Sukses

Investasi LPI Fokus ke Pembangunan Jalan Tol dan Bandara dalam 2 Tahun Pertama

Dalam 2 tahun pertama pemerintah ingin investasi di Lembaga Pengelola Investasi (LPI) diarahkan untuk pembangunan infrastruktur seperti jalan tol, bandara, ataupun pelabuhan.

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, dalam dua tahun pertama pemerintah ingin investasi di Lembaga Pengelola Investasi (LPI) diarahkan untuk pembangunan infrastruktur seperti jalan tol, bandara, ataupun pelabuhan. Investasi ini digunakan untuk meningkatkan kualitas aset.

"Kita ingin menggunakan kesempatan ini untuk meningkatkan kualitas aset dan memperluas kapasitas dengan mitra global untuk membawa value creation setelah pandemi," kata Tiko dalam Mandiri Investment Forum secara virtual di Jakarta, Rabu (3/2).

Dia menambahkan, investasi untuk pembangunan bandara dan pelabuhan akan menarik dalam jangka menengah. Apalagi melihat lalu lintas domestik di Indonesia yang cukup tinggi, sehingga membuat investasi di dua sektor tadi akan membuka peluang bagi investor.

"Kami rasa ini poin kuat untuk menyampaikan investor untuk bekerja dengan infrastruktur proyek, karena lalu lintas domestik lokal dengan penumpang dan kargo di dalam negeri akan pulih lebih cepat dari lalu lintas antar negara," ungkapnya.

Selain itu, Tiko menyebut, pemerintah juga memiliki berbagai sektor yang cukup potensial untuk investasi dari mitra LPI. Salah satunya adalah program transformasi yang sedang dilakukan oleh pemerintah, seperti investasi di Bank Syariah Indonesia yang baru diluncurkan.

"Bank ini akan membutuhkan peningkatan modal yang signifikan dalam jangka menengah. Kita ingin melakukan right issue dan tentunya jika ada kecocokan minat, kami akan sangat terbuka untuk bekerjasama dengan investor," pungkas dia.

Sumber: Dwi Aditya Putra

Reporter: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

3 Target Investor yang Diincar SWF Indonesia

Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan, Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Sovereign Wealth Fund (SWF) Indonesia menargetkan tiga jenis investor. Para investor ini memiliki keleluasaan menentukan jenis investasi yang dituju. 

Kartika mengatakan, investor jenis pertama adalah SWF dari negara lain. SWF ini nantikan akan diajak kerja sama dengan LPI dan jenis investasinya menyesuaikan dengan ketertarikan dari SWF negara lain.

"Maka dari itu, saat ini kita telah melakukan diskusi dengan beberapa SWF negara lain untuk membahas potensi ini," kata Kartika dalam Mandiri Investment Forum secara virtual di Jakarta, Rabu (3/2/2021).

Kedua, pemerintah ingin LPI menarik investasi dari dana pensiun yang ada di negara lain untuk mencari dana jangka panjang dengan imbal hasil stabil. Dia menyebut, saat ini ada beberapa dana pensiun dari Kanada dan Belanda yang telah melakukan pembicaraan.

"Ketiga, tentu pemain di private equity, bukan hanya private equity secara umum tetapi juga private equity yang memiliki ketertarikan secara spesifik di sektor infrastruktur, teknologi, ataupun kesehatan," ungkapnya.

Tiko menambahkan, para investor di LPI akan memiliki fleksibilitas untuk menentukan jenis investasi yang akan dituju. Menurut dia, LPI nantinya bisa bekerja sama untuk membuat platform yang melayani investasi ganda dengan aset yang berbeda.

"Sedangkan bagi investor yang hanya tertarik pada aset tertentu, misalnya ada beberapa investor yang sangat tertarik dengan investasi bandara, juga dapat melakukan investasi tepat pada infrastruktur bandara yang sedang kami persiapkan saat ini," pungkas dia.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

3 dari 3 halaman

Chatib Basri: SWF Bisa Jalan Kalau Pandemi COVID-19 Selesai

Sebelumnya, meski menyambut baik Sovereign Wealth Fund (SWF) atau Indonesia Investment Authority (INA), mantan Menteri Keuangan, Chatib Basri menilai kebijakan ini baru bisa jalan setelah pandemi COVID-19 usai.

"Ini SWF bisa jalan kalau pandemi selesai, karena mereka harus ke lapangan. Jadi kembali lagi dasarnya beresin pandemi terlebih dulu. Saya yakin ini akan berjalan dengan baik," kata dia dalam diskusi virtual, Jumat (29/1/2021).

Selain itu, Ekonom Senior ini juga menyebut SWF yang di Indonesia berbeda dengan negara lain seperti Norwegia, Uni Emirat Arab dan Singapura. Hal tersebut karena ketiga negara tersebut membentuk SWF karena ada surplus.

"Kalau kita bukan surplus, kita buat SWF bukan karena kelebihan uang. Ini yang membuat SWF indonesia jadi unik," ujar dia.

Chatib juga menyebut, masalah investasi di Indonesia selama ini lebih kepada proyek yang asetnya bagus akan menjadi milik negara atau BUMN.

"Yang berbeda dari SWF ini adalah recycling  aset yang dimungkinkan sekarang, karena Menteri Keuangan memperbolehkan transfer aset," ujar dia.

Ia juga menuturkan, bila Menteri Keuangan Sri Mulyani pernah menyebut, negara maju orangnya tidak kerja asetnya yang kerja. Namun, di Indonesia justru sebaliknya.

"Kemudian kita membuat asetnya yang kerja sehingga investor tertarik. Karena selama ini tidak mungkin karena itu aset negara. Jadi kalau ini bisa berjalan akan ada kejutan kalau minatnya besar," katanya.Â