Sukses

Stafsus Erick Thohir: Pengembangan Baterai Kendaraan Listrik Tak Terkait Politik

Pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik tidak ada kaitaannya dengan politik.

Liputan6.com, Jakarta - Staf Khusus III Menteri BUMN, Arya Sinulingga, menegaskan pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik tidak ada kaitaannya dengan politik. Menurutnya, rencana ini sama sekali tidak menjadi alat politik menuju Pemilihan Presiden 2024 mendatang.

Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Ramson Siagian, dalam RDP bersama Tim Percepatan Proyek EV Battery Nasional pada Senin (1/2/2021), mengingatkan program ini jangan hanya sekadar menjadi retorika politik menuju 2024.

"Soal politik itu tidak ada karena jauh-jauh ini sudah ada pembentukan holding. Tidak ada hubungannya sama sekali," kata Arya dalam diskusi virtual mengenai baterai kendaraan listrik (EV) pada Selasa (2/2/2021).

Arya mengungkapkan, Indonesia nantinya pun sudah akan memproduksi baterai kendaraan listrik sebelum 2024. Ia menegaskan, proyek pengembangan ekosisitem baterai kendaraan listrik ini tujuannya untuk transisi energi.

"Tahun 2023 pun sudah berproduksi, jadi ini real. Kalau nanti pakai motor listrik, bisa pakai baterai buatan Indonesia. Jadi ini tujuannya untuk transisi energi dan kita sudah diakui dunia," tuturnya.

Ia pun menyebutkan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) sudah diakui oleh perusahaan kendaraan listrik asal Amerika Serikat (AS), Tesla. Antam merupakan salah satu perusahaan BUMN di balik Industri Battery Holding (IBH), yang bertujuan mengembangkan industri baterai kendaraan listrik di Tanah Air.

"Di website Tesla itu, salah satu yang diharapkan untuk joint partner mereka itu PT Antam. Tidak mungkin mereka mau main-main seperti itu," sambungnya.

Pada bulan lalu, melalui laporan Tesla Conflict Minerals Report, diketahui sejumlah perusahaan smelter dari seluruh dunia yang masuk rantai produksi Tesla, dan salah satunya adalah Antam.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Masuk Rantai Produksi Tesla, Begini Komentar Antam

Melalui laporan Tesla Conflict Minerals Report, diketahui sejumlah perusahaan smelter dari seluruh dunia yang masuk rantai produksi Tesla, termasuk perusahaan BUMN, PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

Menanggapi hal tersebut, Antam mengaku sangat terbuka menjalin kemitraan dengan partner strategis tak terkecuali Tesla yang disebut-sebut akan berinvestasi di Indonesia dalam waktu dekat.

"Terkait dengan hal ini, pada prinsipnya Perusahaan terbuka dalam menjalin kemitraan dengan partner strategis berdasarkan profitabilitas menguntungkan dalam mengembangankan proyek-proyek hilirisasi, baik nasional maupun internasional," kata SVP Corporate Secretary, Kunto Hendrapawoko kepada Liputan6.com, ditulis Rabu, (27/1/2021).

Selain itu, Antam juga menyebut bila kerja sama dengan mitra yang memiliki akses teknologi menjadi salah satu cara perusahaan mengembangkan mineral olahan yang dimiliki.

"Terutama mitra kerja yang memiliki akses terhadap teknologi, kapabilitas akses market, dan pendanaan untuk mengembangkan produksi mineral olahan baru dari cadangan yang yang dimiliki Perusahaan," ujar dia.

3 dari 3 halaman

PT Antam Tbk dan PT Timah Tbk Masuk Rantai Produksi Tesla

Sebelumnya diketahui dua perusahaan BUMN, yakni PT Aneka Tambang Tbk (Antam) dan PT Timah Tbk menjadi salah satu rantai produksi Tesla.

Dalam daftar tersebut, Antam masuk sebagai pemasok dengan nomor smelter CID001397. Sedangkan Timah memiliki dua nomor smelter.

Keduanya dibedakan dari jenis timah yang digunakan. Untuk Timah unit Kundur yang berada di Kepulauan Riau, menggunakan nomor smelter CID001477 dan Timah unit Muntok di Bangka Belitung, memiliki nomor smelter CID001482. Laporan tersebut resmi dirilis perusahaan mobil listrik asal Amerika Serikat pada akhir 2019.

Ini merupakan laporan berkala yang harus diberikan kepada otoritas bursa AS. Tak hanya dua perusahaan BUMN, terdapat pula sejumlah perusahaan Indonesia yang akan menjadi rantai pemasok Tesla, yakni PT Artha Cipta Langgeng, PT ATD Makmur Mandiri Jaya, PT Menara Cipta Mulia, PT Mitra Stania Prima, dan PT Refined Bangka Tin.Â