Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah berencana akan melakukan holding BUMN Ultra Mikro yang melibatkan PT Bank BRI Tbk., PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM.
Direktur Utama PT PNM, Arief Mulyadi mengatakan holding BUMN ini akan membantu perusahaannya mengembangkan sistem digital dalam melayani nasabah. Berdasarkan data nasabah hingga Desember 2020, tercatat ada 7,8 juta nasabah.
Baca Juga
Dari jumlah tersebut hanya ada sekitar 1 juta nasabah yang memiliki telepon genggam. Lebih spesifik, hanya 60 persen nasabah dari jumlah itu yang memiliki smartphone.
Advertisement
"Hanya 1 juta lebih sedikit nasabah yang punya handphone. Nah, yang punya smartphone ini cuma 60 persen dari yang 1 juta lebih dikit itu," kata Arief dalam Rapat Dengar Pendapat di Komisi VI DPR-RI, Jakarta, Senin (8/4/2021).
Sehingga, dengan adanya holding dengan Bank BRI dan Pegadaian, Arief menilai, proses digitalisasi kepada nasabah akan menjadi lebih mudah. Skema IT yang dipakai di dua perusahaan tersebut bisa menjadi mengurangi biaya investasi dan mendorong efisiensi.
"Kami tak perlu bangun sendiri infrastruktur IT dan bisa menggunakan apa yang sudah dimiliki BRI," kata dia.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Digitalisasi
Saat ini proses digitalisasi yang berjalan di PNM baru bisa diakses para agen PNM di daerah. Setidaknya ada 42 ribu pegawai PNM yang bisa mengakses layanan digital.
Sementara transaksi agen dengan nasabah masih berjalan konvensional. Arief menambahkan, per hari ini, 95 persen pembiayaan yang diberikan PNM dibayarkan secara tunai.
"Per hari ini sebagian besar, 95 persen, (pinjaman) masih kami bayarkan tunai," kata dia.
Sementara itu 15 sisanya sudah mulai pembayaran cicilan melalui transfer lewat bank. Mereka inilah nasabah PNM yang sudah naik kelas dengan plafon pinjaman di atas Rp 5 juta.
Anisyah Al Faqir
Merdeka.com
Advertisement