Liputan6.com, Jakarta - Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara (Sumut) kembali erupsi dengan mengeluarkan guguran awan panas pada Selasa (2/3/2021) pukul 06.42 WIB. International NOTAM Office AirNav Indonesia telah merilis 2 buah ASH NOTAM (ASHTAM) terkait aktivitas erupsi Gunung Sinabung.
Pihak AirNav Indonesia menyatakan, tidak ada dampak signifikan aktivitas erupsi Gunung Sinabung terhadap pelayanan navigasi penerbangannya.
"Sampai berita ini disampaikan (2/3/2021) pukul 11.30 WIB, tidak ada dampak signifikan aktivitas erupsi Gunung Sinabung terhadap operasional pelayanan navigasi penerbangan oleh AirNav Indonesia, baik di Cabang Jakarta Air Traffic Service Center (JATSC) maupun Cabang Medan," ungkap Manager Hubungan Masyarakat AirNav Indonesia, Yohanes Harry Douglas Sirait, dalam keterangannya pada Selasa (2/3/2021).
Advertisement
Kendati demikian, AirNav Indonesia tetap melakukan langkah antisipasi. Antara lain yaitu Cabang JATSC membuat plotting area untuk pesawat terbang menghindari area di sekitar Gunung Sinabung melalui Radar Vector.
Langkah lain, Cabang Medan dengan mengarahkan pesawat yang terbang dari dan menuju Bandar Udara Internasional Kuala Namu menjauhi area di sekitar Gunung Sinabung melalui Radar Vector.
AirNav Indonesia mengungkapkan, akan terus berkoordinasi dengan stakeholder penerbangan terkait dan bersiaga terkait perkembangan aktivitas erupsi Gunung Sinabung yang berpotensi memengaruhi kegiatan operasional penerbangan.
"Informasi terkini akan selalu kami perbaharui sesuai kondisi di lapangan," jelas Yohanes.
Berdasarkan keterangan AirNav Indonesia, pilot Wings Air penerbangan 1248 rute Medan Kuala Namu – Nias Binaka yang melakukan melalui observasi visual pada pukul 08.45 WIB melaporkan bahwa abu vulkanik Gunung Sinabung terlihat sampai dengan ketinggian 12,000 kaki di atas permukaan air laut dan mengarah ke barat. Namun dinyatakan tidak signifikan terhadap pergerakan dan jarak pandang pesawat.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Gunung Sinabung Masih Status Siaga Meski Sudah 13 Kali Keluarkan Awan Panas Guguran
Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, mengeluarkan awan panas guguran pada Selasa (2/3/2021). Berdasarkan laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM, hingga pukul 08.20 WIB telah terjadi 13 kali kejadian awan panas guguran.
Kepala PVMBG Andiani menyebutkan, sejak pagi tadi pukul 06.42 WIB terjadi rangkaian awan panas guguran dengan jarak luncur 2.000 hingga 5.000 meter ke arah tenggara timur, disertai kolom asap setinggi 4.000 hingga 5.000 meter dari tubuh aliran awan panas guguran. Namun status Gunung Sinabung tetap pada level III atau siaga.
"Berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumental hingga 2 Maret 2021, dinilai tingkat aktivitas vulkanik Gunung Sinabung masih pada level III atau siaga," tutur Andiani dalam keterangan tertulis, Selasa (2/3/2021).
Lebih jauh Andiani menjelaskan, Gunung Sinabung mengalami erupsi tidak menerus sejak tahun 2013. Karakter erupsi berupa letusan eksplosif disertai dengan pembentukan kubah lava di bagian puncak. Tingkat aktivitas level III atau siaga diberlakukan sejak 20 Mei 2019.
Jenis gempa yang terekam selama Januari hingga Maret 2021 cukup beragam berupa gempa letusan atau erupsi, gempa awan panas guguran, gempa guguran, gempa embusan, tremor non-harmonik, gempa tornillo, gempa low frequency, gempa hybrid/fase banyak, gempa vulkanik dangkal, gempa vulkanik dalam, gempa tektonik, dan getaran banjir.
Andiani menyebutkan, rangkaian kejadian awan panas guguran pada 2 Maret 2021 merupakan karakter erupsi Gunung Sinabung yang telah terjadi beberapa kali sejak 2013.
"Mekanisme kejadian awan panas guguran diakibatkan oleh adanya pembentukan kubah lava di bagian puncak, kemudian diikuti oleh adanya migrasi fluida seperti batuan padat, cairan, dan gas ke permukaan yang mendorong kubah lava. Migrasi fluida ini diindikasikan oleh jumlah gempa-gempa low frequency dan hybrid yang tinggi," paparnya.
Berdasarkan pengamatan visual dan kegempaan hingga 2 Maret 2021 pukul 9.00 WIB menunjukkan fluktuasi dalam pola yang masih tinggi, tetapi tidak ada indikasi peningkatan potensi ancaman bahaya.
Terkait potensi bahaya yang masih terjadi, Andiani menyampaikan beberapa hal. Pertama, erupsi eksplosif masih berpotensi terjadi. Namun, ancamannya hingga saat ini masih berada pada radius rekomendasi pada level III.
Untuk kejadian awan panas guguran, awan panas letusan dan guguran batuan atau lava pijar berpotensi terjadi, seiring dengan pertumbuhan kubah lava di bagian puncak. Ancaman bahaya sebaran material awan panas guguran, dan guguran batuan meliputi sektor selatan, timur hingga tenggara dalam radius 4-5 km, sedangkan sebaran material erupsi berukuran abu bisa terbawa lebih jauh tergantung arah dan kecepatan angin.
Kemudian, lahar berpotensi terjadi di lembah-lembah sungai yang berhulu di Gunung Sinabung terutama akibat curah hujan yang tinggi.
Advertisement
Pakai Masker Jika Hujan Abu Turun
PVMBG merekomendasikan agar masyarakat dan pengunjung atau wisatawan agar tidak melakukan aktivitas di desa-desa yang sudah di relokasi, di dalam radius 3 km dari puncak Gunung Sinabung, serta radius 4 km untuk sektor timur-utara, dalam jarak 5 km untuk sektor Selatan-timur Gunung Sinabung.
Jika terjadi hujan abu, masyarakat diimbau memakai masker bila keluar rumah untuk mengurangi dampak kesehatan dari abu vulkanik.
Selain itu, masyarakat perlu mengamankan sarana air bersih serta membersihkan atap rumah dari abu vulkanik yang lebat agar tidak roboh.
Kepada masyarakat yang berada dan bermukim di dekat sungai-sungai yang berhulu di Gunung Sinabung agar tetap waspada terhadap bahaya lahar.
Infografis Erupsi Gunung Merapi, Semeru, Sinabung
Advertisement