Liputan6.com, Jakarta Jalan bagi Ngozi Okonjo-Iweala untuk menjadi wanita pertama dan orang Afrika pertama yang memimpin Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) kian terbuka lebar. Perempuan asal Nigeria ini merupakan ekonom dan mantan Menteri Keuangan Nigeria.Â
Peluang Ngozi Okonjo-Iweala terbuka setelah kandidat calon Ketua WTO dari Korea Selatan menarik diri dari ajang pemilihan.
Baca Juga
Yoo Myung-hee, Menteri Perdagangan Korea Selatan, mengumumkan keputusannya untuk mundur. Dia mengaku keputusan mundur tersebut telah direstui Amerika Serikat. "WTO sudah terlalu lama tidak memiliki pemimpin," jelas dia melansir laman CNN, Minggu (7/2/2021).
Advertisement
Amerika Serikat, di bawah pemerintahan Donald Trump sejatinya lebih menyukai Yoo. Hal ini yang sempat mempersulit proses pengambilan keputusan karena pemilihan pemimpin baru pimpinan WTO mengharuskan semua anggota setuju.
Kabar baiknya, Pemerintah Presiden Joe Biden akhirnya menyatakan dukungan kuatnya untuk Okonjo-Iweala, dalam sebuah pernyataan pada Jumat malam, 5 Februarai 2021.Â
Dukungan ini menambah deretan negara yang mendukung Okonjo-Iweala. Selain AS dukungan luas datang dari para anggota WTO lain, termasuk Uni Eropa, China, Jepang dan Australia.
Biden memuji pengalamannya di Bank Dunia dan memimpin kementerian keuangan Nigeria. Dia pun berjanji untuk bekerja dengannya bersama melakukan reformasi yang diperlukan.Â
Â
Saksikan Video Ini
Tugas Jadi Penengah
Badan yang bermarkas di Jenewa ini, selama ini merupakan penjaga agar perdagangan bebas berlangsung adil bagi negara-negara di dunia.
Pimpinan sebelumnya, Direktur Jenderal Roberto Azevêdo diketahui mengundurkan diri setahun lebih awal dari yang direncanakan pada akhir Agustus 2020.
Mundurnya Azevêdo usai WTO terjebak di tengah pertarungan perdagangan yang meningkat antara Amerika Serikat-China. Kala itu, di bawah Kepemimpinan Donald Trump, dia selalu mengkritik kinerja WTO.
Tak ayal, jika terpilih, maka Okonjo-Iweala harus bisa mengambil kendali atas sebuah organisasi yang telah berjuang untuk mencegah perselisihan perdagangan di antara anggotanya.
Sementara Presiden AS Joe Biden telah mengambil langkah-langkah untuk memulihkan dukungan bagi lembaga multilateral.
Dia pun diharapkan untuk melanjutkan dengan hati-hati dalam menandatangani kesepakatan perdagangan baru.
Dalam pidatonya di Departemen Luar Negeri, pekan lalu, Biden berjanji untuk mengembalikan diplomasi ke pusat kebijakan luar negeri AS, tetapi juga berhati-hati untuk menekankan bahwa kebijakan luar negeri harus menguntungkan kelas menengah Amerika.
Advertisement