Sukses

Pemerintah Sudah Suntik Rp 186,47 Triliun ke BUMN Selama 10 Tahun

Kementerian Keuangan mencatat selama satu dekade pemerintah sudah menyuntik BUMN melalui Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp186,47 triliun.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Keuangan mencatat selama satu dekade pemerintah sudah menyuntik BUMN melalui Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp186,47 triliun. Adapun besaran tersebut merupakan proses penyaluran PMN terhitung sejak 2010-2019.

"Dalam 10 tahun terakhir PMN dari APBN bersifat fluktuatif, untuk meningkatkan kapasitas usaha dan perbaiki struktur permodalan," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam rapat kerja bersama dengan Komisi XI DPR RI, Senin (8/2/2021).

Sri Mulyani menjelaskan, PMN yang ditujukan untuk peningkatan kapasitas totalnya Rp179,16 triliun pada periode 2010-2019. Suntikan modal ini ditujukan untuk penyediaan kredit mikro Rp13,28 triliun, kedaulatan pangan Rp11,43 triliun, pembangunan infrastruktur dan konektivitas Rp 84,47 triliun, dan pembiayaan ekspor Rp 13,7 triliun.

Selanjutnya, untuk kemandirian energi sebesar Rp35,66 triliun, pembiayaan perumahan sebesar Rp8,3 triliun, dan peningkatan industri strategis sebesar Rp 12,3 triliun.

Sedangkan PMN yang ditujukan untuk perbaikan struktur modal mencapai Rp7,30 triliun. Dana ini digunakan untuk perbaikan melalui konversi (non-tunai) sebesar Rp4,74 triliun, perbaikan melalui penambahan modal disetor Rp1,56 triliun, dan perbaikan melalui penambahan dana restrukturisasi kepada PT PPA sebesar Rp1 triliun.

"Dalam 5 tahun terakhir PMN naik signifikan sehubungan dengan fokus pemerintah dalam pembangunan infrastruktur dan BUMN menjadi motor penggeraknya," ujarnya.

Dwi Aditya Putra

Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Erick Thohir Bidik 12 BUMN Bakal IPO, Ini Pesan BEI

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mencanangkan 12 anak cucu BUMN untuk go public melalui Initial Public Offering (IPO). Target tersebut akan direalisasikan dalam kurun waktu hingga 2023.

Menanggapi itu,  Bursa Efek Indonesia (BEI) menyambut baik rencana tersebut. Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna bahkan memberikan saran bagi perusahaan BUMN, baik yang sudah maupun yang akan IPO agar tetap diminati investor.

“Kami senantiasa berharap kinerja emiten-emiten BUMN dapat terus  meningkat dengan tetap selalu memperhatikan regulasi dan ketentuan yang berlaku, serta mengedepankan transparansi kepada investor publik,” kata Nyoman kepada wartawan, ditulis Minggu (7/2/2021).

BEI dengan senang hati memberikan dukungan kepada BUMN dan entitas anak untuk mendapatkan informasi terkait dengan IPO. Termasuk serangkaian kegiatan edukasi/pendampingan kepada manajemen dan tim perusahaan. 

“BEI menyambut baik BUMN dan Entitas Anak untuk dapat melakukan IPO serta menjadi Perusahaan Tercatat di BEI,” kata Nyoman.

Secara fundamental, Nyoman mengatakan perusahaan – perusahaan tercatat BUMN dan Anak BUMN mencatatkan kinerja keuangan yang baik. Sejak IPO, rata-rata perusahaan mencatatkan kenaikan performa yang cukup signifikan dari sisi pertumbuhan aset, pendapatan dan juga laba bersih. 

Selain sisi fundamental, kinerja emiten BUMN juga tercermin dari valuasi perusahaan-perusahaan tersebut di pasar, dimana rata-rata perusahaan tercatat BUMN dan Anak BUMN mencatatkan valuasi yang terus bertumbuh secara jangka panjang sejak IPO.  

“Sepanjang tahun 2020 (data BEI Q1-Q3) sebesar 36,13 persen nilai transaksi saham di BEI berasal dari transaksi jual-beli saham perusahaan BUMN dan Anak BUMN,” ujar Nyoman.

Saat ini, kapitalisasi pasar saham-saham BUMN dan Anak BUMN memiliki porsi 25,8 persen terhadap seluruh kapitalisasi pasar saham tercatat di BEI.