Sukses

Indeks Literasi Keuangan Syariah di Indonesia Baru 16 Persen

Literasi keuangan syariah di Indonesia masih rendah.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Dapartemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia, Prijono mengakui literasi keuangan syariah di Indonesia masih cukup rendah. Bahkan berdasarkan hasil survei yang dilakukan indeks literasi hanya 16,3 persen saja.

"Indeks literasi itu 16,03 artinya bahwa dari 100 orang baru sekitar 16 orang saja yang paham mengenai ekonomi syariah ini," jelas dia dalam acara Sosialisasi Brand Ekonomi Syariah dan Panduan Penggunaanya, secara virtual, Rabu (10/2).

Dia menyadari literasi keuangan syariah di Tanah Air masih harus perlu didorong. Sebab, peran dari kontribusi keuangan syariah sendiri cukup besar untuk membantu pemulihan ekonomi Indonesia.

Dalam pengembangannya, memang membutuhkan penguatan sinergi dan koordinasi dari berbagai pemangku kepentingan. Baik pemerintah, dunia usaha, perguruan tinggi serta masyarakat dan lain sebagainya.

"Selain itu juga pemahaman bagaimana masyarakat mengenai ini juga menjadi penting. Menjadi suatu hal yang perlu dilakukan dan perlu terus ditingkatkan pelibatan seluruh komponen bangsa dalam mendorong ekonomi syariah akan berhasil kalau pemahaman semua itu memiliki pemahaman yang cukup kuat tentang ekonomi syariah ini," jelas dia.

Dia menambahkan, ekonomi syariah yang saat ini tengah didorong pemerintah untuk mendukung pencapaian visi dari ekonomi syariah nasional. Sebagaimana master plan yang dikeluarkan oleh KNEKS, ini juga menjadi sangat strategis dalam upaya pengembangan keuangan nasional dan ekonomi syariah.

"Tentunya dapat merefleksikan nilai-nilai ekonomi syariah bersifat universal dan mendukung visi ekonomi syariah nasional," sebutnya.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Cerita Erick Thohir Dibisiki Jokowi Soal Bank Syariah Indonesia: Logo Bagus, Usaha Harus Bagus

Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan Presiden Jokowi sempat membisiki dirinya saat peluncuran PT Bank Syariah Indonesia (BSI). Dalam kesempatan tersebut, Kepala Negara sempat memuji logo perusahaan bank pelat merah itu sembari meminta agar kinerja perusahaan sebagus logonya.

"Kemarin ketika Bapak Presiden pada saat meluncurkan BSI, membisikkan ke saya. Pak Menteri, logonya bagus, tapi titip usahanya harus bagus," ujarnya, dalam acara Perkenalan BSI, Jakarta, Kamis (4/2).

Erick Thohir mengatakan, dirinya juga memiliki keinginan yang sama. Salah satunya ingin melihat lebih banyak lagi perusahaan pelat merah yang masuk dalam daftar perusahaan publik terbesar dunia versi Forbes.

Adapun BUMN yang pernah masuk dalam daftar bergengsi tersebut di antaranya adalah PT BRI (Persero) Tbk, PT BNI (Persero) Tbk, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, termasuk PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk.

Lebih lanjut, kata Erick Thohir, pihaknya dalam 3 tahun ke depan akan terus memperbaiki tata kelola perusahaan atau good corporate governance (GCG) serta transparansi BUMN. Hal tersebut, agar lebih banyak anak atau cucu perusahaan negara yang dapat dilepas di papan bursa dalam negeri.

"Sesuai roadmap (peta jalan) Kementerian BUMN, kami mengharapkan ada BUMN yang go global. Tidak mengakuisisi, tapi juga bersaing peringkat secara global," jelasnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com