Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI melaporkan penyaluran kredit pada 2020 yang mencapai Rp 586,2 triliun, atau tumbuh 5,3 persen dari tahun sebelumnya.
Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini mengatakan, pertumbuhan kredit tersebut ditopang lewat penyaluran pada segmen korporasi, segmen bisnis kecil, dan payroll loan dari segmen bisnis konsumer yang memiliki risiko rendah.
Baca Juga
"Pada Desember 2020, penyaluran kredit di segmen korporasi meningkat 7,4 persen secara tahunan atau year on year (YoY) menjadi Rp 309,7 triliun," kata Novita dalam sesi teleconference, Jumat (29/1/2021).
Advertisement
Sementara pertumbuhan kredit kepada segmen bisnis kecil masih sustain sebesar 12,3 persen menjadi Rp 84,8 triliun. Demikian juga kredit konsumer yang masih tumbuh 4,7 persen menjadi Rp 89,9 triliun pada akhir tahun lalu.
"Pertumbuhan kredit segmen kecil terutama disalurkan melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Adapun kredit konsumer sebagian besar tersalurkan dalam bentuk kredit pemilikan rumah dan payroll loan," sambung Novita.
Dia menyampaikan, penyaluran kredit tersebut ditopang oleh akumulasi Dana Pihak Ketiga (DPK). Pada akhir 2020, DPK tumbuh 10,6 persen menjadi sebesar Rp 679,5 triliun.
Menurut dia, strategi perseroan untuk terus fokus pada peningkatan dana murah tercermin dari rasio dana murah (CASA) pada akhir Desember 2020 yang berada di level 68,4 persen, atau meningkat 160 basis poin (bps) secara tahunan.
"Upaya perseroan dalam peningkatan CASA berhasil menekan biaya dana pihak ketiga. Dampak positif dari penurunan biaya dana pihak ketiga ini diteruskan oleh bank kepada nasabah dalam bentuk penurunan suku bunga kredit," tuturnya.
BNI Kantongi Laba Bersih Rp 3,3 Triliun di 2020
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI mencatat perolehan laba bersih Rp 3,3 triliun di tengah masa pandemi Covid-19 pada 2020 lalu. Jumlah ini turun 78,54 persen dari capaian di 2019 yang sebesar Rp 15,38 triliun.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan, pihaknya yang turut terkena imbas wabah virus corona telah memacu diri agar bisa lebih baik dan melakukan lompatan bisnis pada 2021.
"Perseroan mendapatkan hasil yang luar biasa. Pemulihan terwujud. Itu bisa dilihat dari laporan pertumbuhan laba sebelum provisi dan pajak (PPOP) sebesar Rp 27,8 triliun pada akhir 2020. Jumlah itu mendekati posisi sebelum covid, mendekati PPOP di 2019," jelasnya secara virtual, Jumat (29/1/2021).
Sementara Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini melaporkan, pencapaian PPOP ini turut didukung dari realisasi pendapatan non-bunga (fee based income) sebesar Rp 11,9 triliun, atau tumbuh 4,5 persen secara tahunan (year on year/YoY) dari 2019. Kemudian juga adanya efisiensi biaya operasional yang hanya tumbuh 2,2 persen (YoY).
"Kedua hal ini menjadi sasaran utama perusahaan selama masa pandemi untuk meredam tekanan pendapatan bunga yang turun 4,0 persen year on year dalam rangka pemberian stimulus restrukturisasi kredit kepada para debitur yang terdampak oleh pandemi," tuturnya.
Menurut dia, bekal PPOP Rp 11,9 triliun juga turut menambah ruang bagi BNI untuk memupuk pencadangan yang memadai dalam menghadapi tantangan perekonomian di masa mendatang, dan juga memberikan kekuatan untuk meminimalisir volatilitas keuntungan perseroan.
"Pada tahun 2020, BNI mencatatkan laba bersih sebesar Rp 3,3 triliun disertai dengan rasio kecukupan pencadangan atau coverage ratio berada pada level 182,4 persen, lebih besar dibandingkan tahun 2019 yang sebesar 133,5 persen," jelasnya.
Advertisement
BNI Bertransformasi saat Hadapi Pandemi Covid-19
Perbankan disebut perlu melakukan transformasi demi menjawab berbagai permasalahan yang muncul dengan solusi demi mengoptimalkan kembali fungsi intermediasi. Perbankan memang mengalami tantangan yang besar dalam melaksanakan fungsi intermediasinya akibat Pandemi Covid-19. Â
Demikian benang merah yang diungkapkan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati di Jakarta, Rabu (27/1/ 2021) saat sharing dalam Business Meeting BNI 2021 dan BNI Transformation Kick Off 2021.
Sri Mulyani mencatat, akibat pandemi, perbankan nasional mengalami perlambatan kredit hingga ke level terendah akibat permintaan terhadap pembiayaan bank yang menurun seiring kinerja korporasi yang tertekan, juga karena sikap perbankan yang semakin berhati-hati.
Kredit Modal Kerja bahkan memasuki zona kontraksi sejak Juni 2020, sehingga dapat memperberat upaya pemulihan ekonomi. Pemulihan ekonomi tidak dapat dipercepat hanya dengan mengandalkan APBN.
Oleh karena itu, diperlukan langkah - langkah untuk normalisasi pertumbuhan kredit. Dalam menghadapi berbagai goncangan, perbankan sudah mempersiapkan diri dengan permodalan yang cukup baik. Bank juga terus melakukan efisiensi sebagai dampak positif dari digitalisasi layanan.
Bank juga terus menyesuaikan suku bunga yang diharapkan terjaga konsistensinya, agar upaya menormalisasi kredit. Saat ini tengah berlangsung perubahan ekosistem yang muncul, seperti teknologi digital, shadow banking, hingga cloud computing.
Perbankan harus memahami perubahan ekosistem ini dan melakukan langkah - langkah struktural, serta jangan terlena karena merasa besar. Diperlukan penguatan struktural, adanya transformasi digital, serta transformasi kerja.
"Tujuannya adalah karena kami ingin sektor perbankan tetap memiliki ketahanan, serta menjadi agen intermediasi yang efisien dengan tetap kompetitif. Saya berharap dalam situasi pandemi ini, sektor perbankan dan dunia usaha melakukan refleksi dan melihat secara teliti perubahan yang terjadi, capture perubahan yang positif serta terus berupaya mengembangkan bisnis model dan daya saing, sehingga tidak hanya bisa beradaptasi tetapi bisa keluar dari krisis secara lebih cepat dan kuat," tutur dia.
Pada kesempatan yang sama, Menteri BUMN RI Erick Thohir mengatakan, Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) telah memiliki fokus masing-masing, di mana BNI akan fokus pada ekspansi bisnis di pasar global.
Dengan mengandalkan jaringan Kantor Cabang Luar Negeri, BNI dapat membantu para pengusaha Indonesia mulai dari segmen UMKM hingga korporasi untuk Go Global, termasuk BUMN.
"Tentunya kehadiran BNI, sebagai bank BUMN di kancah internasional akan mengakselerasikan program BUMN Go Global," ujarnya.
Tidak hanya mengorbitkan pengusaha lokal, BNI juga dapat membiayai usaha-usaha kecil milik diaspora di luar negeri. Terdapat sekitar 6,64 juta diaspora di 16 negara yang dapat terbantu oleh kehadiran BNI. Tentunya peran KBRI, Indonesia Trade Promotion Center (ITPC), Indonesia Investment Promotion Center (IIPC), serta asosiasi-asosiasi diaspora akan memperkuat kolaborasi ini.