Sukses

Rupiah Bergerak Mendatar di Kisaran 14.037 per Dolar AS

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.032 per dolar AS hingga 14.037 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat bergerak mendatar pada perdagangan Selasa ini. Analis Bank Mandiri memperkirakan rupiah bisa menguat pada perdagangan hari ini.  

Mengutip Bloomberg, Selasa (2/2/2021), rupiah dibuka di angka 14.037 per dolar AS, melemah tipis jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.022 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.032 per dolar AS hingga 14.037 per dolar AS. jika dihitung dari awal tahun, rupiah menguat 0,09 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.044 per dolar AS, mendatar jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.042 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank Selasa pagi diprediksi bergerak datar (sideways) cenderung menguat.

"Saya rasa rupiah masih akan tetap sideways dengan kecenderungan sedikit bisa menguat, karena harapan akan perbaikan ekonomi dan percepatan vaksinasi," kata analis Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto dikutip dari Antara.

Pemerintah menargetkan akan melakukan vaksinasi COVID-19 terhadap 181.554.465 orang penduduk Indonesia atau sekitar 70 persen dari total populasi. Hal itu dilakukan untuk mencapai kekebalan kelompok atau herd immunity terhadap penyakit yang disebabkan virus SARS-CoV-2 dengan prioritas vaksinasi pertama pada tenaga kesehatan paling berisiko tertular.

Setelah program vaksinasi untuk tenaga kesehatan di tahap pertama, selanjutnya vaksinasi tahap kedua akan diberikan pada petugas publik seperti TNI-Polri, dan para pekerja yang bertugas di tempat publik yang bertemu dengan banyak orang dan kelompok lansia.

Pemerintah menargetkan memvaksinasi petugas publik dan lansia pada tahap kedua yang akan dimulai pada Februari 2021 hingga April 2021.

"Sepekan ini memang sentimennya akan mixed antara pemercepatan vaksinasi dan terus meningkatnya infeksi kasus COVID-19," ujar Rully.

Kasus baru konfirmasi positif COVID-19 di Indonesia berdasarkan data Kementerian Kesehatan yang dilaporkan Satuan Tugas Penanganan COVID-19, Senin (1/2) hingga pukul 12.00 WIB sebanyak 10.994 kasus dengan total menjadi 1.089.308 kasus.

Sedangkan pasien sembuh bertambah 10.461 orang dengan total pasien COVID-19 yang berhasil pulih menjadi 883.682 orang.

Rully memperkirakan rupiah pada hari ini akan bergerak di kisaran 14.015 per dolar AS hingga 14.065 per dolar AS.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Sepanjang 2020, Nilai Tukar Rupiah Melemah 2,66 Persen

Sebelumnya, Bank Indonesia mencatat, selama tahun 2020 secara rerata nilai tukar Rupiah melemah 2,66 persen ke level Rp 14.525 per dolar Amerika Serikat. Sebab pada pada tahun 2019 nilai tukar Rupiah berada di level Rp 14.139 per dolar Amerika Serikat.

"Secara rerata keseluruhan tahun 2020, nilai tukar Rupiah melemah 2,66 persen ke level Rp 14.525 per dolar AS, dari Rp 14.139 per dolar AS pada 2019," tulis Bank Indonesia dalam Buku Laporan Perekonomian Indonesia 2020 yang diluncurkan pada Rabu, (27/1/2021).

Sebagaimana diketahui, Rupiah sempat tertekan di awal virus corona mewabah di Indonesia. Rupiah tertekan hingga mencapai Rp 16.575 per dolar AS pada 23 Maret 2020.

Pada semester II-2020, Rupiah terapresiasi 1,46 persen secara point-to-point (ptp). Hal ini juga sertai dengan volatilitas yang menurun tajam dari 22 persen pada Juni 2020 menjadi 2,65 persen pada Desember 2020.

Secara point-to-point (ptp), Rupiah terdepresiasi 1,19 persen dan ditutup di level Rp 14.050 per dolar Amerika Serikat pada akhir 2020. Meskipun Rupiah terdepresiasi secara tahunan, depresiasi Rupiah lebih terbatas dibandingkan dengan pelemahan beberapa mata uang negara berkembang lainnya, seperti Rand Afrika Selatan, Lira Turki, dan Real Brazil.

Pada tahun 2020, volatilitas nilai tukar Rupiah meningkat menjadi 15,9 persen dari 7,0 persen pada 2019. Namun angka ini masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata volatilitas kawasan terutama Randa Afrika Selatan, Real Brazil, dan Lira Turki.