Sukses

Ekonomi Indonesia Minus 2,07 Persen di 2020, Terburuk Pasca Krisis 1998

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terkontraksi untuk pertama kalinya sejak krisis 1998 disebabkan oleh penurunan aktivitas selama pandemi Covid-19.

Liputan6.com, Jakarta - Pertumbuhan ekonomi Indonesia terkontraksi 2,07 persen sepanjang 2020. Ini akibat pertumbuhan negatif pada tiga kuartal akhir beruntun yang menyebabkan Indonesia masih terpuruk di jurang resesi.

"Pertumbuhan ekonomi kita secara kumulatif pada 2020 mengalami kontraksi 2,07 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto dalam sesi teleconference, Jumat (5/2/2021).

Catatan tersebut menjadikan Indonesia pada 2020 mengalami pertumbuhan ekonomi terburuk pasca krisis moneter 1998. Saat itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat minus 13,1 persen.

Adapun pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi pertama kalinya sejak krisis 1998 disebabkan oleh penurunan aktivitas selama pandemi Covid-19. Hal itu membuat produktivitas dari sisi produksi pada beberapa sektor mengalami penurunan.

BPS melaporkan adanya tiga sektor yang secara pertumbuhan pada kuartal VI 2020 anjlok atau lebih kecil dibanding triwulan sebelumnya, yakni industri pengolahan, pertanian, dan perdagangan.

Sektor pertanian terpantau tetap tumbuh 1,75 persen di kuartal IV 2020 karena adanya peningkatan produksi palawija dan hortikultura. Namun capaiannya turun dibanding triwulan sebelumnya. Ini disebabkan karena faktor cuaca atau adanya pergantian musim.

"Misalnya saja yang paling nyata karena masalah musiman untuk sektor pertanian, dimana puncak musim panennya sudah jatuh di triwulan II dan III, dan triwulan IV mengalami penurunan sehingga kontraksi," jelas Suhariyanto.

Sementara untuk sektor industri pengolahan memang terkontraksi minus 2,93 persen. Itu tercermin dari produksi LNG yang minus 6,63 persen, mobil minus 46,37 persen, sepeda motor minus 40,21 persen, dan semen minus 9,26 persen.

Senada, sektor perdagangan juga terkontraksi minus 3,72 persen. Itu disebabkan oleh penjualan mobil wholesale minus 48,35 persen, penjualan sepeda motor minus 43,57 persen, indeks penjualan riil suku cadang minus 23 persen, dan indeks ritel minus 12,03 persen.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Sepanjang 2020 Minus 2,07 Persen

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 mengalami kontraksi sebesar 2,07 persen. Sementara itu pada triwulan IV 2020 pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi sebesar 0,42 persen dan secara year on year kontraksi sebesar 2,19 persen.

"Pertumbuhan ekonomi secara q to q mengalami kontraksi sebesar 0,42 persen dan pertumbuhan ekonomi y on y dibanding 2019 kontraksi 2,19 persen. Secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 mencapai kontraksi 2,07 persen," ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam rilis Pertumbuhan Ekonomi secara daring, Jakarta, Jumat (5/2/2021).

Perekonomian di berbagai negara pada triwulan IV mulai membaik dibanding triwulan sebelumnya. Namun perbaikan belum terlalu signifikan dan masih dibayangi oleh kekhawatiran Virus Corona.

Pada triwulan IV berbagai negara kembali melakukan lockdown akibat peningkatan kasus Virus Corona. Beberapa negara masih kontraksi, yang positif hanya Tiongkok dan Vietnam.

Inflasi diberbagai negara di 2020 juga mengalami perlambatan signifikan bahkan mengarah ke deflasi. Hal ini disebabkan oleh pembatasan mobilisasi juga pergerakan masyarakat diseluruh negara.

"Pandemi menghantam dua sisi, baik dari sisi demand maupun supply," kata Suhariyanto dalam melaporkan laju pertumbuhan ekonomi.