Liputan6.com, Jakarta - Bank Tabungan Negara (BTN) menargetkan tahun 2021 bisa menurunkan Non Performing Loan (NPL Gross) dari 4,37 persen menjadi 3,5 persen sampai 3,75 persen. Sehingga perseroan harus bisa menurunkan kredit macet hingga Rp 1 triliun di tahun ini.
"NPL tahun 2021 kita berharap bisa menurunkan sekitar Rp 1 triliun," kata Direktur Remedial and Wholesale Risk, BTN, Elisabeth Novie Riswanti dalam konferensi pers Paparan Kinerja per 31 Desember 2020, Jakarta, Senin (15/2/2021).
Baca Juga
Demi mencapai target perusahaan akan melakukan dua hal yakni perbaikan pada sisi penagihan dan penjualan aset. Pada aspek penagihan, BTN akan melakukan upaya restrukturisasi kredit kepada debitur yang menunggak cicilan, baik untuk konsumer maupun SME.
Advertisement
BTN juga akan mengoptimalkan fitur e-call pada aplikasi mobile. Cara ini kata Novie bisa mendukung proses bisnis di hulu sampai ke hilir.
"Kita lakukan optimalisasi e-call kita, jadi pakai mobile apps ini semua akan dukung proses bisnis kita," kata dia.
Perbaikan bisnis proses ini akan mengarah pada penjualan aset. Proses penjualan aset juga tidak hanya lewat lelang tapi menjual ke instansi dalam skala yang besar.
BTN juga akan bekerja sama dengan konsultan pemasaran untuk mencari dan memperluas jangkauan investor dalam menjual aset.
"Kita akan bekerja sama dengan advisor untuk mencari dan memperluas investor kita dengan penjualan aset lebih besar lagi," katanya.
BTN juga akan menggandeng beberapa instansi seperti pengadilan dan advokat untuk mengeluarkan somasi kepada debitur. Hal ini akan memperkuat proses penagihan kredit macet. Sehingga di akhir tahun target yang telah ditetapkan bisa tercapai.
"Pengadilan dan lawyer ini dengan somasi buat debitur kita sehingga perkuat collect kita kepada debitur yang menunggak," kata dia.
Anisyah Al Faqir
Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Aset BTN Tumbuh 15,85 Persen pada 2020
Aset PT Bank Tabungan Negara Tbk  (BTN) tumbuh 15,8 persen menjadi Rp 361,2 triliun pada 2020. Naik dari sebelumnya pada 2019 sebesar Rp 311,77 triliun.
"Aset Bank BTN tumbuh 15,85 persen (yoy) menjadi Rp 361,2 triliun pada 2020. Posisi tersebut naik dari Rp 311,77 triliun di tahun 2019," kata Plt. Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu dalam konferensi pers Paparan Kinerja per 31 Desember 2020, Jakarta, Senin (15/2/2021).
Nixon memaparkan, peningkatan aset tersebut didukung beberapa indikator. Mulai dari Dana Pihak Ketiga (DPK) yang terkumpul selama 2020 sebesar Rp 279,13 triliun. Angka ini naik 23,84 persen dibandingkan tahun lalu sebesar Rp 225,4 triliun.
Peningkatan DPK didominasi kenaikan giro sebesar 38,24 persen menjadi Rp72,04 triliun per kuartal IV-2020. Dari peningkatan DPK tersebut, loan to deposit ratio (LDR) BTN mengalami penurunan  ke level 93,19 persen dari sebelumnya di tahun 2019 mencapai 113,50 persen DPK menguat dengan cost of fund (CoF) yang membaik.
CoF perseroan juga mengalami penurunan menjadi 4,79 persen di tahun 2020 dari sebelumnya 5,68 persen pada 2019. Selain itu, lanjut Nixon, permodalan BTN juga makin tebal dengan penerbitan Junior Global Bond yang diterbitkan pada awal 2020.
Capital Adequacy Ratio (CAR) perseroan  tercatat naik 202 bps menjadi 19,34 persen. Kinerja Syariah BTN juga menunjukkan kinerja positif. Tercermin dari aset Unit Usaha Syariah (UUS) Bank BTN yang  tumbuh sebesar 16,37 persen (yoy) menjadi Rp 33,03  triliun pada 2020.
DPK yang dihimpun UUS BTN juga tumbuh 9,02 persen (yoy) menjadi Rp 23,83 triliun di akhir Desember 2020. BTN Syariah juga terus melakukan peningkatan pencadangan dengan coverage ratio naik level menjadi 55,55 persen  pada kuartal IV-2020 dari 38,68 persen di periode yang sama tahun sebelumnya.Â
Advertisement