Liputan6.com, Jakarta - Hadirnya PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) sangat dinantikan oleh masyarakat Indonesia. Alasannya, masyarakat mengharapkan bank syariah terbesar di Indonesia bisa memberikan produk perbankan dengan prinsip syariah.
"Sudah lama ditunggu masyarakat karena bank syariah ini diharapkan bisa memberikan produk prima, biaya murah, jaringan luas serta memenuhi prinsip syariah," kata Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso, dalam video yang diputar di acara Peresmian PT Bank Syariah Indonesia, Tbk. di Istana Negara, Jakarta, Senin (1/2/2021).
Wimboh menuturkan, OJK sudah lama mengeluarkan kebijakan yang mendorong lahirnya bank syariah dengan skala besar. Selain itu juga memiliki jaringan yang luas agar bisa melayani masyarakat sehingga menjadi bank yang kompetitif.
Advertisement
"Syukur alhamdulillah Indonesia telah melahirkan bank syariah yang besar," kata dia.
Selain itu, kehadiran Bank Syariah Indonesia ini juga akan memperkuat struktur perbankan nasional. Baik itu untuk skala regional maupun skala global.
Apalagi secara aset, bank merger ini langsung menempati posisi ke-7 secara nasional berdasarkan asetnya. Maka, penggabungan tiga bank syariah plat merah ini menjadi jawaban yang tepat dalam memanfaatkan potensi keuangan syariah nasional.
Sebab, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk Indonesia 272 juta orang yang sebagian besarnya beragama islam.
"Potensi keuangan syariah nasional yang begitu besar dengan penduduk 272 juta orang. Mereka mengharapkan lahirnya bank syariah dan produk syariah yang lebih baik," kata dia mengakhiri.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Bank Syariah Indonesia Beroperasi, Saham BRIS Melompat 14,75 Persen
Sebelumnya, PT Bank Syariah Indonesia Tbk resmi beroperasi pada Senin, 1 Februari 2021. Saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) tampak bertenaga.
Mengutip data RTI, saham BRIS ditutup naik 14,75 persen ke posisi 2.800 per saham. Saham BRIS sempat berada di level tertinggi 2.960 dan terendah 2.270 per saham. Saham BRIS dibuka menguat 10 poin ke posisi 2.450. Akan tetapi, penguatan tak bertahan lama hingga ke zona merah. Akan tetapi, saham BRIS kembali berbalik arah ke zona hijau hingga penutupan sesi kedua.
Adapun total frekuensi perdagangan saham 149.873 kali dengan nilai transaksi Rp 2 triliun.
Penguatan saham BRIS ini terjadi di tengah laju IHSG yang juga perkasa. IHSG melonjak 3,5 persen atau 205,19 poin ke posisi 6.067,54. Pada awal sesi perdagangan, IHSG sempat tertekan. Bahkan IHSG sempat sentuh level terendah 5.735,46. Akan tetapi, pelemahan IHSG sementara hingga akhirnya bangkit ke zona hijau. IHSG pun sentuh level tertinggi 6.070,73.
Indeks saham LQ45 menguat 3,87 persen ke posisi 947,30. Seluruh indeks saham acuan kompak menguat. Sebanyak 350 saham menghijau sehingga mengangkat IHSG ke zona hijau. 163 saham melemah dan 123 saham diam di tempat.
Pada Senin pekan ini, total frekuensi perdagangan 1.884.555 kali dengan volume perdagangan 22,4 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 24 triliun. Investor asing jual saham Rp 491,47 miliar di pasar reguler.
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham menguat kecuali sektor saham aneka industri turun 0,51 persen. Sektor saham tambang naik 6,67 persen, dan catat penguatan terbesar. Disusul sektor saham industri dasar menguat 6,58 persen dan sektor saham infrastruktur menanjak 4,96 persen.
Advertisement