Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perdagangan (Kemendag) tengah berupaya menaikkan kelas Indonesia sebagai eksportir kopi dunia. Meski saat ini menduduki peringkat keempat sebagai produsen kopi, nyatanya Indonesia saat ini hanya mampu duduk di peringkat kesembilan sebagai eksportir.
Indonesia sebagai negara produsen kopi memiliki keunggulan yang besar berdasarkan varian kopi termasuk speciality maupun komersial. Sayangnya, belum teroptimalkan dengan baik.
Baca Juga
"Sampai saat ini kita memang ditantang. Kopi kita memang jadi primadona dunia, tapi kita saat ini menjadi eksportir kesembilan. Kita produsen besar, sayangnya belum teroptimalkan dengan baik," kata Direktur Pengembangan Produk Ekspor Kementerian Perdagangan, Olvy Andrianita, dalam webinar pada Kamis (28/1/2021).
Advertisement
Salah satu upaya untuk meningkatkan ekspor kopi yaitu menargetkan pasar Jerman. Untuk itu, Kemendag dan KBRI Jerman bekerja sama menggagas strategi uji cocok rasa kopi Nusantara. Proses ini bertujuan untuk menemukan dan menentukan jenis kopi Indonesia yang sesuai untuk pasar Jerman.
Salah satu alasan pemilihan Jerman adalah jumlah populasi besar di Jerman, dan merupakan pasar besar untuk kopi. Berdasarkan data Kementerian Luar Negeri, Jerman merupakan pasar terbesar produk kopi di Uni Eropa dengan nilai sekira USD 7,7 miliar.
Jerman sekaligus akan menjadi jembatan Indonesia memperluas ekspor kopi ke pasar European Free Trade Association (EFTA), yang anggotanya Norwegia, dan Swiss.
"Jerman merupakan pemimpin industri dan juga konsumen karena populasinya besar di Eropa. Jerman bisa menjadi jembatan kita kepasar EFTA, ke pasar lain yang lebih besar. Itu yang ingin kita kembangkan," tutur Olvi.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Ekspor Kopi Indonesia Kalah dari Vietnam, Jokowi Geram
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan potret kinerja ekspor Indonesia masih tertinggal dibanding negara lain terkait ekspor non migas. Namun dirinya tetap optimis Indonesia bisa terus bangkit dan meningkatkan kinerja ekspor untuk kedepannya.
Jokowi mengaku senang membaca laporan ekspor Indonesia periode Januari sampai Oktober 2020 dimana surplus USD 17,07 miliar. Ekspor itu terdiri dari kopi, garment, home decor, furniture, perikanan dan makanan.
Jokowi menegaskan, potensi pasar ekspor yang belum tergarap masih sangat besar. Indonesia juga masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain dalam menangkap peluang ekspor.
“Saya beri contoh dalam ekspor kopi, tahun 2019 Indonesia merupakan produsen kopi terbesar nomor 4 di dunia setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia. Namun Indonesia tercatat sebagai eksportir terbesar kopi yang kedelapan di dunia, kalah dengan Brazil, Swiss, Jerman, Kolombia bahkan oleh Vietnam,” kata Jokowi dalam sambutannya di acara Pelepasan Ekspor Produk Indonesia yang Bernilai Tambah dan Berkelanjutan ke Pasar Global, Jumat (4/12/2020).
Menurutnya potret kinerja ekspor kopi Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan Vietnam yang pada tahun 2019 mencapai USD 2,22 miliar. Sedangkan kinerja ekspor kopi Indonesia 2019 berada di angka USD 883,12 juta.
Begitu pula dengan komoditi yang lain Indonesia juga masih tertinggal. Indonesia dikenal menjadi produsen garmen terbesar kedelapan dunia. Namun kenyataannya berbeda. Lagi, Indonesia kalah dalam ekspor produk furniture yang berada diperingkat ke-21 terbesar di dunia, dan ekspor lainnya.
“Inilah fakta-fakta yang harus saya sampaikan, saya melihat ketertinggalan harus membuat kita optimis tidak ada jalan bagi kita selain melakukan langkah-langkah perbaikan, langkah-langkah pembedahan diperlukan reformasi,” tegas Jokowi.
Advertisement
Jokowi Butuh Solusi
Oleh karena itu, penting untuk menyelesaikan berbagai persoalan menyangkut ekspor secara satu persatu, agar tidak menghambat kinerja ekspor kedepannya. Perlu untuk dicermati dan dicarikan solusi jika ada proses yang rumit.
“Kita cermati, kita carikan solusinya yang rumit sudah sampaikan bolak-balik segera kita sederhanakan prosedur birokrasi yang menghambat juga sampaikan berkali-kali segera dipangkas,” ujarnya.
Demikian Jokowi menegaskan lagi untuk dilakukan percepatan negoisasi perjanjian-perjanjian kemitraan ekonomi. Terutama dengan negara yang potensial menjadi pasar produk-produk ekspor Indonesia.
Selain itu, menruutnya, perlu untuk segera dioptimalkan dengan terus mencari pasar-pasar baru di negara-negara non tradisional sehingga pasar ekspor Indonesia semakin luas.
“Atase perdagangan dan Indonesia Trade Promotion Center harus mampu menjadi marketing agent melakukan make intelligent. Daya saing SWOT khususnya usaha kecil dan menengah harus terus ditingkatkan. Gandeng UKM di seluruh satu kesatuan yang kuat untuk memenuhi order buyers,” pungkasnya.