Liputan6.com, Jakarta Pemerintah melalui Kementerian ESDM terus menggali potensi migas non konvensional di Indonesia, antara lain dengan mendorong kerja sama dengan lembaga-lembaga internasional. Pemerintah berkomitmen akan memfasilitasi kerja sama tersebut.
"Khusus untuk minyak non konvensional, kita harapkan lembaga-lembaga internasional bisa datang ke Indonesia karena tampaknya potensinya juga sudah diketahui oleh mereka. Kita akan memfasilitasi secara langsung supaya lebih detail, lebih akurat sehingga banyak menghasilkan (migas)," ujar Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji dalam wawancara virtual dengan CNBC, Senin (18/1).
Baca Juga
Mentan Amran dan Menteri PU Perkuat Kolaborasi Penyediaan Akses Air Demi Percepatan Swasembada Pangan
KPA Klaten Sosialisasikan Waspada Perilaku LGBT untuk Tingkatkan Kesadaran Bahaya HIV AIDS
Hadir di UNJ, Pramono Ungkap Terobosan Baru Taman 24 Jam hingga Tawarkan JIS sebagai Markas Persija Jika Terpilih
Menurut Tutuka, potensi migas non konvensional Indonesia terbilang besar, terutama di Sumatera basin.
Advertisement
"Kita perlu lihat lagi di sana dan secara teori, potensinya diperkirakan sangat besar," tambahnya.
Cadangan Migas Non Konvensional
Untuk memastikan potensi migas non konvensional ini, perlu dilakukan pengeboran di lokasi-lokasi tersebut. Pemerintah mengharapkan pengeboran dapat dilakukan tahun ini atau setidaknya tahun depan.
"Pengeboran sangat penting untuk membuktikan karena potensi tersebut bisa lebih besar dari migas konvensional," tukas Tutuka.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, cadangan migas non konvensional yang potensial untuk dikembangkan yaitu Coal Bed Methane sebesar 453 TCF dan Shale Gas 574 TCF.
Pengembangan migas non konvensional memiliki karakteristik yang berbeda dengan migas konvensional di mana keberhasilan eksplorasi menjadi salah satu kunci sukses utama. Migas non konvensional yang telah berhasil dikembangkan salah satunya di Amerika Serikat (AS) sejak tahun 2006.
(*)
Advertisement