Liputan6.com, Jakarta Pedagang daging sapi meradang. Mahalnya harga daging dituding menjadi biang keladi jualan pedagang daging turun drastis.
Pedagang mengeluhkan Harga Pokok Penjualan (HPP) daging sapi di tingkat Rumah Pemotongan Hewan (RPH), dan distributor yang terlampau tinggi. Sehingga keuntungan yang diterima mereka sangat tipis.
Â
Advertisement
Alhasil, terbitlah surat dari Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) yang meminta semua pedagang daging sapi di wilayah Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jadetabek) setop berdagang.
Permintaan ini diamini dan sejak sejak 19 Januari malam hingga 21 Januari 2021, pedagang daging sapi Jadebatabek pun tak menggelar lapaknya.
Â
Terkuak jika harga daging sapi telah terjadi sejak Juli 2020. Faktor penyebabnya, importir sapi mendapatkan harga yang sudah sangat tinggi dari negara produsen seperti Australia pada pertengahan tahun lalu.
Kenaikan harga terjadi sejak Juli 2020 sampai dengan Januari 2021 sudah mencapai Rp 13 ribu per kg untuk pembelian sapi bakalan dari Australia.
Sontak, ancaman ini membuat pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) menggelar rapat koordinasi stabilisasi harga daging sapi dengan para pelaku usaha daging. Pertemuan untuk mencari solusi.
Usai menemui kesepakatan dengan pemerintah. Akhirnya pedagang daging menghentikan aksi mogok dan mulai berjualan lagi pada Jumat, 22 Januari 2021.
Penghentian aksi mogok jualan pedagang daging ini menyusul adanya tindak lanjut serius dari pemerintah terhadap tuntutan asosiasi. Khususnya terkait stabilisasi harga dan kelancaran pasokan daging sapi.