Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut, kinerja ekspor Indonesia di tahun 2020 berangsur mengalami perbaikan.
Hal ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi di wilayah Sulawesi, Maluku, Papua yang menunjukkan angka yang positif yaitu 0,23 persen yoy dan 1,44 persen (gabungan Maluku dan Papua).
"Ini menunjukkan bahwa (ada) perbaikan ekspor seiring dengan kenaikan harga komoditas global sehingga menunjukkan pertumbuhan yang positif di Sulawesi Maluku dan Papua," ujar Airlangga dalam konferensi pers Pertumbuhan Ekonomi 2020, Jumat (5/2/2021).
Advertisement
Airlangga bilang, terdapat masalah teknis yang sedang dihadapi dalam pelaksanaan ekspor yaitu kekurangan kontainer. Ke depannya, pemerintah akan memastikan kekurangan kontainer ini bisa diatasi sehingga permintaan yang melonjak bisa diantisipasi.
Pemerintah juga akan berusaha menyeimbangkan neraca impor dan ekspor agar masalah teknis ini tidak terjadi lagi.
"Walau kita ketahui bahwa kekurangan kontainer ini akibat penurunan impor yang tahun kemarin penurunannya cukup dalam -13,9 persen. Tentu ekspor dan impor yang kurang berimbang tahun lalu ini jadi PR pemerintah," katanya.
Adapun, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat total ekspor Indonesia mencapai USD 163,31 miliar pada periode Januari hingga Desember 2020. Angka tersebut turun 2,61 persen yoy bila dibandingkan dengan ekspor di sepanjang tahun 2019 yang sebesar USD 167,68 miliar.
Sementara pada bulan Desember 2020, nilai ekspor naik 14,63 persen menjadi USD 16,54 miliar.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Mendag Pasang Target Pertumbuhan Ekspor 6,3 Persen di 2021
Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi memproyeksikan pertumbuhan ekspor nonmigas Indonesia di 2021 bisa mencapai 6,3 persen. Hal itu sejalan dengan proyeksi IMF bahwa pertumbuhan ekonomi dunia akan tumbuh 5,2 persen dan volume perdagangan akan tumbuh 8,31 persen.
“Indonesia juga diprediksi akan tumbuh sekitar kalau lihat daripada banyak internasional adalah pertumbuhan Indonesia 4,4 persen hingga 6,1 persen. Saya bisa menargetkan untuk Kementerian Perdagangan Ekspor nonmigas kita telah ditetapkan target yaitu Ekspor nonmigas kita tumbuh 6,3 persen,” kata Mendag dalam konferensi pers Trade Outlook 2021, Jumat (29/1/2021).
Menurut Mendag tentunya banyak sekali faktor yang akan mempengaruhi, diantaranya suksesnya daripada proses vaksinasi bukan hanya di Indonesia tetapi pada mitra dagang terbesar Indonesia. Kemudian akselerasi hasil daripada undang-undang Cipta Kerja.
“Kita merasa bahwa kita bisa yakin tumbuh 6,3 persen dan tentunya ini adalah bagian-bagian yang kita ingin genjot ke depan,” kata Mendag.
Adapun Mendag mengatakan ada beberapa item yang akan diekspor ke depannya, yakni pertama, komoditas otomotif yang akan diekspor untuk negara Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Brazil, dan Myanmar.
Komoditas kedua adalah logam dan produk logam dengan negara tujuan Turki, RRT, Emirat Arab dan Filipina. Kemudian komoditas karet dan produk karet untuk diekspor ke RRT, Australia dan Vietnam.
“Terakhir adalah elektronik, kita ingin membuka pasar elektronik kita terutama untuk AS, Australia dan RRT,” ujarnya.
Demikian Mendag menargetkan proyeksi ekspor non migas Indonesia kepada mitra dagang utama, yakni Republik Rakyat Tiongkok bisa tumbuh 7,87 persen. Kemudian ke Amerika Serikat ditargetkan ekspornya bisa tumbuh 3,87 persen.
Lebih lanjut, ekspor ke Jepang pihaknya menargetkan setidaknya tumbuh 3 persen, untuk India targetnya 8,67 persen, Singapura 3,84 persen. Sementara untuk Malaysia, Filipina, Korea Selatan Thailand, dan Vietnam diharapkan bisa tumbuh baik.
“berharap kita bisa tumbuh baik, karena di sini ada produk-produk seperti tembaga, mobil penumpang, barang elektronik rumah tangga dan suku cadang kendaraan akan bisa tumbuh dengan sehat mudah-mudahan ini bisa tercapai sebagai outlook,” pungkasnya.
Advertisement