Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat konsumsi rumah tangga mengalami kontraksi sebesar minus 3,61 persen di triwulan IV 2020. Secara akumulatif 2020, konsumsi rumah tangga mengalami kontraksi sebesar minus 2,63 persen.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, penurunan hampir terjadi diseluruh penjualan barang konsumsi. Di antaranya terlihat pada penggunaan kartu kredit dan juga penjualan listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Baca Juga
"Nilai transaksi uang elektronik, kartu debit, dan kartu kredit terkontraksi. Volume penjualan listrik PLN ke rumah tangga tumbuh melambat," ujar Suhariyanto dalam rilis Pertumbuhan Ekonomi secara daring, Jakarta, Jumat (5/2).
Advertisement
Suhariyanto melanjutkan, penurunan konsumsi juga dipicu lemahnya permintaan konsumen pada sektor penjualan eceran. Di mana penjualan eceran mengalami kontraksi pada seluruh kelompok pengeluaran.
"Antara lain pada penjualan makanan, minuman, dan tembakau. Kemudian, sandang, suku cadang dan aksesoris, bahan bakar kendaraan, peralatan informasi dan telekomunikasi, barang budaya dan rekreasi serta barang lainnya," katanya.
Sementara itu, penurunan konsumsi rumah tangga turut terjadi pada sektor lainnya yaitu jumlah penumpang angkutan rel, laut, dan udara terkontraksi. Lalu, PNBP berupa pendapatan pendidikan tumbuh menguat, sementara PNBP berupa pendapatan kesehatan terkontraksi.
Anggun P. Situmorang
Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Sepanjang 2020 Minus 2,07 Persen
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 mengalami kontraksi sebesar 2,07 persen. Sementara itu pada triwulan IV 2020 pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi sebesar 0,42 persen dan secara year on year kontraksi sebesar 2,19 persen.
"Pertumbuhan ekonomi secara q to q mengalami kontraksi sebesar 0,42 persen dan pertumbuhan ekonomi y on y dibanding 2019 kontraksi 2,19 persen. Secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 mencapai kontraksi 2,07 persen," ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam rilis Pertumbuhan Ekonomi secara daring, Jakarta, Jumat (5/2/2021).
Perekonomian di berbagai negara pada triwulan IV mulai membaik dibanding triwulan sebelumnya. Namun perbaikan belum terlalu signifikan dan masih dibayangi oleh kekhawatiran Virus Corona.
Pada triwulan IV berbagai negara kembali melakukan lockdown akibat peningkatan kasus Virus Corona. Beberapa negara masih kontraksi, yang positif hanya Tiongkok dan Vietnam.
Inflasi diberbagai negara di 2020 juga mengalami perlambatan signifikan bahkan mengarah ke deflasi. Hal ini disebabkan oleh pembatasan mobilisasi juga pergerakan masyarakat diseluruh negara.
"Pandemi menghantam dua sisi, baik dari sisi demand maupun supply," kata Suhariyanto dalam melaporkan laju pertumbuhan ekonomi.
Advertisement