeNose C19, Eko Fajar Prasetyo, sistem GeNose dapat mendeteksi virus dalam waktu 50 detik.

"Secara akurasi dengan PCR tidak jauh beda. Kalau negatif GeNose, tidak perlu PCR," jelas Eko.

3 dari 4 halaman

GeNose, Alat Pendeteksi Covid-19 Buatan UGM yang Diklaim Punya Akurasi Tinggi

GeNose, alat pendeteksi Covid-19 melalui hembusan nafas diklaim memiliki tingkat akurasi ketepatan mencapai 97 persen. Buah karya ilmuwan Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta bersama sejumlah pihak itu dinilai begitu praktis dan mudah digunakan.

Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Penguatan Riset dan Pengembangan, Kemenristek/BRIN, Muhammad Dimyati menyampaikan bahwa GeNose merupakan bentuk nyata dari keberhasilan sinergi peneliti di perguruan tinggi dengan industri dan pemerintah dalam menghasilkan inovasi.

"Memasuki uji klinis tahap dua, berbagai pihak termasuk Tim TNI AD, Polri, dan berbagai pihak yang lain bersama-sama membantu dengan mendorong rumah sakitnya menjadi tempat uji klinis. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada BIN dan Polri yang berpartisipasi aktif mendukung tim peneliti Indonesia sehingga menghasilkan karya inovasi yang luar biasa," terang Dimyati dalam keterangan tulis, Kamis (24/9/2020).

Sementara itu, Wakil Rektor UGM Bidang Kerjasama dan Alumni, Paripurna dalam penjelasannya mengatakan bahwa alat yang berbasis kecerdasan artifisial ini memiliki spesifitas dan sensitivitas yang tinggi serta yang terpenting adalah non-invasif. Sehingga diharapkan masyarakat tidak takut lagi melakukan tes. 

"Keberadaan alat ini memang sudah ditunggu, namun kami harus tetap disiplin mengikuti clinical test yang kedua ini selesai. Mengenai hilirisasi, kami akan bekerja sama dengan industri dan bimbingan serta dukungan Kemenristek/BRIN serta mitra kami BIN untuk pengembangannya," jelas Paripurna.

Pengembangan alat ini juga mendapatkan dukungan positif dari Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro yang menyatakan siap untuk mendorong, memfasilitasi serta mendukung kegiatan pengembangan itu. 

"Kami sangat menyambut baik teknologi dari UGM, harapannya alat ini bisa menjadi solusi bagi upaya skrining yang cepat, murah, dan akurat. Covid-19 ini istilahnya penyakit yang menyasar saluran pernapasan kita, jadi pendeteksian lewat embusan nafas sangat tepat," ungkap Menristek/Kepala BRIN.  

4 dari 4 halaman

Deteksi Lewat Hembusan Napas

Adapun rupa dari alat ini berbentuk kotak yang sekilas mirip seperti proyektor portable.

GeNose ini mendeteksi Covid-19 melalui hembusan nafas yang aplikasinya terhubung dengan sistem cloud computing atau komputasi awan untuk mendapatkan hasil diagnosis secara real time. GeNose juga mampu bekerja secara paralel melalui proses diagnosis yang tersentral di dalam sistem sehingga validitas data dapat terjaga untuk semua alat yang terkoneksi. 

Data yang terkumpul di dalam sistem selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk keperluan pemetaan, pelacakan, dan pemantauan penyebaran pandemi secara aktual.

“Menariknya lagi pengembangan GeNose yang memanfaatkan pendekatan Revolusi Industri 4.0 dalam hal ini kecerdasan artifisial. Penguasaan konsep big data dengan kecerdasan artifisial menjadi kunci dari akurasi GeNose,” tambah Menteri Bambang.