Sukses

Data Jumlah Penduduk BPS dan Kemendagri Beda 1,15 Juta Jiwa, Kok Bisa?

BPS dan Kemendagri mencatat jumlah penduduk di Indonesia berbeda

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) telah mengeluarkan rilis bersama Data Sensus Penduduk 2020 (SP2020) dan Data Administrasi Kependudukan 2020 (Adminduk 2020) pada Kamis, 21 Januari 2021.

Kepala BPS Kecuk Suhariyanto mengatakan, selama ini data kependudukan yang dimiliki oleh pihaknya dan Kemendagri berbeda. Hal ini dikarenakan perbedaan konsep dan definisi. Namun sekarang, Indonesia disebutnya sudah memiliki satu data kependudukan.

"Dengan demikian, Indonesia memliki data secara de facto dan de jure. Data SP2020 adalah data penduduk secara de facto. Sedangkan data administrasi kependudukan (adminduk) adalah data penduduk secara de jure," tulis Suhariyanto dalam akun resmi Instagram @bps_statistics, dikutip Senin (25/1/2021).

Adapun BPS telah merilis data penduduk Indonesia terlebih dahulu per September 2020, dengan jumlah sebanyak 270.203.917 jiwa. Sedangkan data Kemendagri keluar pada Desember 2020 dengan angka sebanyak 271,35 juta jiwa.

BPS mengklaim jika hasil SP2020 di level nasional sudah selaras dengan Adminduk. Tapi untuk level lebih kecil terdapat perbedaan karena banyak penduduk yang tidak bermukim di wilayah sesuai KTP (de facto) dengan berbagai alasan, seperti kerja atau sekolah.

Hal ini tergambar pada Hasil Sensus Penduduk 2020 Provinsi Bali yang dikeluarkan BPS. Pulau Dewata punya penduduk sebanyak 4.317.404 jiwa pada 2020, dengan populasi tertinggi berada di Kabupaten Buleleng sebanyak 791.813 jiwa (18,34 persen), dan Kota Denpasar sebanyak 725.314 jiwa (16,80 persen).

Catatan tersebut berbanding terbalik dengan Data Sensus Penduduk 2010, dimana Kota Denpasar masih memiliki jumlah penduduk terbesar yakni 788.589 jiwa, dibandingkan Kabupaten Buleleng 624.125 jiwa.

Pegawai BPS Kabupaten Badung Desak Gede Prita Widia Wirianti menilai, kondisi tersebut tidak lepas dari situasi pandemi Covid-19, dimana Kota Denpasar mulai ditinggalkan sejak awal 2020 bertepatan dengan pelaksanaan sensus.

"Sebaliknya, banyak penduduk Buleleng yang pulang kampung. Bahkan penduduk asli Buleleng yang tinggal di Buleleng pun melebihi jumlah penduduk Kota Denpasar," ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Survei BPS: Jumlah Penduduk Indonesia Didominasi Generasi Z

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Kecuk Suhariyanto mengatakan, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2020 didominasi oleh Generasi Z atau penduduk yang lahir mulai tahun 1997 sampai 2012.

Jumlahnya mencapai 75,49 juta jiwa atau 27,94 persen dari total penduduk RI yang berjumlah 270,20 juta jiwa berdasarkan sensus penduduk September 2020.

"Saat ini penduduk RI didominasi generasi Z 27,94 persen disusul milenial 25,87 persen," kata Suhariyanto dalam webinar Rilis Bersama Data Sensus Penduduk 2020 dan Data Administrasi Kependudukan 2020 : Menuju Satu Data Kependudukan Indonesia, Kamis (21/1/2021).

Bos BPS menjelaskan, pengklasifikasian kelompok penduduk yang digunakan ini mengacu pada "Analysis of Census Bureau Population Estimates". Definisi ini dibuat oleh William H. Frey untuk memudahkan pemetaan kategori penduduk berdasarkan generasinya.

"Dengan pengklasifikasian oleh William H. Frey ktia bisa mengkategorikan penduduk menurut generasi," terangnya.

Kemudian, jumlah terbanyak setelah generasi Z ialah generasi milenial yang lahir mjlai tahun 1981-1996 mencapai 25,67 persen dari total penduduk. Disusul oleh generasi X yaitu kelompok penduduk yang lahir antara tahun 1965-1980 sebanyak 21,88 persen.

Lalu, ada baby boomer yang lahir pada tahun 1946-1964 dengan komposisi mencapai 11,56 persen dari total penduduk. Selanjutnya ada kelompok post gen-Z yang lahir mulai tahun 2013 dan saat ini berjumlah 10,88 persen dari total penduduk RI.

Sementara itu, jumlah penduduk paling kecil berdasarkan usia saat ini adalah Pre-Boomer yaitu kelahiran sebelum 1945 dengan jumlah 1,87 persen dari total penduduk. Per tahun 2020, usia Pre-Boomer diperkirakan mulai 75  tahun ke atas.

"Sementara yang termasuk generasi baby boomer seperti saya jumlahnya semakin berkurang. Semakin langka," ujar dia mengakhiri. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.