Sukses

80 Negara Miskin Kesulitan Dapat Vaksin Covid-19

Bila vaksin Covid-19 hanya dinikmati negara kaya, bukan tidak mungkin pandemi Covid-19 sulit berakhir.

Liputan6.com, Jakarta - Terdapat kurang lebih 80 negara miskin di dunia yang kesulitan mendapatkan akses vaksin Covid-19. Hal tersebut terjadi karena vaksin virus corona menjadi incaran negara-negara kaya yang memiliki dana untuk membeli. Sementara negara miskin tidak memiliki dana yang cukup untuk bersaing mendapatkan vaksin.

"Ternyata ada 80 negara miskin yang kemungkinan buat dapat vaksin ini sangat jelek," kata Mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Dorodjatun Kuntjoro Jakti dalam Forum Diskusi Salemba bertajuk: Outlook Perekonomian Indonesia 2021, Jakarta, Sabtu (30/1/2021).

Negara-negara miskin ini harus dibantu untuk mendapatkan vaksin. Bila vaksin hanya dinikmati negara kaya, bukan tidak mungkin pandemi Covid-19 ini sulit diakhiri. Sebab, meskipun vaksinasi telah dilakukan, potensi penularan masih tetap ada lantara ada negara yang tidak melakukan vaksinasi.

Terlebih negara-negara tersebut berdampingan dengan negara maju dan negara berkembang.

"Banyak negara kaya yang di sebelahnya ini negara miskin. Kalau tidak diberikan, mereka bisa tepapar juga (walaupun sudah divaksin)," ungkapnya.

Selain itu, kurva pertumbuhan ekonomi di masa pandemi juga perlu menjadi perhatian. Melihat kondisi saat ini, dia khawatir kurva yang terjadi bukan lagi huruf V, U atau W, melainkan huruf K.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Kurva Pertumbuhan Ekonomi K

Dia menjelaskan, kurva pertumbuhan ekonomi huruf K menjadi yang paling berbahaya. Sebab akan terjadi jurang (gape) yang besar antara masyarakat menengah atas dan masyarakat kelas bawah.

Kesenjangan yang mungkin terjadi, kelompok menengah terus membaik sedangkan kelas bawah makin terpuruk. Akibatnya, masyarakat kelas bawah akan meradang dengan konsidi perekonomian yang tidak membaik dan mengabaikan berbagai anjuran yang tela dibangun.

"Kalau dibiarkan ini bisa jadi huruf K, ini nanti masyarakat bisa kesal karena ini," kata dia.

Seba, lanjut Dorodjatun, masyarakat kelas bawah hidup dari sektor pelayanan yang saat ini dibatasi. Berbeda dengan masyarakat menengah atas yang memiliki finansial lebih baik karena bukan mendapatkan pendapatan dari sektor yang sama.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com